DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………….. i
Profil Penulis ………………………………………………….. ii
Daftar Isi …………………………………………………… 1
Fase Cerita
Fase SD …………………………………………………… 2
Fase SMP …………………………………………………… 5
Fase SMA …………………………………………………… 8
Fase Dewasa …………………………………………………… 12
Fase 30 tahun – 40 tahun …………………………………………… 17
Fase 40 tahun – 50 tahun …………………………………………… 24
Fase Sekolah Dasar ( SD )
Gadis kecil berkepang dua
Ceria penuh gelora
Melangkah tiada lelah
Berlari mengejar mimpi
Damba cita setinggi kejora
Asa menggema di cakrawala
Satu keyakinan tertanam di dada
Esok lusa ku raih dunia
Bahagia ayah dan bunda
Namaku Ecih Suningsih setidaknya nama itu
yang tertulis sejak di Ijazah SD hingga
ijazah S2ku meski awalnya orangtuaku hanya memberiku nama Ecih.Ketika aku kelas
6 ( enam ) SD,wali kelasku meminta agar ada penambahan nama akhirnya orangtuaku
sepakat memberI tambahan Suningsih karena saat itu aku belum mempunyai akte
kelahiran jadi tidak ada masalah.Aku lahir di Bogor tepatnya di Desa Gandoang
Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor pada tanggal 03 September 1973. Ayahku seorang
petani bernama Sarin dan Ibuku seorang pedagang bernama Limah. Aku anak pertama
dari pernikahan kedua orangtuaku.Aku mempunyai 3 ( tiga ) orang kakak dari
pernikahan pertama kedua orangtuaku dan 1 ( satu) adik kandung.Saat ini aku
tinggal masih di desa Gandoang dan telah memiliki dua orang anak kandung,satu
menantu serta satu cucu dari pernikahan
pertamaku serta tiga anak sambung dari pernikahan keduaku yang baru berlangsung
satu tahun.Pekerjaanku sebagai guru PNS di SDN Gandoang 02.
Kisahku bermula dari masa sekolah dasar.Aku
sekolah di SDN Gandoang 02 yang letaknya tidak jauh dari rumah yang hanya
berjarak 250 meter, perjalanan ke sekolah kutempuh dengan berjalan kaki dalam
waktu kurang lebih 5 menit.Saat itu SDN Gandoang 02 pertama kali menerima siswa
jadi aku merupakan siswa angkatan pertama.Awalnya kelas satu berjumlah 40 orang
dengan usia minimal 7 tahun jadi aku salah satu murid yang berusia 7 tahun
sedangkan yang lain ada yang berusia 10 tahun bahkan ada yang berusia 12 tahun
yang akhirnya keluar saat duduk di kelas 3 karena menikah maklum sekolahku
berada di desa yang saat itu masih banyak yang menikah di usia dini. Aku juga
siswa yang bertubuh paling mungil dengan rambut panjang dikuncir dua tampilan
idolaku itu pun aku ikat sendiri dengan karet gelang karena orang tuaku sibuk
menyiapkan dagangan sehingga tidak sempat mendandani aku tiap pagi hendak pergi
sekolah..Aku duduk dengan sahabatku dan
masih ada hubungan sodara bernama Neneng yang rumahnya tidak jauh dari rumahku
bahkan kami selalu pergi dan pulang sekolah bersama, kami duduk sebangku dari kelas satu
hingga kelas enam.
Ketika aku duduk di kelas dua aku juga
sekolah madrasah di Madrasah Diniah Alhusniah yang letaknya pun tidak jauh dari
rumah dan ku tempuh dengan berjalan kaki. Pembelajaran dimula pukul 13.30 WIB
hingga pukul 15.30 WIB jadi ada waktu untuk istirahat sepulang sekolah SD.Menjelang
magrib aku dan teman – teman pergi mengaji ke rumah guru ngaji kami yang
bernama Pak Titin Beliau lah yang mengajari aku mengaji hingga aku SMP.
Aku termasuk siswa yang rajin ke sekolah
dan aktif mengikuti kegiatan – kegiatan di sekolah hingga akhirnya kuraih
prestasi juara satu sejak kelas 3 meski awalnya di kelas satu dan dua aku hanya
masuk 10 besar.Aku senang mengikuti kegiatan kepramukaan bahkan aku menjadi
ketua regu saat perkemahan di kwaran Cileungsi.Aku juga selalu menjadi
perwakilan sekolah dalam kegiatan porseni yang diadakan di tingkat kecamatan
diantaranya lomba membaca puisi dan cerdas cermat meski belum pernah menjadi
juara tapi aku senang dan bangga karena selalu menjadi perwakilan dari sekolah.
Aku juga selalu menjadi ketua regu gerak jalan yang diadakan setiap tahun di
kecamatan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI, mungkin karena suaraku
yang keras dan melengking.
Ada kisah yang tak dapat aku lupakan
ketika pasca ujian sekolah kami bersama beberapa teman mengadakan perjalan
menuju mata air sodong yang terletak di desa Sodong kecamatan Klapanunggal. Jarak
dari desa kami cukup jauh kurang lebih 10 km kami tempuh dengan berjalan kaki
cukup melelahkan apalagi saat melewati pesawahan yang cukup luas dan panas
kemudian menuju mata air jalan mulai menanjak tapi,saat tiba di mata air Sodong kami mandi
bercanda ria hilanglah segala lelah yang ada.
Suatu hari guru agama kami yang bernama
Pak Santari bertanya pada kami apa cita – citamu ? aku menjawab dengan lantang
aku ingin menjadi guru beliau pun menjawab bagus sekali dan memotifasi aku agar
melanjutkan pendidikan demi tercapainya cita – citaku.Aku semakin bersemangat
dan meningkatkan prestasi belajarku agar dapat melanjutkan sekolah ke SMP
Negeri yang saat itu syarat masuk SMP Negeri harus memiliki NEM ( Nilai Ebtanas
Murni ) minimal 30. Alhamdulillah akhirnya aku lulus SD ditahun1986 dan diterima
di SMPN Cileungsi bersama 3 orang temanku yaitu Aang, Hendra dan LIna, meski
aku cukup sedih karena Neneng sahabat sebangku tidak diterima karena NEM nya
kurang.Dan akhirnya Neneng melanjutkan di SMP PGRI Gandoang.
