Selasa, 25 Februari 2020

Cerpenku


“BIARKAN CINTA MEMILIH”
            Oleh : Dara Kelana

Dalam diam ku reka wajahmu
Lukisan indah bermata sayu
Kau bidadari pujaanku
Cintaku hanya untukmu
Bait puisi itu kerap kali membuat bibir Dara Syanta tersenyum kala membacanya. Sepenggal puisi yang ditulis Rafi Zaidan khusus untuknya. Rafi memang jago soal menulis puisi. Di sela kesibukkannya sebagai ketua OSIS, lelaki idola hampir semua siswi di SMA Annur itu selalu meluangkan waktu untuk mencurahkan rasa hati dalam untaian kata berdiksi. Dara kagum dengan semua puisi-puisi goresan Rafi
 Sejak bersama dalam kepengurusan OSIS Dara dan Rafi sering diskusi  membahas program dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab mereka. Dara Synta gadis manis Sang juara kelas pandai pula mengaji membuat Rafi terkagum dan jatuh hati padanya kebersamaan mereka terjalin indah hingga membuat iri teman – temannya.
“Deh yang lagi jatuh cinta senyum – senyum sendiri nih!” ejek Nurhayati sahabat dan teman sebangku Dara.
” Ah...kamu Nur, ngagetin aku ajah !” seru Dara
”Jangan usil Nur, kayak ga pernah ngerasain ajah kamu ?” tanya Iin seraya duduk di samping Dara.
”hmmm...pantes Nur dia senyum – senyum sendiri pagi – pagi dah dapat surat cinta ya?” tanya Iin sembari menatap kertas yang ada dalam genggaman Dara.
” Sok tahu kamu In !” sanggah Dara.
” Nah, itu apa hayo ...?” tanya Iin seraya melirik penuh keyakinan ke arah genggaman tangan Dara. Iin emang paling suka mengejek Dara.Iin  siswi berbadan bongsor dan suka usil di kelas super rame lagi tapi, Iin sangat sayang kepada dua sahabatnya Dara dan Nurhayati.Mereka bertiga dijuluki trio keket karena kemana – mana selalu lengket kayak ulat keket .
”Assalamualaikum....” terdengar salam dari sipemilik suara yang tak asing lagi bagi teman – teman di kelas yaitu Sang ketua OSIS  Rafi Zaidan .
“Waalaikumsalam warohmatullahi wabarakatuh,” jawab penghuni kelas bersamaan.” Teman – teman hari ini Pak Nardi tidak masuk karena sakit tapi ada tugas di halaman 35 silahkan dikerjakan hingga jam istirahat .”  Ujar  Rafi menyampaikan amanat dari Pak Nardi
“ Siap komandan !” sahut Iin dengan tangan disimpan di pelipis seolah memberi hormat.

Tak terasa tiba dipenghujung tahun ajaran 1991-1992,detik – detik putih abu akan ditanggalkan.”Alhamdulillah aku lulus.” Teriak Iin seraya mengangkat lembar kelulusan yang baru diterimanya sambil mendekati satu persatu teman sekelas untuk mengucapkan selamat.Bahagia itu dirasakan oleh seluruh siswa kelas 3 SMA Annur karena mereka lulus semua.
” Selamat ya, Dara .”Seru Rafi seraya menyodorkan tangan kanannya untuk menyalami Dara dengan suara lembutnya dan tatapan mata penuh cinta.
” Terimakasih Rafi, selamat juga untukmu .” Jawab Dara menyambut uluran tangan Rafi, meski dengan sedikit grogi karena mata sang kekasih memandangnya dengan mesra. Ada getaran yang tak dapat dilukiskan ketika kedua tangan mereka bersentuhan.Yeah meski hampir satu semester Rafi dan Dara menjalin hubungan tapi baru kali ini Rafi menyentuh tangan Dara
” Dara kamu mau kuliah dimana ?” tanya Rafi sembari duduk disamping Dara.
