“BIARKAN CINTA MEMILIH”
Oleh : Dara Kelana
Dalam diam ku reka wajahmu
Lukisan indah bermata sayu
Kau bidadari pujaanku
Cintaku hanya untukmu
Bait
puisi itu kerap kali membuat bibir Dara Syanta tersenyum kala membacanya. Sepenggal puisi yang ditulis Rafi Zaidan khusus untuknya.
Rafi memang jago soal menulis puisi. Di sela kesibukkannya sebagai ketua OSIS,
lelaki idola hampir semua siswi di SMA Annur itu selalu meluangkan waktu untuk
mencurahkan rasa hati dalam untaian kata berdiksi. Dara kagum dengan semua
puisi-puisi goresan Rafi
Sejak
bersama dalam kepengurusan OSIS Dara dan Rafi sering diskusi membahas program dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab mereka. Dara
Synta gadis manis Sang juara kelas pandai pula mengaji membuat Rafi terkagum
dan jatuh hati padanya kebersamaan mereka terjalin indah hingga membuat iri
teman – temannya.
“Deh
yang lagi jatuh cinta senyum – senyum sendiri nih!” ejek Nurhayati sahabat dan
teman sebangku Dara.
”
Ah...kamu
Nur, ngagetin aku ajah !” seru Dara
”Jangan
usil Nur, kayak ga pernah ngerasain ajah kamu ?” tanya Iin seraya duduk di
samping Dara.
”hmmm...pantes
Nur dia senyum – senyum sendiri pagi – pagi dah dapat surat cinta ya?” tanya
Iin sembari menatap kertas yang ada dalam genggaman Dara.
”
Sok tahu kamu In !” sanggah Dara.
”
Nah, itu apa hayo ...?” tanya Iin seraya melirik penuh keyakinan ke arah
genggaman tangan Dara. Iin
emang paling suka mengejek Dara.Iin siswi berbadan bongsor dan suka usil di kelas
super rame lagi tapi, Iin sangat sayang kepada dua sahabatnya Dara dan Nurhayati.Mereka
bertiga dijuluki trio keket karena kemana – mana selalu lengket kayak ulat
keket .
”Assalamualaikum....”
terdengar salam dari sipemilik suara yang tak asing lagi bagi teman – teman di
kelas yaitu Sang ketua OSIS Rafi Zaidan
.
“Waalaikumsalam
warohmatullahi wabarakatuh,” jawab penghuni kelas bersamaan.” Teman – teman
hari ini Pak Nardi tidak masuk karena sakit tapi ada tugas di halaman 35
silahkan dikerjakan hingga jam istirahat .” Ujar Rafi
menyampaikan amanat dari Pak Nardi
“
Siap komandan !” sahut Iin dengan tangan disimpan di pelipis seolah memberi hormat.
Tak
terasa tiba dipenghujung tahun ajaran 1991-1992,detik – detik putih abu akan
ditanggalkan.”Alhamdulillah aku lulus.” Teriak Iin seraya mengangkat lembar
kelulusan yang baru diterimanya sambil mendekati satu persatu teman sekelas
untuk mengucapkan selamat.Bahagia itu dirasakan oleh seluruh siswa kelas 3 SMA
Annur karena mereka lulus semua.
”
Selamat ya, Dara .”Seru Rafi seraya menyodorkan tangan kanannya untuk menyalami
Dara dengan suara lembutnya dan tatapan mata penuh cinta.
”
Terimakasih Rafi, selamat juga untukmu .” Jawab Dara menyambut uluran tangan
Rafi, meski dengan sedikit grogi karena mata sang kekasih memandangnya dengan
mesra. Ada getaran yang tak dapat dilukiskan ketika kedua tangan mereka
bersentuhan.Yeah meski hampir satu semester Rafi dan Dara menjalin hubungan
tapi baru kali ini Rafi menyentuh tangan Dara
”
Dara kamu mau kuliah dimana ?” tanya Rafi sembari duduk disamping Dara.