Fase Sekolah Menengah Pertama ( SMP )
Biru putih seragam kedua
Melenggang bak primadona
Melaju laksana kereta baru
Upaya teriring doa
Pilihan dalam genggaman
Tiada ditunjukkan tanpa kesungguhan
Tiada perubahan dalam kediaman
Azam mengangkasa
Bahagia dalam genggaman dipinta
Sikuncir julukan jenaka
Centil ceria penuh canda
Pramuka eskul di suka
Hari
pertama di SMPN Cileungsi aku merasa kurang percaya diri kulihat teman – teman
berasal dari sekolah dasar pavorit dan dari keluarga berada sedangkan aku dari
SD kampung dari keluarga petani lagi . Penampilan mereka keren – keren dengan
sepatu dan tas yang bermerk sementara aku sederhana saja bahkan saat itu aku
belum mempunyai seragam SMP aku masih memakai seragam merah putih.Seminggu
kemudian baru kudapat seragam biru putih dari sekolah bersama seragam olah raga.
Jarak
dari rumah ke SMPN Cileungsi kurang lebih 7 km dan ku tempuh dengan kendaraan
bis yang saat itu harga transfort untuk anak sekolah hanya 50 rupiah.Kami
jarang sekali duduk karena setiap pagi bis dalam keadaan penuh tapi kami cukup
senang karena jika tidak naik bis kami harus dua kali naik angkot dan tentu
biaya transfortnya dua kali lipat.
Aku duduk
di kelas 1A saat itu kelas satu terdiri dari 6 kelas dari A sampai F dengan
jumlah siswa 40 orang perkelasnya.Tidak ada yang ku kenal di kelas karena tidak
ada teman yang berasal dari satu SD.Awalnya aku minder Alhamdulillah aku
kenalan dengan eli dari SD Cipicung 02 dan
kami pun duduk sebangku kami pun sering pulang bersama.Aku senang pelajaran
kesenian apalagi pelajaran bernyanyi dan aku sering diminta maju kedepan untuk
bernyanyi, lagu pavoritku saat itu lagu sunda yang berjudul Manuk Dadali.
Prestasi belajarku belum menonjol di kelas satu aku cukup puas dengan masuk
sepuluh besar di semester satu.Aku berusaha belajar lebih giat dan meminjam
buku- buku dari perpustakaan agar aku dapat bersaing dengan teman yang berasal
dari SD pavorit. Aku juga aktif di kegiatan kepramukaan yang ketika itu
latihannya di hari Minggu jadi tidak ada hari libur bagiku. Alhamdulillah
prestasiku meningkat jadi 5 besar saat kenaikan kelas ke kelas 2.
Perombakkan
personil kelas di kelas dua membuat aku terpisah dengan Eli teman sebangkuku
dan kini aku duduk di kelas 2E. Aku mendapat teman baru namanya Eti kami duduk
sebangku hingga lulus karena di kelas 3 tidak ada lagi perombakkan personil
kelas.Rupanya di kelas baru persaingan lebih ketat aku tidak dapat meningkatkan
prestasiku hanya bertahan di 6 besar tapi aku cukup senang karena guru – guru
mulai mengenalku karena keaktifanku di eskul Pramuka bahkan aku terpilih
menjadi team gerak jalan dalam ajang perlombaan gerak jalan tingkat
kecamatan.Aku juga terpilih menjadi anggota
group paduan suara dalam acara lomba paduan suara tingkat kecamatan.
Ketika
aku duduk di kelas tiga guru madrasah diniyahku meminta agar aku membantunya
mengajar di Madrasah, karena saat itu Madrasah tempat beliau mengajar yang
berada di tetangga desaku yaitu desa Mekarsari, membutuhkan tenaga pengajar
meski aku baru duduk di bangku SMP aku diberi kepercayaan untuk mengajar anak –
anak kelas satu madrasah aku bersedia meski lokasi Madrasah cukup jauh dari
rumahku dan kutempuh dengan berjalan kaki meski sesekali aku naek ojeg.Aku memang
senang berbagi sejak aku kelas 5 Madrasah aku sering membantu guru mengajar
siswa kelas satu karena, guru Madrasahku yaitu Pak Enjuh merupakan guru ngaji aku juga sehingga beliau
sudah mengatahui kemampuanku dan mempercayai aku untuk membantunya.
Semangat
belajarku semakin meningkat di kelas 3 meski
hanya meraih juara 3 di kelas tapi aku cukup senang dan bangga.Hingga akhirnya
aku lulus di tahun 1989 dengan NEM yang cukup besar dan dapat diterima di SMEA
Negeri Bogor.Padahal cita- citaku ingin menjadi guru dan usai lulus SMP aku
ingin melanjutkan ke SPG tapi kiranya saat itu pemerintah menghapuskan SPG.
Dalam
kebimbangan aku bertemu dengan seorang teman Teh Nung namanya yang rumahnya
tidak jauh dari rumahku. The Nung bersekolah sambil pesantren di YAPIDA aku banyak bertanya kepadanya dan akhirnya aku
tertarik untuk sekolah di YAPIDA aku pun membatalkan sekolah ke SMEA .
Keinginanku
untuk sekolah dan pesantren awalnya kurang mendapat dukungan dari orangtua
karena masalah biaya tapi akhirnya berkat keinginanku yang keras dan sedikit
memaksa orangtuaku menyetujuinya.
Fase Sekolah Menengah Atas ( SMA )
Selendang dilayangkan kain dihamparkan
Sayap dikepakkan pijakkan dalam keyakinan
Di ladang ilmu kulanjutkan juang
Embun harapan penyejuk kegundahan
Lantunan ayat penebal iman
Nasihat imam jadi pandangan
Siang malam dalam didikkan
Kampung halaman ditinggalkan
Demi lentera di masa depan
Merenda cita menggapai kejora
Hari itu hari minggu diawal bulan Juli
tahun 1989 aku berangkat ke YAPIDA yang berada di desa Bojongnangka Kecamatan
Gunungputri Kabupaten Bogor diantar keluargaku dan Pa Enjuh serta Pa Inay guru
ngajiku.Saat itu aku hanya kenal Nurhayati yang sudah setahun di YAPIDA kami
pun sekamar bersama 2 orang lainnya.
