Selasa, 25 Februari 2020

Cerpenku


“BIARKAN CINTA MEMILIH”
            Oleh : Dara Kelana

Dalam diam ku reka wajahmu
Lukisan indah bermata sayu
Kau bidadari pujaanku
Cintaku hanya untukmu
Bait puisi itu kerap kali membuat bibir Dara Syanta tersenyum kala membacanya. Sepenggal puisi yang ditulis Rafi Zaidan khusus untuknya. Rafi memang jago soal menulis puisi. Di sela kesibukkannya sebagai ketua OSIS, lelaki idola hampir semua siswi di SMA Annur itu selalu meluangkan waktu untuk mencurahkan rasa hati dalam untaian kata berdiksi. Dara kagum dengan semua puisi-puisi goresan Rafi
 Sejak bersama dalam kepengurusan OSIS Dara dan Rafi sering diskusi  membahas program dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab mereka. Dara Synta gadis manis Sang juara kelas pandai pula mengaji membuat Rafi terkagum dan jatuh hati padanya kebersamaan mereka terjalin indah hingga membuat iri teman – temannya.
“Deh yang lagi jatuh cinta senyum – senyum sendiri nih!” ejek Nurhayati sahabat dan teman sebangku Dara.
” Ah...kamu Nur, ngagetin aku ajah !” seru Dara
”Jangan usil Nur, kayak ga pernah ngerasain ajah kamu ?” tanya Iin seraya duduk di samping Dara.
”hmmm...pantes Nur dia senyum – senyum sendiri pagi – pagi dah dapat surat cinta ya?” tanya Iin sembari menatap kertas yang ada dalam genggaman Dara.
” Sok tahu kamu In !” sanggah Dara.
” Nah, itu apa hayo ...?” tanya Iin seraya melirik penuh keyakinan ke arah genggaman tangan Dara. Iin emang paling suka mengejek Dara.Iin  siswi berbadan bongsor dan suka usil di kelas super rame lagi tapi, Iin sangat sayang kepada dua sahabatnya Dara dan Nurhayati.Mereka bertiga dijuluki trio keket karena kemana – mana selalu lengket kayak ulat keket .
”Assalamualaikum....” terdengar salam dari sipemilik suara yang tak asing lagi bagi teman – teman di kelas yaitu Sang ketua OSIS  Rafi Zaidan .
“Waalaikumsalam warohmatullahi wabarakatuh,” jawab penghuni kelas bersamaan.” Teman – teman hari ini Pak Nardi tidak masuk karena sakit tapi ada tugas di halaman 35 silahkan dikerjakan hingga jam istirahat .”  Ujar  Rafi menyampaikan amanat dari Pak Nardi
“ Siap komandan !” sahut Iin dengan tangan disimpan di pelipis seolah memberi hormat.