”
Entahlah Raf, mungkin aku mau kerja dulu ajah.”Jawab Dara perlahan sambil
mengtur napasnya karena, tiap kali berdekatan dengan Rafi Dara selalu merasa
jantungnya berdetak kencang seolah habis lari 1.000 kilometer maklum baru kali
ini Dara menjalin hubungan istimewa dengan seorang pria Rafi adalah cinta
pertamanya.Sementara Rafi sedikit lebih tenang meski tatapan matanya tak pernah
berpaling dari wajah manis Dara ingin rasanya Rafi memeluk kekasih yang sangat ia sayangi ini.
”
Oh...bukankah kau mau jadi guru Dara?”tanya Rafi sedikit heran mendengar jawaban
Dara.
“Ya
sih tapi, sepertinya orangtuaku tak sanggup membiayai kuliahku untuk itu aku
akan kerja dulu Raf .” Jawab Dara lirih.
”
Oh ya..ya..aku mengerti semoga kau cepat dapat pekerjaan dan tetap bisa
kuliah,kalau aku rencananya kuliah di
Bandung.” Lanjut Rafi membuat Dara terkejut karena itu artinya mereka akan
jarang bertemu.
”Oh....kenapa
ga kuliah di Bogor ajah ?” tanya Dara sedikit kecewa mendengar Rafi akan kuliah
di Bandung.
”
Aku ingin kuliah di Universitas Telkom Dara sayangku.” Canda Rafi seraya
menyentuhkan lembar kelulusannya kepipi Dara hingga membuat Dara terkejut dan
menggeser posisi duduknya.
”
Oh...begitu ?”ujar Dara masih dengan senyum manisnya yang membuat Rafi tak
bosan memandang.
***
Tiba
hari perpisahan penghuni Asrama Annur yang telah lulus SMA akan kembali ke rumah masing –
masing .Suasana haru menghiasi senja di hari selasa.
”
Jangan lupa hubungi aku ya Dara,main ya ke Depok !” seru Iin yang berasal dari
kota Depok sahabat Dara yang baik dan selalu membuat Dara tersenyum karena ulahnya yang kocak meski kadang
sedikit jengkel dengan keusilannya.
”Siap
bu Iin !” jawab Dara seraya memeluk sahabatnya ini tak terasa bulir – bulir
bening mengalir diujung mata keduanya.
”
Dara, Iin maapin Nur ya, kalau selama ini ada sikap Nur yang kurang berkenan di
hati kalian.” Ucap Nurhayati sahabat Dara yang sangat pendiam dan tentu sangat
berbeda dengan Iin, memeluk Dara seraya menahan rasa harunya karena akan
berpisah dengan sahabat – sahabat terbaiknya. Tiga tahun mereka bersama menimba
ilmu di Yayasan Annur saling mengasihi saling menyanyangi saling memotivasi.
”Maapin
aku juga Nur, nanti aku main deh ke Bekasi.” Ucap Dara tetap berusaha tersenyum
manis disela rasa harunya.
”
Kita tetap trio keket yang tak akan terpisahkan !” Iin manarik sahabatnya Dara
dan Nurhayati dengan kedua tangannya dan mereka pun berpelukan, sungguh
pemandangan yang mengharukan.
Rafi
hanya bisa menatap Dara beribu kata yang ingin dikatakannya dihari perpisahan
ini seakan lenyap ditelan bumi.Iin dan Nurhayati sangat mengerti keadaan
sahabatnya ini tentu berat bagi Rafi dan Dara jika mereka yang biasa berjumpa
setiap hari harus terpisah.Rafi tinggal di Jakarta sementara Dara di Bogor
bahkan Rafi akan melanjutkan kuliah di Bandung.Akhirnya Dara memulai
pembicaraan mencairkan kebekuan suasana “ Rafi...kenapa kok diam ajah ?”tanya
Dara seolah heran karena tidak seperti biasanya Rafi terdiam kala dekat
dengannya.
”
Dara maukah engkau berjanji untukku ? “ akhirnya terdengar suara Rafi suara
yang penuh pesona yang senantiasa menetramkan jiwa Dara karena lembut dan
berwibawa itulah sebabnya Rafi terpilih menjadi ketua OSIS dan tentu menaklukan
hati Dara selain wajahnya yang super ganteng.