Dunia baru yang ku dambakan belajar
mengaji bertemu Kyai dan berstatus santri.Awal pembelajaran yang cukup
menyenangkan karena aku merasa lebih percaya diri di kelas dari 40 siswa kelas
satu SMA mayoritas dari SMP swasta dan kehidupan keluarga mereka tidak terlalu
jauh dari kehidupan keluargaku karena YAPIDA merupakan Yayasan dan panti
asuhan.
Pada kegiatan pekan orientasi murid baru
atau dalam bahasa peantrennya Hutbatul Arsy aku aktif dalam berbagai kegiatan
sehingga aku dikenal Kyai dan guru – guru di Pondok aku juga memiliki banyak
teman ini membuatku nyaman berada di pesantren.
YAPIDA dipimpin oleh Kyai Tubagus Asep
Basri seorang Kyai yang kesohor di wilayah Jabotabek dan kami memanggilnya
dengan sebutan Abah.Jenjang pendidikan yang ada di YAPIDA yaitu
SMP,Sanawiyah,SMA dan Aliyah saat itu santriwan dan santri wati berjumlah kurang
lebih 500 orang. Tidak semua siswa berdiam di pesantren ada yang dari luar
pesantren. Kegiatan pembelajaran dikelas seperti halnya sekolah lainnya dari
pukul 07 30 sampai pukul 12.00 WIB. Setelah juhur dan asar kami mengaji ada
juga kelas malam itu untuk pembelajaran pesantren.
Asrama kami ada yang permanen dan ada
yang semi permanen kebetulan aku tinggal di asrama Baabussalam yang berbentuk
panggung dan semi permanen dengan dinding berbahan bilik bambu dan tanpa langit
– langit jika musim hujan tiba terasa dingin dan kadang percikan air hujan
mengenai kami hingga kami sering tidur berpelukan agar kami merasa
hangat.Kebersamaan tinggal di pesantren sangat terasa karena kami merasa jadi
saudara jika ada salah seorang di jenguk orangtuanya dan membawakan makanan
maka kami menikmatinya bersama.
Jika musim kemarau tiba kami sering
kekurangan air akhirnya kami mencuci pakaian di sungai Cikeas yang jaraknya hampir
2 km dari pondok pesantren tapi hal ini menambah keseruan bagi kami karena bisa
bermain air di sungai sementara di kota bahkan di desa aku saja tidak ada
sungai, hal ini kami lakukan jika hari libur sekolah.
Menjadi juara kelas tentu hal yang
membahagiakan dan ini ku rasakan saat pembagian rapot semester satu dan
semester dua kelas satu sebagai imbalannya aku terbebas dari SPP selama satu
tahun di kelas dua alhamdulillah orangtuaku pun turut bahagia.Aku juga menjadi
personil team cerdas cermat P4 bersama dua orang kakak kelasku yaitu Ganda dan
Elih yang saat itu diselenggarakan dari tingkat kecamatan hingga tingkat
propinsi. Alhamdulillah team kami dapat lolos ke tingkat propinsi meski hanya
menjadi juara ke 3.Sungguh pengalaman yang luar biasa bagi kami SMA swasta yang
mampu menyisihkan SMA Negeri dan SMA Pavorit di Kabupaten Bogor.
Aku juga aktif di eskul drumben selain
pentas di lingkungan pondok kami pun
sering pentas di kecamatan saat upacara – upacara hari besar nasional.Bahkan
kami pernah pentas di gedung sate Bandung dalam acara gelar senja.
Di tahun kedua banyak guru – guru pondok
yang berasal dari lulusan pondok modern Gontor yang merupakan sahabat – sahabat
dari Kang Rahmat putra Abah.Kami diajari membentuk organisasi pondok yang
diberi nama OPIDA yaitu Organisasi Pelajar Islam Daarurrahmah. OPIDA mengajari
kami banyak hal tentang kebersamaan dan
kemandirian bahkan kami diberi pelatihan menjadi pengajar.
Memiliki banyak teman dari berbagai
daerah dengan berbagai karakter dan tinggal bersama di pondok membuat kami
lebih dewasa dari usia remaja yang kami miliki walaupun kami tak dapat pungkiri
jiwa remaja kami pun bergejolak hal ini dapat kami ekspresikan di acara
Muhadoroh yaitu acara pentas aksi dari mengaji,ceramah hingga bernyanyi sebagai
ajang hiburan dan unjuk prestasi.Pada acara ini semua santri berkumpul di sebuah
ruangan kami bertemu dan saling menyapa.
Selama di SMA YAPIDA aku memiliki dua
sahabat yaitu Nurhayati dari Bekasi dan Iin dari Depok hanya sayangnya mereka
ga kerasan di pondok bertahan satu tahun saja sisanya mereka kos diluar pondok
dan tetap sekolah di SMA YAPIDA.Tidak dapat kupungkiri akhirnya aku sering
bermain keluar pondok bersama mereka yang ujung – ujungnya aku mendapat sangsi
dari pengurus pondok.Bahkan aku juga suka ikut pulang ke rumah mereka meski
sedikit berbohong ke Pengurus pondok karena ijin pulang ke rumah, yeah itulah
kenakalanku saat di pondok.Di semester dua kelas dua kami kedatangan murid baru
pindahan dari SMA Jakarta namanya Tuti .Dia lebih tekun dari aku hingga
menggeser posisiku dari juara satu menjadi juara dua meski akhirnya di kelas
tiga aku kembali menjadi juara satu.
Untuk menggapai cita – citaku menjadi
guru aku bersama Nurhayati dan Iin turut serta dalam seleksi penerimaan mahasiswa
baru di UNJ usai kelulusan di sekolah. Aku memilih S1 Bahasa Indonesia
sementara Nurhayati memilih ekonomi begitu juga Iin mereka tidak tertarik untuk
menjadi guru seperti aku.Tapi kami bertiga tidak ada yang lolos aku merasa sangat
sedih karena tidak mungkin bisa melanjutkan kuliah jika di perguruan tinggi
swasta yang pastinya butuh biaya mahal.