Tak terasa tiba dipenghujung tahun ajaran 1991-1992,detik – detik putih abu akan ditanggalkan.”Alhamdulillah aku lulus.” Teriak Iin seraya mengangkat lembar kelulusan yang baru diterimanya sambil mendekati satu persatu teman sekelas untuk mengucapkan selamat.Bahagia itu dirasakan oleh seluruh siswa kelas 3 SMA Annur karena mereka lulus semua.
” Selamat ya, Dara .”Seru Rafi seraya menyodorkan tangan kanannya untuk menyalami Dara dengan suara lembutnya dan tatapan mata penuh cinta.
” Terimakasih Rafi, selamat juga untukmu .” Jawab Dara menyambut uluran tangan Rafi, meski dengan sedikit grogi karena mata sang kekasih memandangnya dengan mesra. Ada getaran yang tak dapat dilukiskan ketika kedua tangan mereka bersentuhan.Yeah meski hampir satu semester Rafi dan Dara menjalin hubungan tapi baru kali ini Rafi menyentuh tangan Dara
” Dara kamu mau kuliah dimana ?” tanya Rafi sembari duduk disamping Dara.
” Entahlah Raf, mungkin aku mau kerja dulu ajah.”Jawab Dara perlahan sambil mengtur napasnya karena, tiap kali berdekatan dengan Rafi Dara selalu merasa jantungnya berdetak kencang seolah habis lari 1.000 kilometer maklum baru kali ini Dara menjalin hubungan istimewa dengan seorang pria Rafi adalah cinta pertamanya.Sementara Rafi sedikit lebih tenang meski tatapan matanya tak pernah berpaling dari wajah manis Dara ingin rasanya Rafi memeluk  kekasih yang sangat ia sayangi ini.
” Oh...bukankah kau mau jadi guru Dara?”tanya Rafi sedikit heran mendengar jawaban Dara.
“Ya sih tapi, sepertinya orangtuaku tak sanggup membiayai kuliahku untuk itu aku akan kerja dulu Raf .” Jawab Dara lirih.
” Oh ya..ya..aku mengerti semoga kau cepat dapat pekerjaan dan tetap bisa kuliah,kalau aku rencananya  kuliah di Bandung.” Lanjut Rafi membuat Dara terkejut karena itu artinya mereka akan jarang bertemu.
”Oh....kenapa ga kuliah di Bogor ajah ?” tanya Dara sedikit kecewa mendengar Rafi akan kuliah di Bandung.
” Aku ingin kuliah di Universitas Telkom Dara sayangku.” Canda Rafi seraya menyentuhkan lembar kelulusannya kepipi Dara hingga membuat Dara terkejut dan menggeser posisi duduknya.
” Oh...begitu ?”ujar Dara masih dengan senyum manisnya yang membuat Rafi tak bosan memandang.
***
Tiba hari perpisahan penghuni Asrama Annur yang telah  lulus SMA akan kembali ke rumah masing – masing .Suasana haru menghiasi senja di hari selasa.
” Jangan lupa hubungi aku ya Dara,main ya ke Depok !” seru Iin yang berasal dari kota Depok sahabat Dara yang baik dan selalu membuat Dara tersenyum  karena ulahnya yang kocak meski kadang sedikit jengkel dengan keusilannya.
”Siap bu Iin !” jawab Dara seraya memeluk sahabatnya ini tak terasa bulir – bulir bening mengalir diujung mata keduanya.
” Dara, Iin maapin Nur ya, kalau selama ini ada sikap Nur yang kurang berkenan di hati kalian.” Ucap Nurhayati sahabat Dara yang sangat pendiam dan tentu sangat berbeda dengan Iin, memeluk Dara seraya menahan rasa harunya karena akan berpisah dengan sahabat – sahabat terbaiknya. Tiga tahun mereka bersama menimba ilmu di Yayasan Annur saling mengasihi saling menyanyangi saling memotivasi.
”Maapin aku juga Nur, nanti aku main deh ke Bekasi.” Ucap Dara tetap berusaha tersenyum manis disela rasa harunya.
” Kita tetap trio keket yang tak akan terpisahkan !” Iin manarik sahabatnya Dara dan Nurhayati dengan kedua tangannya dan mereka pun berpelukan, sungguh pemandangan yang mengharukan.
Rafi hanya bisa menatap Dara beribu kata yang ingin dikatakannya dihari perpisahan ini seakan lenyap ditelan bumi.Iin dan Nurhayati sangat mengerti keadaan sahabatnya ini tentu berat bagi Rafi dan Dara jika mereka yang biasa berjumpa setiap hari harus terpisah.Rafi tinggal di Jakarta sementara Dara di Bogor bahkan Rafi akan melanjutkan kuliah di Bandung.Akhirnya Dara memulai pembicaraan mencairkan kebekuan suasana “ Rafi...kenapa kok diam ajah ?”tanya Dara seolah heran karena tidak seperti biasanya Rafi terdiam kala dekat dengannya.
” Dara maukah engkau berjanji untukku ? “ akhirnya terdengar suara Rafi suara yang penuh pesona yang senantiasa menetramkan jiwa Dara karena lembut dan berwibawa itulah sebabnya Rafi terpilih menjadi ketua OSIS dan tentu menaklukan hati Dara selain wajahnya yang super ganteng.
” Berjanji untuk apa?’ tanya Dara sedikit heran.
” Berjanjilah Dara akan selalu setia dan menunggu Rafi !”ujar Rafi seraya menatap Dara dengan keyakinan bahwa kekasihnya ini tak akan pernah meninggalkannya meski jarak akan memisahkan mereka.
”Ya, tentu Dara akan menunggu hingga Rafi kembali setelah menggapai cita – cita.” Jawab Dara meyakinkan kekasihnya ini.
”Terimakasih Dara percayalah aku akan menemuimu setelah lulus kuliah nanti aku akan datang untuk melamarmu!” ujar Rafi seraya memegang jemari mungil milik Dara.Dengan tersipu malu  Dara melepaskan genggaman Rafi.Tak lama kemudian Iin dan Nurhayati datang memberitahukan kepada Dara bahwa Taxi yang mereka pesan telah datang .” Tapi kita harus menemui abah Asep dulu,” ajak Dara . Abah Asep adalah pimpinan yayasan Annur .
”Aku ikut !” pinta Rafi .Mereka menemui abah Asep dan berpamitan .
” Abah kami pamit terimakasih atas segalanya yang telah diberikan kepada kami selama kami disini, mohon maap apabila ada tingkah laku kami yang kurang berkenan di hati Abah.” Ujar Rafi mewakali mereka.
“ Jagalah diri kalian bergunalah bagi lingkungan jadilah manusia laksana pohon yang berdaun lebat dan berbuah manis!”pesan Abah Asep kepada mereka berempat.
” Baiklah Abah!’’ jawab mereka bersamaan. Rafi terlebih dahulu mencium tangan A bah Asep dan memeluknya diikuti Dara, Iin dan Nurhayati.
Senja di hari selasa minggu terakhir Juni 1992 menjadi saksi perpisahan mereka.Sebelum Taxi Dara meluncur pergi Rafi menghampiri gadis manis pujaannya ini seraya memberikan sebuah amplop berwarna pink.” Selamat jalan Dara semoga lancar ya sampai rumah.” Ucap Rafi seolah tak berkedip memandang Dara yang telah duduk manis di dalam Taxi.
” Terimakasih Rafi , kamu juga hati – hati ya!” jawab Dara” Jangan ngebut ya pak supir awas pacar saya lecet!” canda Rafi kepada supir Taxi.
Taxi yang ditumpangi Dara meluncur perlahan.Tak sabar Dara membuka amplop berwarna pink yang diterimanya dari Rafi.Puisi cinta yang kesekian kalinya ia terima dari Rafi yang tak akan pernah ia bosan untuk membacanya.
Tiada melati seharum mewangimu
Tiada pelangi seindah rona wajahmu
Tak satu umpamapun lukiskan manis seyummu
Tak satu ibaratpun gambaran cantik wajahmu
Wahai Dara Syinta pujaanku
Ijinkan aku mencintaimu seumur hidupku
Ijinkan aku menyayangimu sepenuh jiwaku
Kan ku jaga cintamu hingga pintu surga
Bersama kita bahagia di alam fana dan baka
Tersipu malu Dara membaca puisi yang ditulis Rafi membuat dirinya seakan jadi putri tercantik di bumi. Rafi memang sangat romantis dan pandai membuat Dara tersanjung dengan puisi – puisi cintanya.
“Assalamualaikum...”salam Dara setelah berdiri di beranda rumahnya
“Waalaikumsalam.” suara Ibu terdengar penuh semangat menyambut kepulangan Dara
“Ibu...” Dara mencium tangan  Ibu,wanita yang sangat ia cintai dan  memeluknya erat karena begitu rindunya ia selama satu semester Dara tidak pulang.” Ayah mana Bu?” tanya Dara karena sedari tadi ia tidak melihan Ayah di rumah.
“Ayah di kebun belakang rumah tadi ada pisang yang matang kayaknya mau ditebang tuh!”jawab Ibu sambil membawa tas pakaian Dara ke dalam rumah
“ Adik kemana Bu?”lagi – lagi Dara bertanya karena dia tidak melihat adiknya meyambut kepulangan Dara
“ Adik lagi les tari Dara, sebentar lagi juga pulang.” jawab Ibu lirih
Dara tidak masuk ke dalam rumah tapi ia pergi ke kebun belakang untuk menemui ayah yang sedang menebang pohon pisang.Orang tua Dara pedagang sayuran  di pasar tradisional yang letaknya tidak jauh dari rumah.Dara dua bersaudara keadaan ekonomi keluarganya sangat sederhana itulah sebabnya Dara ingin mencari pekerjaan untuk biaya kuliahnya karena orangtuanya tidak sanggup membiayainya sementara adiknya baru duduk di kelas tiga SMP.
“Assalamualaikum..Ayah.” sapa Dara sembari meraih tangan ayah untuk menciumnya.
“Waalaikumsalam...oh anak kesayangan Ayah sudah pulang ya?” jawab Ayah sembari mengusap kepala anak gadisnya ini.” Nih pisang kesukaanmu mateng.“ Tunjuk Ayah ke arah pisang yang baru saja Ayah tebang dan itu memang pisang kesukaan Dara pisang lampung yang mungil – mungil manis.
***
“Dara kapan pulang ?” tanya Ahmad teman kecil Dara yang masih family.Sejak Dara tinggal di asrama Ahmad jarang sekali bertemu dengan Dara karena Dara hanya pulang saat liburan semester itu pun hanya beberapa hari di rumah.Ahmad sebenarnya menyukai Dara sejak lama tapi Ahmad hanya memendam rasanya tak sanggup mengungkapkan perasaannya. Usia Ahmad tiga tahun di atas Dara saat ini Ahmad telah bekerja di perusahaan yang cukup bonafide dengan gaji yang cukup besar. Ayah Ahmad bernama pak Andi seorang kepala sekolah SD Negeri sedang ibunya bu Mila pedagang sembako. Bu Mila sodara misan dari ibunya Dara.Tempat tinggal mereka masih satu RT orang tua Ahmad sering berkunjung ke rumah orang tua Dara hubungan mereka memang sangat akrab.