”
Berjanji untuk apa?’ tanya Dara sedikit heran.
”
Berjanjilah Dara akan selalu setia dan menunggu Rafi !”ujar Rafi seraya menatap
Dara dengan keyakinan bahwa kekasihnya ini tak akan pernah meninggalkannya
meski jarak akan memisahkan mereka.
”Ya,
tentu Dara akan menunggu hingga Rafi kembali setelah menggapai cita – cita.” Jawab
Dara meyakinkan kekasihnya ini.
”Terimakasih
Dara percayalah aku akan menemuimu setelah lulus kuliah nanti aku akan datang
untuk melamarmu!” ujar Rafi seraya memegang jemari mungil milik Dara.Dengan
tersipu malu Dara melepaskan genggaman
Rafi.Tak lama kemudian Iin dan Nurhayati datang memberitahukan kepada Dara
bahwa Taxi yang mereka pesan telah datang .” Tapi kita harus menemui abah Asep
dulu,” ajak Dara . Abah Asep adalah pimpinan yayasan Annur .
”Aku
ikut !” pinta Rafi .Mereka menemui abah Asep dan berpamitan .
”
Abah kami pamit terimakasih atas segalanya yang telah diberikan kepada kami
selama kami disini, mohon maap apabila ada tingkah laku kami yang kurang
berkenan di hati Abah.” Ujar Rafi mewakali mereka.
“
Jagalah diri kalian bergunalah bagi lingkungan jadilah manusia laksana pohon
yang berdaun lebat dan berbuah manis!”pesan Abah Asep kepada mereka berempat.
”
Baiklah Abah!’’ jawab mereka bersamaan. Rafi terlebih dahulu mencium tangan A
bah Asep dan memeluknya diikuti Dara, Iin dan Nurhayati.
Senja
di hari selasa minggu terakhir Juni 1992 menjadi saksi perpisahan
mereka.Sebelum Taxi Dara meluncur pergi Rafi menghampiri gadis manis pujaannya
ini seraya memberikan sebuah amplop berwarna pink.” Selamat jalan Dara semoga
lancar ya sampai rumah.” Ucap Rafi seolah tak berkedip memandang Dara yang
telah duduk manis di dalam Taxi.
”
Terimakasih Rafi , kamu juga hati – hati ya!” jawab Dara” Jangan ngebut ya pak
supir awas pacar saya lecet!” canda Rafi kepada supir Taxi.
Taxi
yang ditumpangi Dara meluncur perlahan.Tak sabar Dara membuka amplop berwarna
pink yang diterimanya dari Rafi.Puisi cinta yang kesekian kalinya ia terima
dari Rafi yang tak akan pernah ia bosan untuk membacanya.
Tiada melati seharum mewangimu
Tiada pelangi seindah rona wajahmu
Tak satu umpamapun lukiskan manis
seyummu
Tak satu ibaratpun gambaran cantik
wajahmu
Wahai Dara Syinta pujaanku
Ijinkan aku mencintaimu seumur
hidupku
Ijinkan aku menyayangimu sepenuh
jiwaku
Kan ku jaga cintamu hingga pintu
surga
Bersama kita bahagia di alam fana
dan baka
Tersipu
malu Dara membaca puisi yang ditulis Rafi membuat dirinya seakan jadi putri
tercantik di bumi. Rafi memang sangat romantis dan pandai membuat Dara
tersanjung dengan puisi – puisi cintanya.
“Assalamualaikum...”salam
Dara setelah berdiri di beranda rumahnya
“Waalaikumsalam.”
suara Ibu terdengar penuh semangat menyambut kepulangan Dara
“Ibu...”
Dara mencium tangan Ibu,wanita yang
sangat ia cintai dan memeluknya erat
karena begitu rindunya ia selama satu semester Dara tidak pulang.” Ayah mana
Bu?” tanya Dara karena sedari tadi ia tidak melihan Ayah di rumah.