” Entahlah Raf, mungkin aku mau kerja dulu ajah.”Jawab Dara perlahan sambil mengtur napasnya karena, tiap kali berdekatan dengan Rafi Dara selalu merasa jantungnya berdetak kencang seolah habis lari 1.000 kilometer maklum baru kali ini Dara menjalin hubungan istimewa dengan seorang pria Rafi adalah cinta pertamanya.Sementara Rafi sedikit lebih tenang meski tatapan matanya tak pernah berpaling dari wajah manis Dara ingin rasanya Rafi memeluk  kekasih yang sangat ia sayangi ini.
” Oh...bukankah kau mau jadi guru Dara?”tanya Rafi sedikit heran mendengar jawaban Dara.
“Ya sih tapi, sepertinya orangtuaku tak sanggup membiayai kuliahku untuk itu aku akan kerja dulu Raf .” Jawab Dara lirih.
” Oh ya..ya..aku mengerti semoga kau cepat dapat pekerjaan dan tetap bisa kuliah,kalau aku rencananya  kuliah di Bandung.” Lanjut Rafi membuat Dara terkejut karena itu artinya mereka akan jarang bertemu.
”Oh....kenapa ga kuliah di Bogor ajah ?” tanya Dara sedikit kecewa mendengar Rafi akan kuliah di Bandung.
” Aku ingin kuliah di Universitas Telkom Dara sayangku.” Canda Rafi seraya menyentuhkan lembar kelulusannya kepipi Dara hingga membuat Dara terkejut dan menggeser posisi duduknya.
” Oh...begitu ?”ujar Dara masih dengan senyum manisnya yang membuat Rafi tak bosan memandang.
***
Tiba hari perpisahan penghuni Asrama Annur yang telah  lulus SMA akan kembali ke rumah masing – masing .Suasana haru menghiasi senja di hari selasa.
” Jangan lupa hubungi aku ya Dara,main ya ke Depok !” seru Iin yang berasal dari kota Depok sahabat Dara yang baik dan selalu membuat Dara tersenyum  karena ulahnya yang kocak meski kadang sedikit jengkel dengan keusilannya.
”Siap bu Iin !” jawab Dara seraya memeluk sahabatnya ini tak terasa bulir – bulir bening mengalir diujung mata keduanya.
” Dara, Iin maapin Nur ya, kalau selama ini ada sikap Nur yang kurang berkenan di hati kalian.” Ucap Nurhayati sahabat Dara yang sangat pendiam dan tentu sangat berbeda dengan Iin, memeluk Dara seraya menahan rasa harunya karena akan berpisah dengan sahabat – sahabat terbaiknya. Tiga tahun mereka bersama menimba ilmu di Yayasan Annur saling mengasihi saling menyanyangi saling memotivasi.
”Maapin aku juga Nur, nanti aku main deh ke Bekasi.” Ucap Dara tetap berusaha tersenyum manis disela rasa harunya.
” Kita tetap trio keket yang tak akan terpisahkan !” Iin manarik sahabatnya Dara dan Nurhayati dengan kedua tangannya dan mereka pun berpelukan, sungguh pemandangan yang mengharukan.
Rafi hanya bisa menatap Dara beribu kata yang ingin dikatakannya dihari perpisahan ini seakan lenyap ditelan bumi.Iin dan Nurhayati sangat mengerti keadaan sahabatnya ini tentu berat bagi Rafi dan Dara jika mereka yang biasa berjumpa setiap hari harus terpisah.Rafi tinggal di Jakarta sementara Dara di Bogor bahkan Rafi akan melanjutkan kuliah di Bandung.Akhirnya Dara memulai pembicaraan mencairkan kebekuan suasana “ Rafi...kenapa kok diam ajah ?”tanya Dara seolah heran karena tidak seperti biasanya Rafi terdiam kala dekat dengannya.
” Dara maukah engkau berjanji untukku ? “ akhirnya terdengar suara Rafi suara yang penuh pesona yang senantiasa menetramkan jiwa Dara karena lembut dan berwibawa itulah sebabnya Rafi terpilih menjadi ketua OSIS dan tentu menaklukan hati Dara selain wajahnya yang super ganteng.