Usai kenaikan kelas dan perpisahan aku
pulang ke rumah dan pamit kepada Abah sebagai orangtuaku kedua. Tak dapat
kusembunyikan rasa sedihku karena harus meninggalkan YAPIDA yang telah memberikan ilmu dan banyak hal yang berarti
demi bekal hidupku dimasa depan Abah pun berpesan agar aku tetap menjaga harga
diri dan kehormatan sebagai seorang perempuan.Tentu pesan yang penuh makna yang
kuingat hingga kini.
Fase Dewasa
Bila haluan berubah bila sayap mulai
patah
Jalan mana hendak di tuju bukit mana
hendak di daki
Tangis tak berarti meski jerit mencekik
Kata sirna kalimat lenyap
Hanya yakin diri pada goresan taqdir
Ilahi
Kuasa kubur kepiluan mendera
Hapus lara dalam sekejap mata
Kesejatian ada dalam ketulusan
Kebahagiaan ada dalam keridhoan
Bila bait suci terucap sudah
Janji seiya sekata tuk selalu bersama
Sebenarnya saat itu usiaku baru 19 tahun
tapi aku namakan ini fase dewasa karena saat itu aku sudah menikah artinya aku
sudah dewasa meski belum waktumya.
Juli 1992
aku kembali ke rumah harapanku untuk bisa melanjutkan pendidikan di UNJ
kandas dan orangtuaku tidak sanggup jika harus membiyayai aku kuliah di
perguruan tinggi swasta.Aku kesepian terpisah dari teman – teman mereka sedang
sibuk mencari perguruan tinggi sedangkan aku tak berdaya. Dalam kesedihanku tiba
– tiba datang sodara misanku bernama Usman ( almarhum suami pertamaku ) yang
rumahnya tidak jauh dari rumahku kami
pun mengobrol dan aku meminta bantuannya untuk membuatkan lamaran pekerjaan dan
mencoba melamar di perusahaannya dengan harapan setelah bekerja aku bisa
melanjutkan kuliah dengan biayaku sendiri.
Kiranya kedekatanku selama membuat
lamaran pekerjaan diketahui oleh orangtua almarhum dan tanpa ada pemberitahuan
sebelumnya tiba – tiba disuatu malam di bulan Agustus orangtua almarhum
melamarku tentu aku terkejut bukan kepalang aku pun menjawab dengan kata belum
siap untuk berumahtangga karena aku ingin bekerja serta melanjutkan
pendidikanku.Ayahku membentakku seolah kecewa dan malu atas jawabanku di
hadapan orangtua almarhum yang masih kerabat dekat dan tetap menerima lamaran
itu serta menyepakati tanggal pernikahan yang telah mereka tentukkan.Aku hanya
bisa diam dan diam tangisku pun tak tertahan kutumpahkan di atas sajadah
memohon petunjuk Allah karena aku pun tidak ingin membuat malu dan kecewa
orangtuaku.Meski tak kupingkiri benih – benih rindu mulai tumbuh di ladang hatiku
untuk almarhum tapi menikah belum ada
dalam planingku saat itu.
Keesokan paginya aku menemui almarhum dan
bertanya mengapa dia tidak memberitahukanku tentang lamaran itu seharusnya
almarhum meminta pendapatku tapi rupanya almarhum pun tidak tahu soal rencana
lamaran dan pernikahan kami ini. Ah…apa yang harus aku lakukan ? akhirnya aku
ke YAPIDA menemui Abah untuk meminta pendapat yang terbaik untukku. Abah hanya
bertanya siap nama calon suamimu dan siapa orangtuanya setelah ku jawab Abah
menyuruhku pulang dan menikah dengan almarhum. Aku hanya diam dan kembali diam
atas anjuran Abah agar aku menikah dan mematuhi orangtuaku.
Kamis, 08 Oktober 1992 pukul 09.00 WIB
ijab kobul terlantunkan dan sahlah aku berstatus istri diusia 19 tahun.Iin dan
Nurhayati pun hadir menyaksikan pernikahanku dalam ketidakpercayaannya dan
terus bertanya mengapa harus secepat ini bagaimana dengan ekpektasimu ? yeah
inilah hidupku kujalani saja takdirku hanya itu jawaban yang dapat ku beri.
Almarhum bekerja di sebuah perusahaan yang
ada di daerah Cileungsi dengan gaji yang hanya pas – pasan tapi aku bahagia
karena almarhum sangat mencintaiku. Kami tinggal dirumah orangtuaku meski
sesekali aku menginap dirumah mertuaku.Aku mencintai suamiku dan kujalani hari
– hariku seperti istri – istri yang lainnya. Masak, mencuci merapikan rumah
menyiapkan makan suami. Setahun pernikahan lahirlah putra pertama kami yang
kami beri nama Gilang Adi Mahardika cucu pertama bagi keluargaku dan keluarga
suamiku.Kehadiran Gilang menambah kebahagiaan keluarga kami.
Setahun usia Gilang suamiku mengundurkan
diri dari perusahaan karena kondisi badannya yang tidak kuat dengan sip malam
awalnya aku tidak setuju dengan rencana pengunduran dirinya tapi aku juga tidak
bisa memaksanya untuk tetap bekerja dalam ketidaknyamanan.Uang pesangon yang
tidak seberapa kami gunakan untuk modal usaha berdagang hewan kebetulan
pamannya almarhun pedagan hewan.Tapi naas suamikun tertipu oleh rekan usahanya
modal kami dibawa kabur akhirnya suamiku tidak bisa berjualan lagi. Untuk
menghidupiku dan Gilang akhirnya suamiku menjual jasa ojeg di prapatan pasar
Gandoang dekat rumah orangtuanya.Untuk membantu perekonomian keluarga aku pun
jualan kecil – kecilan di rumah.