“Ayah
di kebun belakang rumah tadi ada pisang yang matang kayaknya mau ditebang
tuh!”jawab Ibu sambil membawa tas pakaian Dara ke dalam rumah
“
Adik kemana Bu?”lagi – lagi Dara bertanya karena dia tidak melihat adiknya
meyambut kepulangan Dara
“
Adik lagi les tari Dara, sebentar lagi juga pulang.” jawab Ibu lirih
Dara
tidak masuk ke dalam rumah tapi ia pergi ke kebun belakang untuk menemui ayah
yang sedang menebang pohon pisang.Orang tua Dara pedagang sayuran di pasar tradisional yang letaknya tidak jauh
dari rumah.Dara dua bersaudara keadaan ekonomi keluarganya sangat sederhana
itulah sebabnya Dara ingin mencari pekerjaan untuk biaya kuliahnya karena
orangtuanya tidak sanggup membiayainya sementara adiknya baru duduk di kelas
tiga SMP.
“Assalamualaikum..Ayah.”
sapa Dara sembari meraih tangan ayah untuk menciumnya.
“Waalaikumsalam...oh
anak kesayangan Ayah sudah pulang ya?” jawab Ayah sembari mengusap kepala anak
gadisnya ini.” Nih pisang kesukaanmu mateng.“ Tunjuk Ayah ke arah pisang yang
baru saja Ayah tebang dan itu memang pisang kesukaan Dara pisang lampung yang
mungil – mungil manis.
***
“Dara
kapan pulang ?” tanya Ahmad teman kecil Dara yang masih family.Sejak Dara
tinggal di asrama Ahmad jarang sekali bertemu dengan Dara karena Dara hanya
pulang saat liburan semester itu pun hanya beberapa hari di rumah.Ahmad
sebenarnya menyukai Dara sejak lama tapi Ahmad hanya memendam rasanya tak
sanggup mengungkapkan perasaannya. Usia Ahmad tiga tahun di atas Dara saat ini
Ahmad telah bekerja di perusahaan yang cukup bonafide dengan gaji yang cukup
besar. Ayah Ahmad bernama pak Andi seorang kepala sekolah SD Negeri sedang
ibunya bu Mila pedagang sembako. Bu Mila sodara misan dari ibunya Dara.Tempat
tinggal mereka masih satu RT orang tua Ahmad sering berkunjung ke rumah orang
tua Dara hubungan mereka memang sangat akrab.
“Kemarin
sore Kak Ahmad” jawab Dara “ Sini atuh mampir !” ajak Dara.Tentu Ahmad tak akan
menolaknya karena memang itu yang diharapkannya.
“Silahkan
duduk. Sebentar ya, Dara buatin minum.” Ujar Dara seraya melangah ke dapur membuatkan teh manis hangat untuk Ahmad
Tak
lama kemudian Dara kembali membawakan secankir teh manis hangat untuk Ahmad.”
Silahkan diminum Kak!” ujar Dara
“Terimakasih
Dara,“ jawab Ahmad lembut.“Selamat ya sudah lulus SMA, mau lanjut kuliah atau
mau kerja nih?” tanya Ahmad memulai obrolan sembari menyeruput teh manis hangat
buatan Dara yang semakin manis terasa di lidah Ahmad karena dapat memandang
senyum manis gadis pujaannya.
“Sepertinya
kerja dulu Kak,” jawab Dara lirih “Ka Ahmad bisa bantu Dara cari kerja?”tanya
Dara berharap Ahmad membantunya mencarikan pekerjaan.
“Oke
nanti Kaka carikan Dara siapkan saja lamarannya.” ujar Ahmad dengan perasaan
senang karena akan ada alasan untuk selalu bisa dekat dengan Dara.
“Oh
ya siap tapi,saya belum buat SKCK dari kepolisian Dara ga tahu dimana tempatnya
Ka?”tanya Dara
“Hayu
besok Kaka antar kebetulan besok lagi sip malam.” Jawab Ahmad penuh semangat.