” Berjanji untuk apa?’ tanya Dara sedikit heran.
” Berjanjilah Dara akan selalu setia dan menunggu Rafi !”ujar Rafi seraya menatap Dara dengan keyakinan bahwa kekasihnya ini tak akan pernah meninggalkannya meski jarak akan memisahkan mereka.
”Ya, tentu Dara akan menunggu hingga Rafi kembali setelah menggapai cita – cita.” Jawab Dara meyakinkan kekasihnya ini.
”Terimakasih Dara percayalah aku akan menemuimu setelah lulus kuliah nanti aku akan datang untuk melamarmu!” ujar Rafi seraya memegang jemari mungil milik Dara.Dengan tersipu malu  Dara melepaskan genggaman Rafi.Tak lama kemudian Iin dan Nurhayati datang memberitahukan kepada Dara bahwa Taxi yang mereka pesan telah datang .” Tapi kita harus menemui abah Asep dulu,” ajak Dara . Abah Asep adalah pimpinan yayasan Annur .
”Aku ikut !” pinta Rafi .Mereka menemui abah Asep dan berpamitan .
” Abah kami pamit terimakasih atas segalanya yang telah diberikan kepada kami selama kami disini, mohon maap apabila ada tingkah laku kami yang kurang berkenan di hati Abah.” Ujar Rafi mewakali mereka.
“ Jagalah diri kalian bergunalah bagi lingkungan jadilah manusia laksana pohon yang berdaun lebat dan berbuah manis!”pesan Abah Asep kepada mereka berempat.
” Baiklah Abah!’’ jawab mereka bersamaan. Rafi terlebih dahulu mencium tangan A bah Asep dan memeluknya diikuti Dara, Iin dan Nurhayati.
Senja di hari selasa minggu terakhir Juni 1992 menjadi saksi perpisahan mereka.Sebelum Taxi Dara meluncur pergi Rafi menghampiri gadis manis pujaannya ini seraya memberikan sebuah amplop berwarna pink.” Selamat jalan Dara semoga lancar ya sampai rumah.” Ucap Rafi seolah tak berkedip memandang Dara yang telah duduk manis di dalam Taxi.
” Terimakasih Rafi , kamu juga hati – hati ya!” jawab Dara” Jangan ngebut ya pak supir awas pacar saya lecet!” canda Rafi kepada supir Taxi.
Taxi yang ditumpangi Dara meluncur perlahan.Tak sabar Dara membuka amplop berwarna pink yang diterimanya dari Rafi.Puisi cinta yang kesekian kalinya ia terima dari Rafi yang tak akan pernah ia bosan untuk membacanya.
Tiada melati seharum mewangimu
Tiada pelangi seindah rona wajahmu
Tak satu umpamapun lukiskan manis seyummu
Tak satu ibaratpun gambaran cantik wajahmu
Wahai Dara Syinta pujaanku
Ijinkan aku mencintaimu seumur hidupku
Ijinkan aku menyayangimu sepenuh jiwaku
Kan ku jaga cintamu hingga pintu surga
Bersama kita bahagia di alam fana dan baka
Tersipu malu Dara membaca puisi yang ditulis Rafi membuat dirinya seakan jadi putri tercantik di bumi. Rafi memang sangat romantis dan pandai membuat Dara tersanjung dengan puisi – puisi cintanya.
“Assalamualaikum...”salam Dara setelah berdiri di beranda rumahnya
“Waalaikumsalam.” suara Ibu terdengar penuh semangat menyambut kepulangan Dara
“Ibu...” Dara mencium tangan  Ibu,wanita yang sangat ia cintai dan  memeluknya erat karena begitu rindunya ia selama satu semester Dara tidak pulang.” Ayah mana Bu?” tanya Dara karena sedari tadi ia tidak melihan Ayah di rumah.