“Kemarin sore Kak Ahmad” jawab Dara “ Sini atuh mampir !” ajak Dara.Tentu Ahmad tak akan menolaknya karena memang itu yang diharapkannya.
“Silahkan duduk. Sebentar ya, Dara buatin minum.” Ujar Dara seraya melangah ke dapur  membuatkan teh manis hangat untuk Ahmad
Tak lama kemudian Dara kembali membawakan secankir teh manis hangat untuk Ahmad.” Silahkan diminum Kak!” ujar Dara
“Terimakasih Dara,“ jawab Ahmad lembut.“Selamat ya sudah lulus SMA, mau lanjut kuliah atau mau kerja nih?” tanya Ahmad memulai obrolan sembari menyeruput teh manis hangat buatan Dara yang semakin manis terasa di lidah Ahmad karena dapat memandang senyum manis gadis pujaannya.
“Sepertinya kerja dulu Kak,” jawab Dara lirih “Ka Ahmad bisa bantu Dara cari kerja?”tanya Dara berharap Ahmad membantunya mencarikan pekerjaan.
“Oke nanti Kaka carikan Dara siapkan saja lamarannya.” ujar Ahmad dengan perasaan senang karena akan ada alasan untuk selalu bisa dekat dengan Dara.
“Oh ya siap tapi,saya belum buat SKCK dari kepolisian Dara ga tahu dimana tempatnya Ka?”tanya Dara 
“Hayu besok Kaka antar kebetulan besok lagi sip malam.” Jawab Ahmad penuh semangat.
“Alhamdulillah terimakasih Ka.” Ujar Dara
“ Eh...ada nak Ahmad,“ sapa Ibu “Gimana kabarnya lama ga kelihatan kemana ajah?”tanya ibu sembari duduk di samping Dara
“ Ada Bu .“ Jawab Ahmad sembari bangkit menyalami Ibu.
“ Ibu besok Dara mau minta anter Kak Ahmad membuat SKCK di Kepolisian .“ Ujar Dara mohon ijin kepada Ibu
“ Oh ya Ahmad antar Dara yah !” pinta ibu seolah mengerti keinginan Ahmad karena Ibu tahu Ahmad anak yang baik dan dari keluarga baik – baik dalam hati kecil Ibu berharap Ahmad dan Dara berjodoh.
“ Baiklah saya pamit dulu Bu, besok jam delapan saya jemput Dara.” Ucap Ahmad sambil menyalami Ibu dan Dara
“ Mangga, terimakasih Nak Ahmad dah bersedia membantu Dara.” Jawab ibu membuat Ahmad tersenyum bahagia karena yakin kalau Ibu akan senang jika dirinya dekat dengan Dara.
Ahmad menstarter motor honda merahnya dengan penuh semangat karena rasa bahagia di dalam hatinya. Serasa usai minum Vitamin 1000 cc jaringan darahnya mengalir deras penuh oksigen menyegarkan.Kalau kata peribahasa pucuk dicinta ulampun tiba.
***
 Keesokan harinya sesuai janji pukul 08.00 WIB, Ahmad menjemput Dara unuk membuat SKCK di Polsek Ciherang.Ahmad mengenakan kaos berwarna hitam dengan jeans biru dan sepatu sport Adidas berwarna putih bergaya casual terlihat tampan sekali.Setelah tiba di halaman rumah Dara, Ahmad mematikan mesin motor dan memarkirnya.
“Assalamualaikum,” ucap Ahmad memberi salam
“Waalaikumsalam warohmatullahiwabarakatuh.” Jawab Dara seraya berjalan keluar rumahnya.”Kita langsung berangkat ya Ka?” tanya Dara sambil merapikan jilbab hitamnya.Sementara Ahmad terpesona melihat penampilan Dara yang mengenakan kemeja biru muda dengan rok lebar bergaris hitam putih.Wajahnya tampak sangat cantik berkerudung hitam” Subhanallah” Ahmad memuji di dalam hatinya anugerah terindah yang ada dihadapannya.
“ Oh ya mari mumpung masih pagi biar ga ngantri.” Ajak Ahmad penuh semangat
Honda merah melaju di jalan raya Ciherang – Jatirasa.” Pegangan Dara jangan malu – malu nanti jatuh! “ perintah Ahmad karena posisi duduk Dara begitu jauh darinya Ahmad khawatir terjatuh.
“ Ya Ka, nih udah pegangan .“ Jawab Dara yang sedikit merasa risih jika harus berpegangan pada pinggang Ahmad.
Jarak Polsek Ciherang dari rumah Dara sekitar 8 km hanya dengan 15 menit perjalanan mereka telah sampai.”Alhamdulillah masih sepi,Dara tunggu disini biar Kaka yang ambilkan formulirnya.” Saran Ahmad agar Dara menunggu dirinya yang akan mengambilkan formulir.Tak lama kemuadian Ahmad kembali dan menyodorkan formulir agar segera diisi oleh Dara.Tak butuh waktu lama SKCK Dara telah selesai merekapun pulang.
“ Dara Kaka laper nih kita ngebakso yu?” ajak Ahmad
“Terserah Kaka atuh.” Jawab Dara singkat
Ahmad menghentikan laju si merah di depan kios Bakso Sukowati. Bakso yang sudah kesohor rasa dan kualitasnya.”Mas bakso ya dua!” ujar Ahmad kepada pelayan bakso yang belum sempat bertanya mau pesan apa karena selain bakso ada juga tersedia mie ayam yang tak kalah enaknya.
“Mau minum apa Dara ?” tanya Ahmad sambil menggeser kursi mempersilahkan Dara duduk.
“ Teh tawar hangat sajah Ka.” jawab Dara
“ Mas, teh tawar hangatnya dua ya!” ujar Ahmad kepada pelayan
Tak lama kemudian bakso siap di hadapan keduanya. Dara menambahkan sedikit saos dan kecap begitu juga Ahmad.
“Kalau lamarannya sudah siap nanti  Kaka antar ngelamar ke PT Ami katanya ada lowongan,mudah – mudahan diterima ya.” Ujar Ahmad disela kesibukannya memotong bakso urat dengan sendoknya.
“Aamiin makasih Ka” jawab Dara singkat tapi tentu dengan rasa bahagia karena Dara sudah tidak sabar ingin segera bekerja dan menabung agar bisa kuliah dan mencapai cita – citanya .
            Usai menyerahkan sejumlah rupiah kepada kasir  Ahmad menstarter si merah. Tak lama kemudian mereka telah sampai di rumah Dara.
            “Mampir dulu nak Ahmad !” pinta Ibu saat Ahmad menurunkan Dara di halaman rumahnya.
            “Terimakasih Bu, tapi maap sy ada perlu jadi buru – buru nih.” ujar Ahmad tapi tetap memarkir motornya seraya meyalami Ibu.” Saya pamit ya Bu, asalamualaikum.” Ucap Ahmad
            “ Waalaikumsalam.” Jawab Dara dan Ibu bersamaan .
            “ Terimakasih ya Ka, hati-hati di jala!” seru Dara
            Ahmad menstarter simerah dan melaju meninggalkan rumah Dara.
            ***
            Beberapa perusahaan telah Dara datangi diantar Rafi yang senantiasa sudi menemani tapi hingga satu bulan menunggu belum juga ada panggilan.
            “Pak sepertinya anak kita sudah punya pacar nih,” ledek Bu Mila kepada Ahmad putra pertamanya yang semakin hari semakin akrab dengan Dara.
            “Siapa Bu cewek yang memikat bujangan kita ini?’ tanya Pak Andi dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.
            “Lah emang Bapak belum tahu?” ujar Bu Mila balik bertanya
            “Belum atuh makanya tanya,” ucap Pak Andi
            “Ntu Pak, Dara .” Jawab Bu Mila
            “Oh...Dara yang pinter ngaji itu?” kembali Pak Andi bertanya
“ Ya udah kita lamar ajah!” ujar Pak Andi
“ Gimana Nak ?” tanya Bu Mila kepada Ahmad
“Coba ajah kalau Ayah berani kira –kira Dara mau ga?” ucap Ahmad
“ Ya udah nanti malam kita maen ke rumah Pak Kodir Bu.” Ujar Pak Andi dengan santai sembari memegang koran yang sedari tadi dibacanya.
Ba’da Isya Bu Mila dan Pak Andi berkunjung ke rumah Dara dengan niat akan melamarnya untuk Ahmad. Sementara Ahmad pergi kerja karena sedang sip malam.
“Assalamualaikum.”ucap salam  Bu Mila setelah tiba di beranda rumah Dara
“Waalaikumsalam.” Terdengar suara Dara menjawab dan bergegas keluar.
‘”Eh Bu Mila dan Pak Andi mari masuk, ada perlu sama Ibu ya sebentar saya panggilkan.” Ucap Dara meninggalkan Pak Andi dan Bu Mila diruang tamu
Tak lama kemudian Ayah dan Ibu Dara menyalami mereka dan duduk bercengkrama di ruang tamu hal ini sudah biasa mereka lakukan karena hubungan mereka masih family.Dara pun datang membawakan empat cangkir teh manis hangat untuk mereka. Pak Andi menyampaikan tujuan khusus kedatangannya malam ini yaitu untuk melamar Dara .
“ Gimana menurut Ibu ?” tanya Ayah
“Terserah Ayah tapi tanya dulu Daranya kalau Ibu sih setuju ajah.” Jawab Ibu
“Ga baik anak perempuan menolak lamaran. Lagi pula Andi anak yang baik dan hubungan keluaraga kita juga baik.” Ucap Ayah
“Panggil Dara Bu!” perintah Ayah agar Dara mengetahui lamaran Pak Andi
Tak lama kemudian Ibu kembali menuntun Dara agar duduk di sampin Ayah
“ Dara anak Ayah yang baik Pak Andi dan Bu Mila melamar Dara untuk Andi kami sebagai orangtua sudah merestuinya dan Ayah berharap Dara tidak menolaknya minggu depan kalian akan menikah.” Ujar Ayah menatap Putri gadisnya yang tampak pucat pasi mendengar penjelasan Ayahnya.
“ Tapi...” belum sempat Dara melanjutkan kalimatnya Ayah segera memotongnya.
“Anak perempuan pamali menolak lamaran. Nanti bisa jauh jodoh.” Ungkap Ayah
Akhirnya Dara hanya bisa diam tak sanggup menentang keinginan Ayah agar Dara menerima lamaran orangtua Ahmad.Serasa petir menyambar sekujur tubuhnya serasa berhenti darah mengalir di arterinya.Bagaimana dengan keinginannya untuk bekerja dan kuliah bagaimana dengan Rafi dan janjinya yang akan menunggu hingga Rafi lulus kuliah? Dalam kebimbangan  Dara dikejutkan oleh suara lembut Sang Ibu .” Sudahlah Dara ikuti saja kata kami karena kami yakin Ahmad jodoh terbaikmu yang Allah pilihkan untukmu, kami yakin Dara akan bahagia hidup bersama Ahmad.” Ucap Ibu perlahan
***