“Alhamdulillah
terimakasih Ka.” Ujar Dara
“
Eh...ada nak Ahmad,“ sapa Ibu “Gimana kabarnya lama ga kelihatan kemana
ajah?”tanya ibu sembari duduk di samping Dara
“
Ada Bu .“ Jawab Ahmad sembari bangkit menyalami Ibu.
“
Ibu besok Dara mau minta anter Kak Ahmad membuat SKCK di Kepolisian .“ Ujar
Dara mohon ijin kepada Ibu
“
Oh ya Ahmad antar Dara yah !” pinta ibu seolah mengerti keinginan Ahmad karena
Ibu tahu Ahmad anak yang baik dan dari keluarga baik – baik dalam hati kecil
Ibu berharap Ahmad dan Dara berjodoh.
“
Baiklah saya pamit dulu Bu, besok jam delapan saya jemput Dara.” Ucap Ahmad
sambil menyalami Ibu dan Dara
“
Mangga, terimakasih Nak Ahmad dah bersedia membantu Dara.” Jawab ibu membuat
Ahmad tersenyum bahagia karena yakin kalau Ibu akan senang jika dirinya dekat
dengan Dara.
Ahmad
menstarter motor honda merahnya dengan penuh semangat karena rasa bahagia di
dalam hatinya. Serasa usai minum Vitamin 1000 cc jaringan darahnya mengalir
deras penuh oksigen menyegarkan.Kalau kata peribahasa pucuk dicinta ulampun
tiba.
***
Keesokan harinya sesuai janji pukul 08.00 WIB,
Ahmad menjemput Dara unuk membuat SKCK di Polsek Ciherang.Ahmad mengenakan kaos
berwarna hitam dengan jeans biru dan sepatu sport Adidas berwarna putih bergaya
casual terlihat tampan sekali.Setelah tiba di halaman rumah Dara, Ahmad mematikan
mesin motor dan memarkirnya.
“Assalamualaikum,”
ucap Ahmad memberi salam
“Waalaikumsalam
warohmatullahiwabarakatuh.” Jawab Dara seraya berjalan keluar rumahnya.”Kita
langsung berangkat ya Ka?” tanya Dara sambil merapikan jilbab
hitamnya.Sementara Ahmad terpesona melihat penampilan Dara yang mengenakan
kemeja biru muda dengan rok lebar bergaris hitam putih.Wajahnya tampak sangat
cantik berkerudung hitam” Subhanallah” Ahmad memuji di dalam hatinya anugerah
terindah yang ada dihadapannya.
“
Oh ya mari mumpung masih pagi biar ga ngantri.” Ajak Ahmad penuh semangat
Honda
merah melaju di jalan raya Ciherang – Jatirasa.” Pegangan Dara jangan malu –
malu nanti jatuh! “ perintah Ahmad karena posisi duduk Dara begitu jauh darinya
Ahmad khawatir terjatuh.
“
Ya Ka, nih udah pegangan .“ Jawab Dara yang sedikit merasa risih jika harus
berpegangan pada pinggang Ahmad.
Jarak
Polsek Ciherang dari rumah Dara sekitar 8 km hanya dengan 15 menit perjalanan
mereka telah sampai.”Alhamdulillah masih sepi,Dara tunggu disini biar Kaka yang
ambilkan formulirnya.” Saran Ahmad agar Dara menunggu dirinya yang akan
mengambilkan formulir.Tak lama kemuadian Ahmad kembali dan menyodorkan formulir
agar segera diisi oleh Dara.Tak butuh waktu lama SKCK Dara telah selesai
merekapun pulang.
“
Dara Kaka laper nih kita ngebakso yu?” ajak Ahmad
“Terserah
Kaka atuh.” Jawab Dara singkat
Ahmad
menghentikan laju si merah di depan kios Bakso Sukowati. Bakso yang sudah
kesohor rasa dan kualitasnya.”Mas bakso ya dua!” ujar Ahmad kepada pelayan
bakso yang belum sempat bertanya mau pesan apa karena selain bakso ada juga
tersedia mie ayam yang tak kalah enaknya.