“Ayah di kebun belakang rumah tadi ada pisang yang matang kayaknya mau ditebang tuh!”jawab Ibu sambil membawa tas pakaian Dara ke dalam rumah
“ Adik kemana Bu?”lagi – lagi Dara bertanya karena dia tidak melihat adiknya meyambut kepulangan Dara
“ Adik lagi les tari Dara, sebentar lagi juga pulang.” jawab Ibu lirih
Dara tidak masuk ke dalam rumah tapi ia pergi ke kebun belakang untuk menemui ayah yang sedang menebang pohon pisang.Orang tua Dara pedagang sayuran  di pasar tradisional yang letaknya tidak jauh dari rumah.Dara dua bersaudara keadaan ekonomi keluarganya sangat sederhana itulah sebabnya Dara ingin mencari pekerjaan untuk biaya kuliahnya karena orangtuanya tidak sanggup membiayainya sementara adiknya baru duduk di kelas tiga SMP.
“Assalamualaikum..Ayah.” sapa Dara sembari meraih tangan ayah untuk menciumnya.
“Waalaikumsalam...oh anak kesayangan Ayah sudah pulang ya?” jawab Ayah sembari mengusap kepala anak gadisnya ini.” Nih pisang kesukaanmu mateng.“ Tunjuk Ayah ke arah pisang yang baru saja Ayah tebang dan itu memang pisang kesukaan Dara pisang lampung yang mungil – mungil manis.
***
“Dara kapan pulang ?” tanya Ahmad teman kecil Dara yang masih family.Sejak Dara tinggal di asrama Ahmad jarang sekali bertemu dengan Dara karena Dara hanya pulang saat liburan semester itu pun hanya beberapa hari di rumah.Ahmad sebenarnya menyukai Dara sejak lama tapi Ahmad hanya memendam rasanya tak sanggup mengungkapkan perasaannya. Usia Ahmad tiga tahun di atas Dara saat ini Ahmad telah bekerja di perusahaan yang cukup bonafide dengan gaji yang cukup besar. Ayah Ahmad bernama pak Andi seorang kepala sekolah SD Negeri sedang ibunya bu Mila pedagang sembako. Bu Mila sodara misan dari ibunya Dara.Tempat tinggal mereka masih satu RT orang tua Ahmad sering berkunjung ke rumah orang tua Dara hubungan mereka memang sangat akrab.
“Kemarin sore Kak Ahmad” jawab Dara “ Sini atuh mampir !” ajak Dara.Tentu Ahmad tak akan menolaknya karena memang itu yang diharapkannya.
“Silahkan duduk. Sebentar ya, Dara buatin minum.” Ujar Dara seraya melangah ke dapur  membuatkan teh manis hangat untuk Ahmad
Tak lama kemudian Dara kembali membawakan secankir teh manis hangat untuk Ahmad.” Silahkan diminum Kak!” ujar Dara
“Terimakasih Dara,“ jawab Ahmad lembut.“Selamat ya sudah lulus SMA, mau lanjut kuliah atau mau kerja nih?” tanya Ahmad memulai obrolan sembari menyeruput teh manis hangat buatan Dara yang semakin manis terasa di lidah Ahmad karena dapat memandang senyum manis gadis pujaannya.
“Sepertinya kerja dulu Kak,” jawab Dara lirih “Ka Ahmad bisa bantu Dara cari kerja?”tanya Dara berharap Ahmad membantunya mencarikan pekerjaan.
“Oke nanti Kaka carikan Dara siapkan saja lamarannya.” ujar Ahmad dengan perasaan senang karena akan ada alasan untuk selalu bisa dekat dengan Dara.
“Oh ya siap tapi,saya belum buat SKCK dari kepolisian Dara ga tahu dimana tempatnya Ka?”tanya Dara 
“Hayu besok Kaka antar kebetulan besok lagi sip malam.” Jawab Ahmad penuh semangat.