Keesokan harinya Dara menghubungi Iin dan Nurhayati dan menceritakan peristiwa lamaran tadi malam dan rencana pernikahannya dengan Ahmad.
            “Aduh aku harus gimana nih In, Nur?” rengek Dara dihadapan kedua sahabatnya ini
            “Mungkin ini memang sudah jodohmu Dara,”ujar Nurhayati
            “Ya Dara kami juga bingung harus ngomong apa.” Sambung Iin
            “Ayo kita tanya Abah!” ajak Nurhayati
            Mereka bertiga meluncur ke rumah Abah Asep pimpinan yayasan Annur. Dara menceritakan peristiwa lamaran orangtua Ahmad dan rencana pernikahannya
            “Pulanglah Dara menikahlah dengan Ahmad dia jodohmu yang Allah pilihkan untukmu
percayalah kepatuhanmu pada orangtuamu akan membawa kebahagiaan.” Ujar Abah penuh keyakinan dara akan bahagia jika menikah dengan Ahmad karena Ahmad anak yang baik dan soleh.
            “ Baiklah Bah, Dara akan ikuti nasehat Abah Dara mohon doa dan restu Abah, Dara pamit yah.” Dara meyalami Abah dikuti Iin dan Nurhayati
            “Apa yang harus aku katakan pada Rafi? tanya Dara kepada kedua sahabatnya” Aku tak sanggup mengatakan apapun kepada Rafi.
            Iin dan Nurhayati pun tak dapat berkata – kata lagi mereka mengantarkan Dara pulang.
            “Kita harus menemuai Rafi Nur !” ajak Iin
            “Ya betul papun yang terjadi Rafi harus tahu.” Jawab Nurhayati
***
            Keesokan harinya Nurhayati dan Iin menemui Rafi dan menceritakaan rencana pernikahan Dara dengan Ahmad.Rafi tak percaya Rafi ingin menemui Dara tapi Iin dan Nurhayati mencegahnya.Lemas sekujur tubuh Rafi serasa berhenti degup jantungnya menerima kenyataan penghianatan Dara atas cintanya.Diambilnya secarik kertas beberapa kalimat di tulis di sana terkejut Iin dan Nurhayati kala Rapi mengiris jemarinya dengan sebuah silet yang ada di meja belajarnya dan meneteteskan darah kesurat yang baru ia tulis,
            “ Tolong Nur, berikan surat ini untuk Dara.” ucap Rafi seolah tak bertenaga dan nyaris tak terdengar Iin dan Nurhayati.
            “Baiklah Raf,kamu sabar yah! Mungkin semua ini sudah  suratan dan yang terbaik untuk kalian berdua.” Ucap Iin
            “Kami pamit  Raf, kamu istirahat yah!” ujar Nurhayati yang tak sanggup melihat wajah sembab Rafi.
            “Ok... makasih.” Jawab Rafi perlahan
            Nurhayati menemui Dara dan memberikan surat yang dititipkan Rafi kepadanya. Alangkah terkejutnya Dara ketika membuka surat berdarah dari Rafi
           