Suatu hari ayahku memberi kami uang yang
lumayan besar dari pembebasan sawah warisan dari orangtuanya dan tak aku kira
ayahku berkata gunakan uang ini untuk kuliah kalau kamu mau agar tercapai cita
– citamu aku sangat terharu dan bahagia.Aku segera menemui teman yang rumahnya
tidak jauh dari rumahku yang saat itu sedang kuliah D2 PGSD di UNJ Yuliana
namanya aku bertanya tentang penerimaan mahasiswa baru dia pun siap mengantarku
dan mendukung keinginanku karena dia teman saat kami di madrasah dan kakak
kelas di SMP.Rupanya keinginanku ini tidak disambut baik oleh suamiku bahkan
dia tidak mengijinkan aku untuk kuliah.Sedihnya hatiku tapi sebagai seorang
istri aku harus taat dan patuh kepada suami.Kembali ku memendam keinginan untuk
menggapai cita – citaku demi rumahtanggaku.Akhirnya uangku di gunakan untuk
membangun rumah dan dibantu oleh mertuaku karena rumah kami di bangun di lahan
milik mertuaku.Hampir dua bulan pembanguann rumah kami dan Alhamdulillah
akhirnya kami bisa memiliki rumah sendiri walaupun dari warisan orangtua.Suatu hari aku diajak tetanggaku
untuk pengajian di Majlis talim dan memintaku untuk menjadi qori Untung dulu
ketika di pondok aku belajar qori bersama Ustad Ma’rup walaupun ga bagus –
bagus amat tapi aku pernah mewakili YAPIDA dalam lomba MTQ tingkat kecamatan
meski ga jadi juara.Sejak saat itu aku sering ikut pengajian di Majlis – Majlis
ta’lim.Kembali semangat belajarku menggelora melihat dan mendengar teman –
temanku yang sukses menjadi sarjana.Rupanya seorang teman yang telah menjadi
guru honorerBu Lilis namanya, mendengar
keinginanku ini dan mengajakku untuk kuliah bersamanya di UNISMA Bekasi. Kembali
aku pun bersedih karena suamiku belum juga mengijinkan aku untuk kuliah karena
kondisi keuangan kami yang belum stabil. Aku pun menyadari itu dan aku pikir
mungkin memang sudah takdirku gagal menggapai cita – cita.
Di tahun 1998 ada pabrik yang baru di
bangun dekat rumah orangtuaku kebetulan supervisernya mengontrak di orangtuaku
aku tertarik untuk bekerja di pabdrik yang memproduksi mebel itu dengan maksud
untuk membantu perekonomian keluarga meski saat itu suamiku sudah bekerja di
kantor desa menjadi staf administrasi.Dengan sangat terpaksa suamiku
mengijinkannya tapi kami sering ribut karena Gilang kurang mendapat perhatian
dariku bahkan Gilang sakit dan akhirnya aku berhenti setelah satu bulan
setengah bekerja.
6 tahun usia Gilang aku punya aktifitas
baru mengantar dan menunggui Gilang
sekolah SD karena saat itu didesaku belum ada TK aku mengajari Gilang sendiri
cara menulis dan mengenal hurup jadi Gilang sudah mengenal hurup meski belum lancar
membaca saat masuk sekolah SD bahkan Gilang masuk 3 besar saat naik ke kelas 2.
Hampir tiap hari aku menunggui Gilang
hingga keluar kelas dan tiap kali kulihat aktifitas guru – guru di sekolah kembali
hasratku untuk menggapai cita – citaku menjadi guru.Tanpa sepengetahuan suamiku
aku pergi ke UPBJJ UT Bogor untuk mendaftar kuliah di UT tapi lagi – lagi
suamiku tidak mengijinkannya.Aku pun memendam kembali keinginanku untuk kuliah.
Aku mencari kesibukan selain mengantar
Gilang ke sekolah yaitu keliling memegajak teman dan tetangga untuk menabung harian
serta arisan mingguan selain dari jamaah Majlis talim dari hasil arisan ini aku
tabung dengan membeli perhiasan emas karena untuk kebutuhan sehari – hari cukup
dari penghasilan suamiku.
Suatu hari diawal tahun 2000 Pa Amil Inay
guru ngajiku ketika di SMP datang kerumah dan memintaku agar menjadi pengajar
di Madrasah Diniyah Nuurul Huda tanpa berpikir dua kali aku bersedia karena
dulu ketika di YAPIDA aku juga pernah mengajar di KMMI yaitu kelas pondok
yunior dan aku juga mendapat ilmu pendidikan mengajar.
Kini aku punya kesibukkan baru yang lebih
berarti karena kehadiranku di Madrasah Diniyah Nuurulhuda disambut hangat oleh
siswa – siswi dan rekan – rekan pengajar yang lainnya.Jam masuk sekolah mulai
pukul 13.30 WIB sampai Pukul 16.00 WIB. Saat itu murid madrasah berjumlah 150
orang yang terbagi menjadi empat kelas yang berasal dari dua desa yaitu desa
Gandoang dan Desa Mampir.Aku merasa telah menemukan duniaku dan menggapai cita
– citaku menjadi guru.
Kuekspresikan kebahagiaanku dengan
memberikan segala kreatifitasku membimbing siswa siswi madrasah dengan segala
ilmu dan pengalaman yang telah kudapatkan di pondok dulu, meskipun dengan honor
yang tak seberapa tapi aku bahagia karena merasa hidupku lebih berarti.
Fase 30 tahun – 40 tahun
Permata kedua tiba di masa pesona
Bila sirna gejolak jiwa bergelora
Mencukupkan pijar dalam kegelapan
Menghempaskan embun dalam kehausan
Saat tersadar diri pada kalemahan
Saat tersadar diri dalam ketakberdayaan
Sampan membawaku kembali ke pulau impian
Kejora hadir di jelang senja
Mengajakku terbang bersama sinar pemberi
harapan
Kukepak sayap dalam keraguan
Hingga bait restu buatku buka lembaran
baru
Diusia ke 30 tahunku lahirlah Alda
Sabilla Fitri putri keduaku setelah setahun pasca keguguran kehamilan ke dua
yang hanya berumur dua bulan karena aktifitasku yang terlalu sibuk. Tepat di
hari ke dua Idul fitri Alda lahir tepatnya tanggal 26 Novemebr 2003 dan tentu kami
berdua merasa sangat bahagia karena kami menginginkan bayi perempuan aku pun
cuti dari mengajar hingga Alda berusia satu tahun aku baru kembali mengajar di
madrasah Nuurulhuda.
Siswa
– siswi madrasah semakin banyak dan akhirnya Pak Inay selaku kepala sekolah
madrasah bekerja sama dengan SDN Gandoang 02 untuk menggunakan ruangan kelas
dalam kegiatan pembelajaran. Untuk siswa madrasah yang berasal dari SDN Gandoang
02 karena siswa siswi madrasah berasal dari tiga Sekolah Dasar yaitu SDN
Gandoang 02, SDN Nyalindung dan SDN Palasari 02.