“Alhamdulillah terimakasih Ka.” Ujar Dara
“ Eh...ada nak Ahmad,“ sapa Ibu “Gimana kabarnya lama ga kelihatan kemana ajah?”tanya ibu sembari duduk di samping Dara
“ Ada Bu .“ Jawab Ahmad sembari bangkit menyalami Ibu.
“ Ibu besok Dara mau minta anter Kak Ahmad membuat SKCK di Kepolisian .“ Ujar Dara mohon ijin kepada Ibu
“ Oh ya Ahmad antar Dara yah !” pinta ibu seolah mengerti keinginan Ahmad karena Ibu tahu Ahmad anak yang baik dan dari keluarga baik – baik dalam hati kecil Ibu berharap Ahmad dan Dara berjodoh.
“ Baiklah saya pamit dulu Bu, besok jam delapan saya jemput Dara.” Ucap Ahmad sambil menyalami Ibu dan Dara
“ Mangga, terimakasih Nak Ahmad dah bersedia membantu Dara.” Jawab ibu membuat Ahmad tersenyum bahagia karena yakin kalau Ibu akan senang jika dirinya dekat dengan Dara.
Ahmad menstarter motor honda merahnya dengan penuh semangat karena rasa bahagia di dalam hatinya. Serasa usai minum Vitamin 1000 cc jaringan darahnya mengalir deras penuh oksigen menyegarkan.Kalau kata peribahasa pucuk dicinta ulampun tiba.
***
 Keesokan harinya sesuai janji pukul 08.00 WIB, Ahmad menjemput Dara unuk membuat SKCK di Polsek Ciherang.Ahmad mengenakan kaos berwarna hitam dengan jeans biru dan sepatu sport Adidas berwarna putih bergaya casual terlihat tampan sekali.Setelah tiba di halaman rumah Dara, Ahmad mematikan mesin motor dan memarkirnya.
“Assalamualaikum,” ucap Ahmad memberi salam
“Waalaikumsalam warohmatullahiwabarakatuh.” Jawab Dara seraya berjalan keluar rumahnya.”Kita langsung berangkat ya Ka?” tanya Dara sambil merapikan jilbab hitamnya.Sementara Ahmad terpesona melihat penampilan Dara yang mengenakan kemeja biru muda dengan rok lebar bergaris hitam putih.Wajahnya tampak sangat cantik berkerudung hitam” Subhanallah” Ahmad memuji di dalam hatinya anugerah terindah yang ada dihadapannya.
“ Oh ya mari mumpung masih pagi biar ga ngantri.” Ajak Ahmad penuh semangat
Honda merah melaju di jalan raya Ciherang – Jatirasa.” Pegangan Dara jangan malu – malu nanti jatuh! “ perintah Ahmad karena posisi duduk Dara begitu jauh darinya Ahmad khawatir terjatuh.
“ Ya Ka, nih udah pegangan .“ Jawab Dara yang sedikit merasa risih jika harus berpegangan pada pinggang Ahmad.
Jarak Polsek Ciherang dari rumah Dara sekitar 8 km hanya dengan 15 menit perjalanan mereka telah sampai.”Alhamdulillah masih sepi,Dara tunggu disini biar Kaka yang ambilkan formulirnya.” Saran Ahmad agar Dara menunggu dirinya yang akan mengambilkan formulir.Tak lama kemuadian Ahmad kembali dan menyodorkan formulir agar segera diisi oleh Dara.Tak butuh waktu lama SKCK Dara telah selesai merekapun pulang.
“ Dara Kaka laper nih kita ngebakso yu?” ajak Ahmad
“Terserah Kaka atuh.” Jawab Dara singkat
Ahmad menghentikan laju si merah di depan kios Bakso Sukowati. Bakso yang sudah kesohor rasa dan kualitasnya.”Mas bakso ya dua!” ujar Ahmad kepada pelayan bakso yang belum sempat bertanya mau pesan apa karena selain bakso ada juga tersedia mie ayam yang tak kalah enaknya.
“Mau minum apa Dara ?” tanya Ahmad sambil menggeser kursi mempersilahkan Dara duduk.