 Untukmu “Sang Penghianat”
 Tak akan ku lupa seumur hidupku penghianatan seorang gadis bernama
 Dara syinta binti Abdul Kodir aku tak akan pernah memaafkanmu!
 Tetesan darah ini jadi saksi kepedihan hatiku!

Tak kuasa Dara menahan air matanya membaca surat berdarah dari Rafi.Apa yang harus dia lakukan . Sebagai anak yang taat dan patuh kepada orang tua Dara tak berdaya untuk menolak lamaran orang tua Ahmad lagipula hubungan mereka masih family jika Dara menolak pasti akan terjadi permusuhan diantara dua keluarga ini.Ahmad lelaki dewasa dan baik meski Dara belum memiliki cinta untuknya.
***
Rafi kehilangan semangat hidupnya tiap hari mengurung diri di kamar bahkan tak mau makan akhirnya Rafi jatuh sakit dan di rawat di rumah sakit .Nurhayati memberitahukanya kepada Dara.Sementara di rumah Dara sedang persiapan pernikahan yang akan dilaksanakan esok pagi .
“Antar aku Nur menemui Rafi,aku tak ingin Rafi begini.” Ratap Dara disela isak tangisnya.
“Tapi bagaimana kalau ayah ibumu tahu Dara  mereka bisa marah.” Nur ragu mengikuti kemauan Dara
“Kita bilang saja mau ke rumah Abah Asep.” Usul Dara
Akhirnya Dara dan Nurhayati  menemui Rafi di rumah sakit dengan berbohong kepada orang tua Dara.
Sesampainya di ruang rawat Dara tak sanggup berdiri bersimpuh dihadapan tubuh lemah kekasih yang sangat ia cintainya ini tak sanggup rasanya memandang lelaki gagah yang kini lemas tak berdaya. Rasa bersalah menggunung di dadanya sesal atas ketakberdayaannya hingga membuat lelaki yang sangat ia sayangi menderita.Nurhayati membantu Dara berdiri disamping Rafi.
“Rafi maukah kau menikahi aku besok ?  kita masih punya waktu .” tanya Dara lirih di sela isak tangisnya
“Tidak Dara, aku sudah ikhlas melepasmu jangan kau sakiti orang tuamu tentu mereka akan malu dan kecewa,menikahlah dengan Ahmad ku doakan semoga kalian bahagia dan mawadah warohmah sepanjang masa.” jawaban Rafi sungguh mengejutkan Dara dan Nurhayati karena bukan itu jawaban yang diharapkan Dara.
“Pulanglah Dara pasti Ayah dan Ibu khawatir karena saat ini kau tidak ada di rumah sementara besok adalah hari pernikahanmu.” Ujar Rafi dengan suara berwibawanya meski nampak lemah.
“Baiklah Rafi jika itu maumu .” jawab Dara lirih
Dara dan Nurhayati meninggalkan Rafi meski berat hati Dara tapi itulah keputusan Rafi dan tentu ini yang terbaik untuk Dara . Ketulusan Rafi bukti besarnya cinta Rafi kepadanya karena mencintai tidak harus memiliki.Rafi percaya Ahmad pria baik yang akan menjaga Dara dan membuat wanita yang dicintainya bahagia.