Suatu
hari aku bertemu dengan Bu Partinah kepala sekolah SDN Gandoang 02 kami pun
berkenalan dan berbincang.Beliau bertanya tentang latar belakang pendidikanku
dan menyarankan agar aku melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi agar bisa
mengajar di SD.Keinginan untuk kuliah yang sejak kelahiran Alda dan sejak aku
mengajar di madrasah padam kini membara lagi tapi aku belum berani bercerita
kepada suamiku.Ku cari imformasi kepada tetanggaku yang saat itu kuliah di D2
PGSD UHAMKA untuk kelas jauh yang pembelajarannya dilaksanakan di Jonggol.Aku
sempat ragu karena biayanya lumayan tinggi sementara honorku di madrasah tidak
seberapa tapi aku tertarik untuk mengajar di SD akhirnya kusampaikan keinginanku
itu kepada suamiku. Dan tentu keinginanku ini bukan yang pertama kali dan kali
ini jawaban suamiku hanya satu kata “ terserah “.
Aku
tak berani meminta uang untuk mendaftar kuliah di D2 PGSD UHAMKA bahkan aku
tidak cerita berapa biaya yang harus aku keluarkan karena aku takut suamiku
kembali melarangnya dengan alasan tak ada biaya.Ku jual gelang emasku yang
Alhamdulillah cukup untuk biaya pendaftaran dan biaya satu semester perkuliahan.
Akhirnya
kusandang status mahasiswa yang kuimpikan sejak dulu diusiaku ke 33 tahun.
Berbagai komentar pedas dari teman dan tetangga setelah mengetahui aku kuliah
diusia tidak muda lagi tapi aku tak menghiraukannya bahkan yang paling tak ku
sangka komentar dari mertuaku yang katanya buang – buang uang kuliah mahal –
mahal sedangkan untuk menjadi PNS maksimal usianya 35 tahun. Saat itu aku tidak
berpikir tentang PNS karena keinginanku untuk kuliah akhirnya tercapai.Aku
sekelas dengan Bu Nunung yang merupakan menantu Bu Partinah kebetulan beliau
sudah menjadi guru honorer di SDN Gandoang 02 kami selalu bersama saat pulang
dan pergi kuliah bahkan dalam mengerjakan tugas – tugas kuliah.
Berada
diantara mahasiswa yang masih muda aku pun kembali berjiwa muda.Tampilanku
berubah kostumku bak anak – anak muda saja bahkan tetangga mulai menggunjingku
karena aku tak lagi ada waktu untuk kumpul di majlistalim.Suamiku sempat
komplein dengan perubahan tampilanku tapi aku berusaha meyakinkannya agar tetap
berpikir positif. Alhamdulillah beliau mendukungku bahkan aku dibelikannya
computer untuk memudahkan aku mengerjakan tugas – tugas kuliah.Perkuliahan dilaksanakan
hari Sabtu dan Minggu.Untuk hari Sabtu dimulai pukul 13.00 WIB hingga pukul
18.00 WIB sedangkan hari minggu mulai pukul 08.00 WIB sampai 18.00 WIB.
Pelaksanaaan perkuliahan di gedung ruko yang disewa UHAMKA untuk kelas jauh
kami pun melaksakan perkulian di kampus UHAMKA Pasar Rebo Jakarta setiap satu
bulan sekali tepatnya di minggu pertama. Kujalani perkuliahan dengan semangat
dan sepenuh hati.Keaktifanku di kelas membuat aku mudah dikenal dosen – dosen selain
karena usiaku paling senior diantara mahasiswa yang lainnya, bahkan aku mendapat
julukan “asdos” alias asisten dosen setelah kuraih IPK tertinggi di kelas
bahkan Alhamdulillah aku mendapat potongan biaya kuliah untuk semester dua sebesar
50 %.
Setelah
satu semester aku kuliah di D2 PGSD UHAMKA,Bu Partinah kepala sekolah SDN
Gandoang 02 memintaku untuk menjadi tenaga honorer dan tentu aku menerimanya
dengan senang hati. Dalam keterharuanku aku memasuki ruang kelas 6 dimana dulu
aku menjawab pertanyaan tentang cita – citaku ingin menjadi guru kini aku
kembali ke SDN gandoang 02 dan menjadi guru disini seolah dinding, pintu dan
jendela serta atap kelas yang manjadi saksi di tahun 1986 tersenyum menyambut
kehadiranku setelah 20 tahun aku lulus dari SDN Gandoang 02 sebagai siswa
angkatan pertama.
Kesibukanku
sangat padat pagi aku mengajar di SDN Gandoang 02 pulang pukul 12.00 WIB.Pukul
13.30 aku harus mengajar madrasah dan ba’da magrib aku juga mengajar mengaji di
rumah untung Kakakku seibu Ceu Kokom mau membantuku mengasuh Alda karena beliau
tidak memiliki anak.
Tanggal
2 Desember tahun 2007 ayah mertuaku
mengalamai kecelakaan di jalan raya Cipeucang - Jonggol usai menonton
pertandingan sepak bola di kecamatan Cariu.Kami membawanya ke rumahsakit Melia
Cibubur tapi kiranya keondisi ayah mertuaku terlalu parah karena mengalami
keretakkan di kepalanya. Dokter menjelaskannya padaku dan suamiku bahwa ayah
mertuaku harus dioperasi tapi belum sempat operasi dilaksanakan ayah mertuaku
pergi meninggalkan kami semua tanpa pesan satu kata pun.Kepergian ayah mertuaku
membuat kami pilu terlebih ibu mertuaku beberapa kali pingsan.Tak percaya tapi
ini nyata kecelakaan itu telah mengantarkan ayah mertuaku menemui Sang
Pencipta.Sejak kepergian ayah mertuaku kondisi kesehatan ibu mertuaku mulai
menurun maklum ayah mertuaku tipe suami yang selalu memanjakan istri,tentu
kepergiannya yang secara tiba – tiba sangat membuat shok kami semua terlebih
ibu mertuaku. Berkali – kali ibu mertuaku keluar masuk rumah sakit karena sakit
jantung hingga akhirnya kami membawa ibu ke rumah sakit jantung harapan kita di
Jakarta. Kami berharap ibu mendapat penanganan yang lebih baik di sana.Tapi
kiranya bukan kesembuhan yang kami dapatkan setelah satu minggu ibu dirawat ibu
pun pergi meninggalkan kami semua. 12 Desember 2009 duka mendalam kembali
menyelimuti keluarga kami terlebih – lebih sibungsu Edo belum berumahtangga dan
masih membutuhkan bimbingan orangtua.Aku dan suami sebagai anak pertama tentu kini
memiliki tugas menggantikan orangtua dikeluarga.Suamiku mempunyai empat orang
adik yaitu Lela,Dedy,Yayan dan Edo saat itu hanya Edo yang belum menikah.