“Mau
minum apa Dara ?” tanya Ahmad sambil menggeser kursi mempersilahkan Dara duduk.
“
Teh tawar hangat sajah Ka.” jawab Dara
“
Mas, teh tawar hangatnya dua ya!” ujar Ahmad kepada pelayan
Tak
lama kemudian bakso siap di hadapan keduanya. Dara menambahkan sedikit saos dan
kecap begitu juga Ahmad.
“Kalau
lamarannya sudah siap nanti Kaka antar
ngelamar ke PT Ami katanya ada lowongan,mudah – mudahan diterima ya.” Ujar
Ahmad disela kesibukannya memotong bakso urat dengan sendoknya.
“Aamiin
makasih Ka” jawab Dara singkat tapi tentu dengan rasa bahagia karena Dara sudah
tidak sabar ingin segera bekerja dan menabung agar bisa kuliah dan mencapai
cita – citanya .
Usai menyerahkan sejumlah rupiah kepada kasir Ahmad menstarter si merah. Tak lama kemudian
mereka telah sampai di rumah Dara.
“Mampir dulu nak Ahmad !” pinta Ibu saat Ahmad menurunkan
Dara di halaman rumahnya.
“Terimakasih Bu, tapi maap sy ada perlu jadi buru – buru
nih.” ujar Ahmad tapi tetap memarkir motornya seraya meyalami Ibu.” Saya pamit
ya Bu, asalamualaikum.” Ucap Ahmad
“ Waalaikumsalam.” Jawab Dara dan Ibu bersamaan .
“ Terimakasih ya Ka, hati-hati di jala!” seru Dara
Ahmad menstarter simerah dan melaju meninggalkan rumah
Dara.
***
Beberapa perusahaan telah Dara datangi diantar Rafi yang
senantiasa sudi menemani tapi hingga satu bulan menunggu belum juga ada
panggilan.
“Pak sepertinya anak kita sudah punya pacar nih,” ledek
Bu Mila kepada Ahmad putra pertamanya yang semakin hari semakin akrab dengan
Dara.
“Siapa Bu cewek yang memikat bujangan kita ini?’ tanya
Pak Andi dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.
“Lah emang Bapak belum tahu?” ujar Bu Mila balik bertanya
“Belum atuh makanya tanya,” ucap Pak Andi
“Ntu Pak, Dara .” Jawab Bu Mila
“Oh...Dara yang pinter ngaji itu?” kembali Pak Andi
bertanya
“
Ya udah kita lamar ajah!” ujar Pak Andi
“
Gimana Nak ?” tanya Bu Mila kepada Ahmad
“Coba
ajah kalau Ayah berani kira –kira Dara mau ga?” ucap Ahmad
“
Ya udah nanti malam kita maen ke rumah Pak Kodir Bu.” Ujar Pak Andi dengan
santai sembari memegang koran yang sedari tadi dibacanya.
Ba’da
Isya Bu Mila dan Pak Andi berkunjung ke rumah Dara dengan niat akan melamarnya
untuk Ahmad. Sementara Ahmad pergi kerja karena sedang sip malam.
“Assalamualaikum.”ucap
salam Bu Mila setelah tiba di beranda
rumah Dara
“Waalaikumsalam.”
Terdengar suara Dara menjawab dan bergegas keluar.
‘”Eh
Bu Mila dan Pak Andi mari masuk, ada perlu sama Ibu ya sebentar saya
panggilkan.” Ucap Dara meninggalkan Pak Andi dan Bu Mila diruang tamu
Tak
lama kemudian Ayah dan Ibu Dara menyalami mereka dan duduk bercengkrama di
ruang tamu hal ini sudah biasa mereka lakukan karena hubungan mereka masih
family.Dara pun datang membawakan empat cangkir teh manis hangat untuk mereka.
Pak Andi menyampaikan tujuan khusus kedatangannya malam ini yaitu untuk melamar
Dara .