                                             tamat














Senin, 24 Februari 2020

Cerpenku


“PELANGI RINDU DI JELANG SENJA”
                                         Oleh: Dara Kelana

Saly dan Harun dikenal sebagai pasangan yang romantis dan harmonis karena selama menjalani rumahtangga  tak pernah mereka berselisih.Harun sangat menyayangi dan mencintai Saly sejak mereka berpacaran di SMA. Saly cinta pertama bagi Harun begitu juga Harun cinta pertama bagi  Saly.Keharmonisan mereka bahkan mendapat julukan Romy dan Yuly dari para tetangga dan teman – teman mereka. Karena kemana pun pergi mereka selalu berdua  dan bergandeng tangan. Saly istri yang solehah yang menerima segala kekurangan dan kelebihan suaminya meski kehidupan mereka  dalam kesederhanaan.Saly sangat bersyukur dan bahagia hidup bersama Harun pria yang soleh, baik dan bijaksana yang selalu mengalah dan mengerti keinginannya.Tak putus syukur tercurah dari buah cinta mereka Allah mengkaruniai sepasang anak yang bernama Rio dan Ani.
Harun bekerja di perusahaan swasta sementara Saly dirumah mengurus anak  dan rumahtangga. Bagi Harun istri lebih baik dirumah mengurus anak dan melayani suami.Berkat didikannya kini Rio telah menamatkan S1 dan telah bekerja sementara Ani baru kuliah semester I di UHAMKA jurusan PGSD.Putra putri yang soleh dan solehan menambah sempurna kebahagiaan mereka.
Senja itu suasana rumah mereka diliputi rasa haru dan bahagia karena Saly mengadakan acara pengajian dan tasyakuran ulang tahun pernikahannya dengan Harun yang ke 25 boleh dibilang kawin perak.Ibu – ibu tetangga teman Saly dipengajian serta kerabat dan sahabat datang untuk mendoakan dan memberi selamat kepada Saly dan Harun.
“Selamat yah Bu Saly dan Pak Harun ” ucap Meli sahabat Saly .”Hebat lho, tidak mudah mempertahankan keutuhan rumahtangga hingga sejauh ini,” sambung Meli
“Terimakasih Bu Meli,”  Saly  memeluk sahabatnya erat.
“Kamu beruntung sekali Saly, punya suami dah ganteng ,baik dan cinta mati sama kamu.” Celoteh Meli
“Ah , kamu berlebihan Mel” ucap Saly perlahan.
“Oke Aku pamit yah,met bulan madu lagi deh....” ejek Mely sambil pamit pulang dikuti ibu – ibu dan tamu yang lain.