Tahun
ajaran baru murid SDN Gandoang 02 membludak membuat sekolah terpaksa menjadi 2
sip untuk kelas 3 dan kelas 5 akhirnya aku dan Bu Nunung mengajar 2 kelas pagi
dan siang terpaksa aku keluar dari madrasah karena tak ada waktu untuk
mengajar,meski Pak Inay selaku kepala sekolah madrasah sedikit kecewa karena
aku lebih memilih SD daripada madrasah sementara aku juga tak bisa menolak
permintaan Bu Partinah untuk mengajar dua kelas disatu sisi aku pun butuh dana
untuk biaya kuliahku.
Tepat
2 tahun aku lulus dari D2 PGSD UHAMKA, April 2008 kami lulus.Kiranya aku tak
cukup puas dengan gelar Ama . Pd dan kulanjutkan kuliahku di S1 UT bersama Bu Nunung.
Perkuliahan dilaksanakan di kantor UPTD Cileungsi karena penyelenggaranya staf
dari UPTD yaitu Pak Acep.Saat itu sekelas berjumlah 36 orang mahasiswa dengan
mayoritas guru – guru PNS.Sementara tutornyadari para pengawas SD di kecamatan
Cileungsi dan ada juga dari UT pusat. Alhamdulillah suamiku tidak lagi
melarangku untuk melanjutkan kuliahku meski saat itu Alda mulai sekolah TK dan
Gilang di SMA yang tentunya kami butuh biaya yang cukup lumayan tapi Allah memberi
kemudahan untuk kami memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga kami.Untuk menambah
penghasilan akhirnya aku mencari tambahan dengan mengajar les di rumah sahabatku.Jadwalku
sangat padat ngajar di SD dari jam 07.30 sampai jam 05.15 sebelum magrib aku harus
berangkat ke rumah Hj.Wati karena selain ngeles Nia yang duduk di SD kelas tiga
aku juga harus ngeles ngaji usai solat magrib berjamaah.Hingga pukul 8 malam
aku baru bisa pulang dan istirahat di rumah.
Kini
pergaulanku semakin luas banyak guru – guru senior mengenalku karena
keaktifanku mengikuti berbagai kegiatan di PGRI selain karena kami sekelas
dalam perkuliahan yang kebetulan ada beberapa tutor merupakan pengawas SD di
kecamatan Cileungsi. Setiap pelaksanaan ujian akhir semester UT dilaksanakan di
daerah Keradenan Bogor yang cukup jauh dari Cileungsi akhirnya kami para ibu –
ibu menumpang kendaraan motor bapak – bapak. Awalnya suamiku tidak keberatan
tapi sempat terjadi prahara suamiku marah gara – gara ada sms candaanku dengan
Bu Nunung yang disalah artikan oleh suamiku dia marah hingga di bantingnya HP
ku kami ribut besar dan ini untuk pertama kalinya dalam rumahtangga kami. Aku
berusaha meyakinkan suamiku jika aku dengan Pa Mami yang aku tumpangi kala
ujian tidak terjadi apa – apa.
Perkuliaahan
di Universitas Terbuka (UT) berbeda dengan perkuliahan D2 UHAMKA dulu.Kami
harus belajar lebih mandiri karena terkadang materi yang kami dapatkan dari
tutor berbeda dengan soal PAS sehingga untuk mendapatkan IPK 3 cukup sulit tapi
alhmdulillah aku dan beberapa teman lain bisa meraihnya.
Ada
beberapa keseruan saat kuliah di UT jika tutor tidak hadir kami pergi ke mall untuk
sekedar jajan dan lihat – lihat bertingkah bak ABG saja, bahkan kadang kami
lupa waktu dan tentunya kami tidak cerita alias berbohong pada suami kami.Masa
kuliah memang masa yang paling indah dulu ketika di D2 nyaris tidak ada waktu
untuk jalan atau sekedar main waktu pembelajaran full dosen tidak pernah ada
yang alpa tapi ketika di UT justru banyak waktu dan kesempatan untuk hiling
sekedar melepas kepenatan karena kami semua mahasiswa UT adalah guru – guru
yang memiliki kesibukan yang luar biasa bahkan ada guru yang mengajar di dua
sekolah.
Lelah
letihku tak terasa hari – hari kujalani dengan penuh semangat dan kebahagiaan
meski waktu untuk berlibur bersama keluarga nyaris tidak ada tapi saat dirumah
aku berusaha untuk fokus pada mereka.Suamiku selalu mengantar aku pergi kuliah
bahkan tak jarang dia juga menjemput saat pulang bersama Alda.
Puncak
kebahagiaanku tiba di tanggal 12Juli 2011 saat itu wisuda SI PGSD untuk seluruh mahasiswa UT se
Indonesia. Kubawa ayah, ibu dan sodara – sodaraku, ku persembahkan gelar
sarjanaku teruntuk ayah dan ibuku haru dan bahagia menyelimuti keluargaku mereka
rela menunggu pelaksanaan wisuda yang cukup lama karena saat itu acara
dilaksanakan di Pondok Cabe kantor pusat UT dengan peserta wisuda lebih dari
2000 orang yang berasal dari seluruh Indonesia sementara yang memasuki ruangan
hanya peserta wisuda keluarga yang mengantar menunggu diluar.Dan yang paling berkesan saat
pelaksanaan wisuda aku menjadi petugas pembaca janji wisudawan suaraku menggema
di gedung wisuda sungguh pengalaman yang tak akan terulang di dalam hidupku.