“
Gimana menurut Ibu ?” tanya Ayah
“Terserah
Ayah tapi tanya dulu Daranya kalau Ibu sih setuju ajah.” Jawab Ibu
“Ga
baik anak perempuan menolak lamaran. Lagi pula Andi anak yang baik dan hubungan
keluaraga kita juga baik.” Ucap Ayah
“Panggil
Dara Bu!” perintah Ayah agar Dara mengetahui lamaran Pak Andi
Tak
lama kemudian Ibu kembali menuntun Dara agar duduk di sampin Ayah
“
Dara anak Ayah yang baik Pak Andi dan Bu Mila melamar Dara untuk Andi kami
sebagai orangtua sudah merestuinya dan Ayah berharap Dara tidak menolaknya
minggu depan kalian akan menikah.” Ujar Ayah menatap Putri gadisnya yang tampak
pucat pasi mendengar penjelasan Ayahnya.
“
Tapi...” belum sempat Dara melanjutkan kalimatnya Ayah segera memotongnya.
“Anak
perempuan pamali menolak lamaran. Nanti bisa jauh jodoh.” Ungkap Ayah
Akhirnya
Dara hanya bisa diam tak sanggup menentang keinginan Ayah agar Dara menerima
lamaran orangtua Ahmad.Serasa petir menyambar sekujur tubuhnya serasa berhenti
darah mengalir di arterinya.Bagaimana dengan keinginannya untuk bekerja dan
kuliah bagaimana dengan Rafi dan janjinya yang akan menunggu hingga Rafi lulus
kuliah? Dalam kebimbangan Dara
dikejutkan oleh suara lembut Sang Ibu .” Sudahlah Dara ikuti saja kata kami
karena kami yakin Ahmad jodoh terbaikmu yang Allah pilihkan untukmu, kami yakin
Dara akan bahagia hidup bersama Ahmad.” Ucap Ibu perlahan
***
Keesokan
harinya Dara menghubungi Iin dan Nurhayati dan menceritakan peristiwa lamaran
tadi malam dan rencana pernikahannya dengan Ahmad.
“Aduh aku harus gimana nih In, Nur?” rengek Dara
dihadapan kedua sahabatnya ini
“Mungkin ini memang sudah jodohmu Dara,”ujar Nurhayati
“Ya Dara kami juga bingung harus ngomong apa.” Sambung
Iin
“Ayo kita tanya Abah!” ajak Nurhayati
Mereka bertiga meluncur ke rumah Abah Asep pimpinan
yayasan Annur. Dara menceritakan peristiwa lamaran orangtua Ahmad dan rencana
pernikahannya
“Pulanglah Dara menikahlah dengan Ahmad dia jodohmu yang
Allah pilihkan untukmu
percayalah kepatuhanmu
pada orangtuamu akan membawa kebahagiaan.” Ujar Abah penuh keyakinan dara akan
bahagia jika menikah dengan Ahmad karena Ahmad anak yang baik dan soleh.
“ Baiklah Bah, Dara akan ikuti nasehat Abah Dara mohon
doa dan restu Abah, Dara pamit yah.” Dara meyalami Abah dikuti Iin dan
Nurhayati
“Apa yang harus aku katakan pada Rafi? tanya Dara kepada
kedua sahabatnya” Aku tak sanggup mengatakan apapun kepada Rafi.
Iin dan Nurhayati pun tak dapat berkata – kata lagi
mereka mengantarkan Dara pulang.
“Kita harus menemuai Rafi Nur !” ajak Iin
“Ya betul papun yang terjadi Rafi harus tahu.” Jawab
Nurhayati
***
Keesokan harinya Nurhayati dan Iin menemui Rafi dan
menceritakaan rencana pernikahan Dara dengan Ahmad.Rafi tak percaya Rafi ingin
menemui Dara tapi Iin dan Nurhayati mencegahnya.Lemas sekujur tubuh Rafi serasa
berhenti degup jantungnya menerima kenyataan penghianatan Dara atas
cintanya.Diambilnya secarik kertas beberapa kalimat di tulis di sana terkejut
Iin dan Nurhayati kala Rapi mengiris jemarinya dengan sebuah silet yang ada di
meja belajarnya dan meneteteskan darah kesurat yang baru ia tulis,
“ Tolong Nur, berikan surat ini untuk Dara.” ucap Rafi
seolah tak bertenaga dan nyaris tak terdengar Iin dan Nurhayati.