Usai acara tasyakuran sebelum tidur Harun memberikan kado kecil berpita merah kepada Saly.Harun memang senang sekali memanjakan Saly dengan kado – kado istimewa
“Ini untukmu sayang met milad pernikahan kita terimakasih atas cinta dan kesetianmu selama ini sama Ayah dan anak –anak kita” Harun menggenggam kedua telapak tangan Saly seraya memberikan kado dan mengecup kening istri tercintanya.
“Terimakasih Ayah,selamat ulang tahun pernikahan kita semoga cinta kita abadi selamanya,makasih juga kadonya tapi mamah ga punya kado buat Ayah,”ucap Saly dalam pelukan suami tercintanya dengan perasaan haru dan bahagia.
“Cinta dan kesetiaan Mamah adalah kado terindah dalam hidup Ayah, Mah,”jawab Harun dengan kembali mencium kening istrinya.”Ayo buka kadonya semoga Mamah suka memakainya.” Sambung Harun.
Saly segera membuka kado kecil berpita merah.Alangkah bahagianya hati Saly setelah melihat isi kado adalah sebentuk cincin bermata mirah kesukaannya.”Terimakasih Ayah mamah suka sekali cincinnya,”kembali Saly memeluk dan mencium pipi Harun.
“Ayo pake cincinnya.”pinta Harun”Pas ga di jari mamah?”
Saly memasukkan cincin indah itu ke jari tengahnya dan memang sangat pas karena Harun telah hapal sekali ukuran jari istrinya.” Pas Ayah, sekali lagi makasih ya.”ucap Saly.
Malam itu seakan malam pertama bagi mereka meski usia keduanya tak lagi muda.Cinta dan ketulusan diantara keduanya kunci kebahagian yang terjaga hingga 25 tahun bersama.
“Selamat pagi Mamah, Ayah, selamat ulang tahun perkawinan ya, semoga cinta Mamah dan Ayah sampai ke pintu surga” ucap Rio yang belum sempat mengucapkan selamat kepada orang tuanya karena semalam ketika pulang kerja orang tuanya telah tertidur lelap.
“Ini kado dari kami berdua,semoga Ayah dan Mamah suka,” ucap Ani seraya memeluk Ayah dan Mamahnya.Sungguh sempurna kebahagiaan keluarga sederhana mereka dengan memiliki putra dan putri yang soleh solehah.
“Terimakasih sayang,” ucap Saly seraya mencium kening Ani.
“Ayo kita sarapan nanti telat ke kampus kamu Dik,”ajak Harun sambil merengkuh bahu putri bungsunya yang kini telah menjadi mahasiswa. Mereka sarapan bersama sambil bercengkrama santai seputar acara tasyakuran dan Saly membuka kado dari kedua anaknya yang ternyata mukena cantik dan sarung untuk Harun.
“Terimakasih sayang, mamah suka kadonya,hmmm...Ayah, nih kan sarung idaman Ayah”ucap Saly seraya menunjukkan sarung BHS warna putih kesukaan Harun.
“Waw! bagus sekali, pasti mahal harganya, terimakasih ya, anak- anakku semoga kalian sukses selalu,” seru Ayah seraya mengusap kepala Rio.
Usai sarapan,Harun, Rio dan Ani pamit berangkat kepada Saly kebetulan arah kantor Rio dan Harun sama hanya Ani yang harus pindah ke bis di prapatan Cimeo.Saly mengantar kepergian mereka hingga mobil expander putih yang membawa  orang – orang  yang paling dicitainya tak terlihat dibelokan jalan.Saly membenahi meja makan dan mencuci piring – piring serta gelas bekas sarapan tadi.Seperti ibu – ibu rumahtangga yang lainnya aktifitas Saly setiap hari mencuci pakaian, memasak dan merapikan rumah semua dilakukannya dengan ikhlas dan bahagia. Pukul 09.00 WIB pekerjaan rumah telah selesai Saly bergabung dengan ibu – ibu di Majlis Ta’lim Nuurul Huda yang letaknya tidak jauh dari rumah untuk mengadakan pengajian mingguan sebagai ajang menuntut ilmu dan bersilahturahmi.
***
Tiada langit  tak berawan,tiada laut tak bergelombang senja itu sepulang dari kantor Harun kehilangan semangat mukanya pucat pasi karena kenyataan pahit yang baru saja diterima dari pimpinan perusahaan bahwa dirinya dirumahkan mengingat keadaan perusahaan yang gulungtikar.Saly berusaha tetap tenang dan menghibur suami tercintanya.
“Sabar yah,ga pa – pa istirahat dulu, ntar cari lagi pekerjaan mudah –mudahan masih ada pekerjaan buat Ayah di perusahaan yang lain,” ucap Saly menenangkan Harun
“Tapi, mana ada Mah, perusahaan yang menerima karyawan baru seusia Ayah,”jawab Harun perlahan.
“Pasti ada Yah,sabar dan kita berusaha.Ayah ga usah banyak pikiran ya.” Saly merengkuh pundak suaminya dengan penuh rasa kasih.
Satu bulan sudah Harun kehilangan pekerjaannya kejenuhan mulai menerpa.Beberapa perusahaan yang didatanginya belum ada yang dapat memberinya pekerjaan.Harun mulai depresi  emosinya mulai tidak stabil.Salah sedikit marah dan marah tapi Saly berusaha sabar dan mengerti  .Bahkan  Harun mulai mengeluh sakit kepala.
“Mah . . . Mah . . . .”Teriak Harun dari kamar mandi. Saly segera menghampiri Harun dan alangkah terkejutnya Saly melihat keadaan Harun yang tak kuasa bangun dari jatuhnya.
“Astagfirullahalajdim, kenapa kamu Yah?” Saly berusaha membantu Harun bangun dan memapahnya keluar dari kamar mandi.” Rio, Ani bantu Mamah!” teriak Saly memanggil anak- anaknya.Rio dan Ani berhamburan keluar dari kamar mendatangi kedua orangtuanya.Saly dan anak –anaknya sangat khawatir dengan keadaan Harun  yang tak kuasa menggerakkan sebagian tubuhnya.
“Ayo kita bawa kerumahsakit Mah!” ajak Rio seraya berusaha menggendong Harun di bantu Saly dan Ani membawa Harun ke mobil.Rio segera menghidupkan mobil dan melaju menuju rumahsakit Hermina.
Setiba di rumah sakit Harun diperiksa Dokter ternyata Harun terkena stroke ringan dan harus dirawat beberapa hari di rumah sakit.Saly sangat sedih melihat keadaan suami yang sangat dicintainya dan senantiasa berusaha menyemangati dan menghibur Harun.Selama di rumahsakit Saly tak beranjak sehari pun dari kamar rawat inap suaminya.Setelah kondisi Harun membaik Dokter mengijinkan Harun pulang tetapi harus menjalani terapi.Harun semakin bermuram durja serasa kian tak berguna bagi istri dan keluarganya.Tubuhnya seakan mati sebelah  untuk berjalanpun susah.Saly mulai kehabisan dana untuk membiayai pengobatan Harun meski Rio membantunya tapi Ani masih sangat membutuhkan biaya kuliahnya.
“Halo,assalamualaikum ,”sapa Saly kepada sahabatnya Meli lewat telephon genggamnya.
“Waalaikumsalam ya Sal, ada apa?gimana keadaan suamimu?” tanya Meli
“Alhamdulillah keadaan Harun mulai membaik,Mel ajak aku dong kerja di butik ,”jawaban Saly membuat Meli terkejut.
“Ga salah nih dirimu mau kerja ? mana boleh sama suamimu ?”
“Harun sakit Mel,Aku butuh biaya buat pengobatannya dan biaya kuliah Ani,”jawab Saly dengan penuh harap sahabatnya mau mengajaknya bekerja.
“Ok, nanti Aku tanya Kahfi ya mudah- mudahan dia masih butuh tenaga di butiknya yang baru,”
“Terimakasih Mel,kutunggu khabar secepatnya ya!” Saly menutup pembicaraanya dengan Meli dan menghampiri Harun yang sedang duduk di kursi rodanya.Saly mengutarakan niatnya untuk bekerja di butik dengan Meli tapi Harun tak memberi jawaban sepatah kata pun.Saly mengerti Harun pasti tak akan mengijinkannya untuk bekerja apalagi kondisi Harun yang membutuhkan perawatan khusus tapi satu sisi  mereka butuh biaya untuk kebutuhan hidup dan biaya pengobatan Harun sementara uang sisa pesangon yang di dapat Harun dari perusahaan kian menipis.Keesokan harinya kembali Saly mengutarakan niatnya untuk bekerja.Akhirnya Harun mengijinkan Saly untuk bekerja demi membantu keuangan keluarga meski sesungguhnya hati kecil Harun tidak ikhlas karena tak tega jika orang yang paling dia cintai memeras keringat untuk dirinya dan keluarganya.Tet... tet ... tet ... suara panggilan dari handphone Saly yang ternyata dari Meli.Saly bergegas mengambil handphonenya.
“Halo, assalamualaikum.” Sapa Saly penuh semangat dan berharap ada khabar baik dari Kahfi si pemilik butik
“Waalaikumsalam,Sal besok siap  masuk kerja?” tanya Meli masih dalam keraguan karena tidak yakin kalau Saly akan dijinkan bekerja oleh Harun.
“Siap Mel, terimakasih yah, dah bantu cariin Aku kerjaan,” jawab Saly bahagia
“Sama – sama Sal sampai jumpa besok aku jemput jam 08.00 wib.”
“Oke.”
***
Aktifitas Saly kini berubah,ba’da subuh Saly mengerjakan seluruh pekerjaan rumah dari mencuci,memasak dan merapikan rumah dibantu Ani karena pukul 08.00 wib Saly harus berangkat ke butik hingga pulang pukul 05.00 sore.Kondisi Harun belum sembuh total meski terapi dilakukan seminggu sekali. Kala semua anggota keluarga pergi tinggallah Harun sendiri di rumah kejenuhan menerpa membuat pikirannya kacau karena merasa tak berguna.Sementara Saly merasa senang menikmati pekerjaannya di butik yang tidak terlalu capek.Melihat dan kadang mencoba gaun mahal yang indah dengan model kekinian.Suatu hari Saly sedang memegang sebuah gamis berwarna merah warna kesukaannya tiba – tiba Kahfi Sang pemilik butik menghampirinya.
“Kamu suka gamis itu ?” tanya Kahfi yang ternyata selama ini memperhatikan Saly.Kahfi adalah pengusaha butik gamis yang sukses usianya 5 tahun diatas Saly.Setahun yang lalu istrinya meninggal dunia karena terkena kangker.
“Oh yah, maap pak ,” Saly terkejut dan merasa sangat malu sembari menyimpan kembali gamis merah di gantungan baju.
“Kalau kamu suka ambil ajah.” Ucap Kahfi seraya menatap lembut wajah Saly
“Oh... ga pak, terimakasih,” Saly menundukkan kepalanya karena merasa risih dengan tatapan lembut Kahfi.Tiba – tiba Kahfi mengambil gamis berwarna merah itu dan memasukkannya ke dalam paperbag.”Ambillah anggap saja bonus dari saya.” Ucap Kahfi seraya menyodorkan paperbag ke tangan Saly.
“Terimakasih Pak,Saya jadi malu,” Saly mengambil paperbag dari tangan Kahfi meski malu tapi Saly sangat senang karena harga baju itu separuh dari gajinya di butik dalam hati Saly kagum kepada Kahfi yang begitu baik dan dermawan.
Sejak saat itu Kahfi sering datang ke butik untuk sekedar melihat Saly dan mengajak makan siang.Sementara Harun mulai marah – marah karena merasa Saly kurang memperhatikannya bahkan sering pulang terlambat.Kata – kata Harun kadang sangat menyakitkan hati membuat Saly merasa tidak nyaman.Saly sering curhat kepada Kahfi kala mereka makan siang sikap Kahfi yang lembut dan bijaksana membuat Saly senang bercengkrama dengannya dan semakin lama tumbuh benih – benih cinta terlarang di hati keduanya.
“Aku antar kamu pulang yah?” tanya Kahfi saat Saly hendak pulang usai menutup butik.
“Jangan Pak, nanti SiAyah  tahu bisa marah.”jawab Saly meski sesungguhnya Saly merasa senang jika bisa berlama – lama dekat dengan Kahfi.
“Baiklah kalau begitu,hati – hati di jalan sampai jumpa besok yah!”jawab Kahfi sambil berlalu kearah Fortuner Putih yang diparkirnya di depan butik.
***