“ Teh tawar hangat sajah Ka.” jawab Dara
“ Mas, teh tawar hangatnya dua ya!” ujar Ahmad kepada pelayan
Tak lama kemudian bakso siap di hadapan keduanya. Dara menambahkan sedikit saos dan kecap begitu juga Ahmad.
“Kalau lamarannya sudah siap nanti  Kaka antar ngelamar ke PT Ami katanya ada lowongan,mudah – mudahan diterima ya.” Ujar Ahmad disela kesibukannya memotong bakso urat dengan sendoknya.
“Aamiin makasih Ka” jawab Dara singkat tapi tentu dengan rasa bahagia karena Dara sudah tidak sabar ingin segera bekerja dan menabung agar bisa kuliah dan mencapai cita – citanya .
            Usai menyerahkan sejumlah rupiah kepada kasir  Ahmad menstarter si merah. Tak lama kemudian mereka telah sampai di rumah Dara.
            “Mampir dulu nak Ahmad !” pinta Ibu saat Ahmad menurunkan Dara di halaman rumahnya.
            “Terimakasih Bu, tapi maap sy ada perlu jadi buru – buru nih.” ujar Ahmad tapi tetap memarkir motornya seraya meyalami Ibu.” Saya pamit ya Bu, asalamualaikum.” Ucap Ahmad
            “ Waalaikumsalam.” Jawab Dara dan Ibu bersamaan .
            “ Terimakasih ya Ka, hati-hati di jala!” seru Dara
            Ahmad menstarter simerah dan melaju meninggalkan rumah Dara.
            ***
            Beberapa perusahaan telah Dara datangi diantar Rafi yang senantiasa sudi menemani tapi hingga satu bulan menunggu belum juga ada panggilan.
            “Pak sepertinya anak kita sudah punya pacar nih,” ledek Bu Mila kepada Ahmad putra pertamanya yang semakin hari semakin akrab dengan Dara.
            “Siapa Bu cewek yang memikat bujangan kita ini?’ tanya Pak Andi dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.
            “Lah emang Bapak belum tahu?” ujar Bu Mila balik bertanya
            “Belum atuh makanya tanya,” ucap Pak Andi
            “Ntu Pak, Dara .” Jawab Bu Mila
            “Oh...Dara yang pinter ngaji itu?” kembali Pak Andi bertanya
“ Ya udah kita lamar ajah!” ujar Pak Andi
“ Gimana Nak ?” tanya Bu Mila kepada Ahmad
“Coba ajah kalau Ayah berani kira –kira Dara mau ga?” ucap Ahmad
“ Ya udah nanti malam kita maen ke rumah Pak Kodir Bu.” Ujar Pak Andi dengan santai sembari memegang koran yang sedari tadi dibacanya.
Ba’da Isya Bu Mila dan Pak Andi berkunjung ke rumah Dara dengan niat akan melamarnya untuk Ahmad. Sementara Ahmad pergi kerja karena sedang sip malam.
“Assalamualaikum.”ucap salam  Bu Mila setelah tiba di beranda rumah Dara
“Waalaikumsalam.” Terdengar suara Dara menjawab dan bergegas keluar.
‘”Eh Bu Mila dan Pak Andi mari masuk, ada perlu sama Ibu ya sebentar saya panggilkan.” Ucap Dara meninggalkan Pak Andi dan Bu Mila diruang tamu
Tak lama kemudian Ayah dan Ibu Dara menyalami mereka dan duduk bercengkrama di ruang tamu hal ini sudah biasa mereka lakukan karena hubungan mereka masih family.Dara pun datang membawakan empat cangkir teh manis hangat untuk mereka. Pak Andi menyampaikan tujuan khusus kedatangannya malam ini yaitu untuk melamar Dara .