“Baiklah Raf,kamu sabar yah! Mungkin semua ini sudah suratan dan yang terbaik untuk kalian
berdua.” Ucap Iin
“Kami pamit Raf,
kamu istirahat yah!” ujar Nurhayati yang tak sanggup melihat wajah sembab Rafi.
“Ok... makasih.” Jawab Rafi perlahan
Nurhayati menemui Dara dan memberikan surat yang
dititipkan Rafi kepadanya. Alangkah terkejutnya Dara ketika membuka surat
berdarah dari Rafi
Untukmu
“Sang Penghianat”
Tak akan ku lupa seumur hidupku penghianatan
seorang gadis bernama
Dara syinta binti Abdul Kodir aku tak akan
pernah memaafkanmu!
Tetesan darah ini jadi saksi kepedihan hatiku!
Tak
kuasa Dara menahan air matanya membaca surat berdarah dari Rafi.Apa yang harus
dia lakukan . Sebagai anak yang taat dan patuh kepada orang tua Dara tak
berdaya untuk menolak lamaran orang tua Ahmad lagipula hubungan mereka masih
family jika Dara menolak pasti akan terjadi permusuhan diantara dua keluarga
ini.Ahmad lelaki dewasa dan baik meski Dara belum memiliki cinta untuknya.
***
Rafi
kehilangan semangat hidupnya tiap hari mengurung diri di kamar bahkan tak mau
makan akhirnya Rafi jatuh sakit dan di rawat di rumah sakit .Nurhayati
memberitahukanya kepada Dara.Sementara di rumah Dara sedang persiapan
pernikahan yang akan dilaksanakan esok pagi .
“Antar
aku Nur menemui Rafi,aku tak ingin Rafi begini.” Ratap Dara disela isak
tangisnya.
“Tapi
bagaimana kalau ayah ibumu tahu Dara
mereka bisa marah.” Nur ragu mengikuti kemauan Dara
“Kita
bilang saja mau ke rumah Abah Asep.” Usul Dara
Akhirnya
Dara dan Nurhayati menemui Rafi di rumah
sakit dengan berbohong kepada orang tua Dara.
Sesampainya
di ruang rawat Dara tak sanggup berdiri bersimpuh dihadapan tubuh lemah kekasih
yang sangat ia cintainya ini tak sanggup rasanya memandang lelaki gagah yang
kini lemas tak berdaya. Rasa bersalah menggunung di dadanya sesal atas
ketakberdayaannya hingga membuat lelaki yang sangat ia sayangi
menderita.Nurhayati membantu Dara berdiri disamping Rafi.
“Rafi
maukah kau menikahi aku besok ? kita
masih punya waktu .” tanya Dara lirih di sela isak tangisnya
“Tidak
Dara, aku sudah ikhlas melepasmu jangan kau sakiti orang tuamu tentu mereka
akan malu dan kecewa,menikahlah dengan Ahmad ku doakan semoga kalian bahagia
dan mawadah warohmah sepanjang masa.” jawaban Rafi sungguh mengejutkan Dara dan
Nurhayati karena bukan itu jawaban yang diharapkan Dara.
“Pulanglah
Dara pasti Ayah dan Ibu khawatir karena saat ini kau tidak ada di rumah
sementara besok adalah hari pernikahanmu.” Ujar Rafi dengan suara berwibawanya
meski nampak lemah.
“Baiklah
Rafi jika itu maumu .” jawab Dara lirih
Dara
dan Nurhayati meninggalkan Rafi meski berat hati Dara tapi itulah keputusan
Rafi dan tentu ini yang terbaik untuk Dara . Ketulusan Rafi bukti besarnya
cinta Rafi kepadanya karena mencintai tidak harus memiliki.Rafi percaya Ahmad
pria baik yang akan menjaga Dara dan membuat wanita yang dicintainya bahagia.
tamat