Berjuta senja ku jumpa tiada  seindah ronamu
Lembut menawan bangkitkan gelora dikalbu
Wahai senjaku kini pelangi rindu hanya untukmu
Sirna kegersangan hadir kesejukkan karenamu

Sebait puisi menghias layar kaca wa Saly terkirim dari Kahfi membuat Saly berdebar dan segera menghapusnya karena khawatir Harun membacanya.Cinta terlarang kini semakin bersemi di hati Saly, semakin hari hubungan Saly dengan Kahfy semakin dekat.Perubahan sikap dan penampilan Saly membuat Harun curiga dan membuat Harun semakin depresi.Selama ini Harun percaya pada istrinya tapi kini Harun merasa perlu mencari tahu penyebab perubahan pada sikap istrinya.Pagi itu Saly tidak berangkat ke butik karena tiap hari jumat butik tutup.Saly berangkat ke pasar bersama Ani untuk membeli sayuran dan lauk pauk yang akan di masak.Saly lupa tidak membawa hpnya. Tiba – tiba ada pesan masuk Harun membukanya dan betapa terkejutnya Harun membaca pesan di WA dari Kahfi “Selamat pagi sayang” Kahfi memanggil Saly dengan kata “Sayang?” apa maksudnya ini ? ada hubungan apa mereka ? berjuta tanya dalam benak Harun membuat sesak di dada dan serasa petir menyambar tatkala Harun membuka galeri terpampang beberapa poto mesra Saly dengan Kahfi.”Astagfirullahalajdim,” ingin menjerit rasanya Harun tapi lemah lunglai raganya hancur berkeping hatinya Harun benar – benar kecewa dan terluka istri yang sangat dicintai kini telah menghianatinya. Entah setan mana yang membuat Harun kehilangan akal sehatnya diambilnya botol pembasmi nyamuk di bukanya tutup botol itu Harun merasa  tak berguna lagi hidup jika kini harus kehilangan segala – galanya diminumnya beberapa teguk cairan baygon itu.Tiba – tiba Rio keluar dari kamarnya dan melihat Harun lemas dikorsi rodanya dengan botol baygon disampingnya.
“Astagfirullahalajdim....Ayah kenapa Ayah?”jerit Rio memeluk sang Ayah dan betapa kagetnya Rio mencium bau baygon dari mulut Harun.Rio menggendong Harun yang lemah tak berdaya membawanya ke dalam mobil menuju rumahsakit.Dokter segera memberi pertolongan dan menetralkan tubuh harun dari racun pembasmi nyamuk alhamdulillah Harun selamat.Rio menghubungi Ani yang sedang di pasar bersama Saly mereka segera menyusul ke rumahsakit.
“Ada apa dengan Ayah Kak?” tanya Ani kepada Rio
“Entahlah Kakak juga ga ngerti kenapa Ayah nekad minum baygon.” Jawab Rio dalam keherananya
“ Hah? Minum baygon?” tak percaya Ani mendengar jawaban Rio
“Apa maksdumu Rio kenapa Ayah minum baygon ?” Saly tak menunggu jawaban Rio langsung masuk menemui Harun di ruang UGD.
“Ayah, ada apa dengan Ayah kenapa Ayah lakukan ini ?” tanya Saly seraya menggenggam tangan Harun.
“Mamah tega!” jawab Harun seraya memandang tajam wajah istrinya.Saly tak mengerti mengapa Harun mengatakan itu kepada dirinya.”Sejuah mana hubungan mamah sama Kahfi?”tanya Harun membuat Saly terkejut.”Mamah bunuh saja Ayah!”
Saly tak dapat berkata apapun hanya urai airmata penyesalan yang mengalir dari pelupuk matanya betapa selama ini Saly keliru telah menghadirkan ruang cinta di hatinya untuk Kahfi yang membuat suaminya hampir kehilangan nyawa.
“Ayah maapin Mamah.” Saly menangis dipeluknya Harun yang tak jua menjawab maap Saly.”Mamah ga akan kerja lagi,Mamah janji ga akan nemuin Kahfi lagi,” Harun tetap diam membisu perlahan butiran bening mengalir dari pelupuk matanya.Betapa dia kecewa pada Saly yang tega menghianatinya di saat dia tak berdaya tapi cintanya yang begitu besar pada Saly mampu mengalahkan kebenciannya.

                                                       Tamat