“ Gimana menurut Ibu ?” tanya Ayah
“Terserah Ayah tapi tanya dulu Daranya kalau Ibu sih setuju ajah.” Jawab Ibu
“Ga baik anak perempuan menolak lamaran. Lagi pula Andi anak yang baik dan hubungan keluaraga kita juga baik.” Ucap Ayah
“Panggil Dara Bu!” perintah Ayah agar Dara mengetahui lamaran Pak Andi
Tak lama kemudian Ibu kembali menuntun Dara agar duduk di sampin Ayah
“ Dara anak Ayah yang baik Pak Andi dan Bu Mila melamar Dara untuk Andi kami sebagai orangtua sudah merestuinya dan Ayah berharap Dara tidak menolaknya minggu depan kalian akan menikah.” Ujar Ayah menatap Putri gadisnya yang tampak pucat pasi mendengar penjelasan Ayahnya.
“ Tapi...” belum sempat Dara melanjutkan kalimatnya Ayah segera memotongnya.
“Anak perempuan pamali menolak lamaran. Nanti bisa jauh jodoh.” Ungkap Ayah
Akhirnya Dara hanya bisa diam tak sanggup menentang keinginan Ayah agar Dara menerima lamaran orangtua Ahmad.Serasa petir menyambar sekujur tubuhnya serasa berhenti darah mengalir di arterinya.Bagaimana dengan keinginannya untuk bekerja dan kuliah bagaimana dengan Rafi dan janjinya yang akan menunggu hingga Rafi lulus kuliah? Dalam kebimbangan  Dara dikejutkan oleh suara lembut Sang Ibu .” Sudahlah Dara ikuti saja kata kami karena kami yakin Ahmad jodoh terbaikmu yang Allah pilihkan untukmu, kami yakin Dara akan bahagia hidup bersama Ahmad.” Ucap Ibu perlahan
***

Keesokan harinya Dara menghubungi Iin dan Nurhayati dan menceritakan peristiwa lamaran tadi malam dan rencana pernikahannya dengan Ahmad.
            “Aduh aku harus gimana nih In, Nur?” rengek Dara dihadapan kedua sahabatnya ini
            “Mungkin ini memang sudah jodohmu Dara,”ujar Nurhayati
            “Ya Dara kami juga bingung harus ngomong apa.” Sambung Iin
            “Ayo kita tanya Abah!” ajak Nurhayati
            Mereka bertiga meluncur ke rumah Abah Asep pimpinan yayasan Annur. Dara menceritakan peristiwa lamaran orangtua Ahmad dan rencana pernikahannya
            “Pulanglah Dara menikahlah dengan Ahmad dia jodohmu yang Allah pilihkan untukmu
percayalah kepatuhanmu pada orangtuamu akan membawa kebahagiaan.” Ujar Abah penuh keyakinan dara akan bahagia jika menikah dengan Ahmad karena Ahmad anak yang baik dan soleh.
            “ Baiklah Bah, Dara akan ikuti nasehat Abah Dara mohon doa dan restu Abah, Dara pamit yah.” Dara meyalami Abah dikuti Iin dan Nurhayati
            “Apa yang harus aku katakan pada Rafi? tanya Dara kepada kedua sahabatnya” Aku tak sanggup mengatakan apapun kepada Rafi.
            Iin dan Nurhayati pun tak dapat berkata – kata lagi mereka mengantarkan Dara pulang.
            “Kita harus menemuai Rafi Nur !” ajak Iin
            “Ya betul papun yang terjadi Rafi harus tahu.” Jawab Nurhayati
***
            Keesokan harinya Nurhayati dan Iin menemui Rafi dan menceritakaan rencana pernikahan Dara dengan Ahmad.Rafi tak percaya Rafi ingin menemui Dara tapi Iin dan Nurhayati mencegahnya.Lemas sekujur tubuh Rafi serasa berhenti degup jantungnya menerima kenyataan penghianatan Dara atas cintanya.Diambilnya secarik kertas beberapa kalimat di tulis di sana terkejut Iin dan Nurhayati kala Rapi mengiris jemarinya dengan sebuah silet yang ada di meja belajarnya dan meneteteskan darah kesurat yang baru ia tulis,
            “ Tolong Nur, berikan surat ini untuk Dara.” ucap Rafi seolah tak bertenaga dan nyaris tak terdengar Iin dan Nurhayati.
            “Baiklah Raf,kamu sabar yah! Mungkin semua ini sudah  suratan dan yang terbaik untuk kalian berdua.” Ucap Iin
            “Kami pamit  Raf, kamu istirahat yah!” ujar Nurhayati yang tak sanggup melihat wajah sembab Rafi.
            “Ok... makasih.” Jawab Rafi perlahan
            Nurhayati menemui Dara dan memberikan surat yang dititipkan Rafi kepadanya. Alangkah terkejutnya Dara ketika membuka surat berdarah dari Rafi
           
 Untukmu “Sang Penghianat”
 Tak akan ku lupa seumur hidupku penghianatan seorang gadis bernama
 Dara syinta binti Abdul Kodir aku tak akan pernah memaafkanmu!
 Tetesan darah ini jadi saksi kepedihan hatiku!

Tak kuasa Dara menahan air matanya membaca surat berdarah dari Rafi.Apa yang harus dia lakukan . Sebagai anak yang taat dan patuh kepada orang tua Dara tak berdaya untuk menolak lamaran orang tua Ahmad lagipula hubungan mereka masih family jika Dara menolak pasti akan terjadi permusuhan diantara dua keluarga ini.Ahmad lelaki dewasa dan baik meski Dara belum memiliki cinta untuknya.
***
Rafi kehilangan semangat hidupnya tiap hari mengurung diri di kamar bahkan tak mau makan akhirnya Rafi jatuh sakit dan di rawat di rumah sakit .Nurhayati memberitahukanya kepada Dara.Sementara di rumah Dara sedang persiapan pernikahan yang akan dilaksanakan esok pagi .
“Antar aku Nur menemui Rafi,aku tak ingin Rafi begini.” Ratap Dara disela isak tangisnya.
“Tapi bagaimana kalau ayah ibumu tahu Dara  mereka bisa marah.” Nur ragu mengikuti kemauan Dara
“Kita bilang saja mau ke rumah Abah Asep.” Usul Dara
Akhirnya Dara dan Nurhayati  menemui Rafi di rumah sakit dengan berbohong kepada orang tua Dara.
Sesampainya di ruang rawat Dara tak sanggup berdiri bersimpuh dihadapan tubuh lemah kekasih yang sangat ia cintainya ini tak sanggup rasanya memandang lelaki gagah yang kini lemas tak berdaya. Rasa bersalah menggunung di dadanya sesal atas ketakberdayaannya hingga membuat lelaki yang sangat ia sayangi menderita.Nurhayati membantu Dara berdiri disamping Rafi.
“Rafi maukah kau menikahi aku besok ?  kita masih punya waktu .” tanya Dara lirih di sela isak tangisnya
“Tidak Dara, aku sudah ikhlas melepasmu jangan kau sakiti orang tuamu tentu mereka akan malu dan kecewa,menikahlah dengan Ahmad ku doakan semoga kalian bahagia dan mawadah warohmah sepanjang masa.” jawaban Rafi sungguh mengejutkan Dara dan Nurhayati karena bukan itu jawaban yang diharapkan Dara.
“Pulanglah Dara pasti Ayah dan Ibu khawatir karena saat ini kau tidak ada di rumah sementara besok adalah hari pernikahanmu.” Ujar Rafi dengan suara berwibawanya meski nampak lemah.
“Baiklah Rafi jika itu maumu .” jawab Dara lirih
Dara dan Nurhayati meninggalkan Rafi meski berat hati Dara tapi itulah keputusan Rafi dan tentu ini yang terbaik untuk Dara . Ketulusan Rafi bukti besarnya cinta Rafi kepadanya karena mencintai tidak harus memiliki.Rafi percaya Ahmad pria baik yang akan menjaga Dara dan membuat wanita yang dicintainya bahagia.

                                             tamat














Tidak ada komentar:

Posting Komentar