Kebahagianku
kian sempurna karena di tahun yang sama Gilang lulus SMA dan masuk perguruan
tinggai serta lolos seleksi PTN dan diterima di UNJ kampus impianku yang
akhirnya menjadi kampus anakku.
Di
tahun yang sama pula pemerintah mengadakan pendataan guru honorer untuk K2 dan alhamdulillah
aku, Bu Nunung,Bu Sidah,Bu Wiwi dan Pak Dedy kami semua guru honorer SDN
Gandoang 02 termasuk golongan K2 karena SK kami di bawah Januari 2005 sementara
saat itu syarat untuk masuk golongan K2 minimal memiliki SK di 1 Januari 2005. Meski saat itu beritanya
simpang siur tentang pengangkatan CNPS dari K2 tapi kami seolah mendapat setitik
cahaya harapan.
Kiranya
Ayahku tak kuat untuk menunggu putrinya menjadi PNS tepatnya pada tanggal 7
April 2012 Ayah pergi untuk selama – lamanya. Kepiluan mendera hatiku karena
selama ini aku belum dapat membahagiakannya secara materi karena ekonomiku
hanya pas – pasan saja.Ibuku pun berduka tak terkira karena mereka menikah
sudah cukup lama rasa kehilangan itu tentu sangat terasa.
Rumah
orang tuaku tidak jauh dari sekolah tempatku mengajar setiap pulang sekolah aku
mampir untuk menjenguk dan menghibur ibu meski aku tak jua mampu menghapus
kesedihannya.Hal ini berlangsung hampir setahun,bahkan ibu hampir setiap minggu
berkunjung ke makam ayah.
Akhirnya tiba masa yang kami nantikan hari tes
CPNS dari golongan umum dan dari golongan K2. Kami melaksanakan tes uji
kompetensi di tanggal 3 November tahun
2013 yang berlokasi di kampus IPB bogor. Saat itu soal yang kami kerjakan
berjumlah 270 soal.Aku merasa hampir 75 % aku dapat menjawab soal – soal yang
diberikan aku berdoa semoga aku lulus.
Fase 40 tahun – 50 tahun
Bunga impian menghias jambangan
Siapa kira mekar melati di senja hari
Bila goresan takdir terukir
Bila bait nasib tiada terpungkir
Puncak terdaki bila terjal dilalui
Asa dan doa ada dalam upaya
Hanya syukur pada Sang Maha Pencipta
Atas segala anugerah diterima
Meski tawa terpenggal duka
Meski cerah berganti gulita
Jerit tangis meratap dalam sesal sangat
Meradang dalam kesendirian
Terlalu cepat kepergian meski takdir dalam ketentuan
Terbaik diberi bagi insan dalam ketabahan
Misteri bak tabir mimpi
Kemarin pun pergi hadirkan pengganti
Hari ini lanjutkan esok tuk buah hati berseri
Demi sisa masa husnul
khotimah di akhir nanti
Alhamdulillah saat pengumuman hasil tes
CPNS tepatnya pada tanggal 10 Februari 2014 namaku tertera diantara nama – nama
peserta yang lulus dari golongan K2.Kami bahagia dan terharu dari kecamatan
Cileungsi berjumlah 30 orang yang lulus tapi aku juga sedih karena Bu Nunung
dan Pak Dedy rekan kami dari SDN Gandoang 02 tidak lulus tapi Alhamdulillah di
tes selanjutnya Bu Nunung lulus dan Pak Dedy juga lulus P3K.
Kusampaikan
kabar bahagia ini kepada ibu, kami berpelukan dalam tangis bahagia akhirnya
impian aku dan ibu jadi nyata meski ayah tak lagi ada bersama kami .Sujud syukurku
pada Allah SWT yang telah memberiku anugerah menjadi CPNS diusia tidak muda
lagi yeah diusia 40 tahun menjelang 41 tahun.
Sebelum kami menerima SK CPNS kami
mempersiapkan berkas sebagai bukti kami benar – benar menjadi guru honorer
seperti yang tertera di SK honorer kami
dari absen dan bukti penerimaan honor serta pengakuan dari rekan – rekan kami.
Selama pemberkasan kami bertiga sibuk di sekolah kadang kami merasa kurang enak
hati kepada kedua rekan kami yang belum beruntung yaitu Pak Dedy yang tak lain
adik iparku dan Bu Nunung.
Kiranya
kebahagianku harus terpenggal oleh kedukaanku belum sempat ku terima SK CPNS
ibu pergi untuk selama –lamanya karena terjatuh di kamar mandi.Jumat 7 Maret
2014 hari yang penuh air mata meski sempat kubawa ibu ke rumah sakit tapi
kiranya ibu tak dapat tertolong,pembuluh darah ibu pecah karena ternyata selama
ini ibu menderita darah tinggi tapi aku tidak tahu bahkan seminggu terakhir aku
jarang menemui ibu karena kesibukanku dalam pemberkasan CPNS.Penyesalanku yang
tak terkira karena aku tidak dapat mendampingi ibu di hari – hari terakhirnya
tapi aku ikhlas melepas ibu semoga Allah menerima iman Islamnya dan Ibu
meninggal dalam keadaan husnul khotimah.
1 Mei 2014 kami kumpul di gedung tegar beriman
untuk menerima SK CPNS hari yang kami nantikan setelah melewati perjalanan
panjang dari seleksi dan pemberkasan yang cukup menegangkan karena seleksi
admistrasi yang ketat tapi Alhamdulillah aku dapat melewati semua itu dan ku
terima SK dengan air mata haru bahagia. Sujud syukurku saat terpanggil namaku dan
ku buka SK Alhamdulillah aku mendapat SK golongan 3A.Suami dan anak – anakku
mendampingiku saat menerima SK tentu dengan rasa haru dan bahagia semua tentu
berkat dukungan mereka hingga ku gapai cita – cita.
Keistimewaan
bagi kami para CPNS dari golongan K2 karena kami ditempatkan di sekolah asal
kami.Aku pun tetap mengajar di SDN Gandoang 02 dengan kelas yang sama yaitu
kelas 5.Hanya saja masa kerja kami di SK berkurang 5 tahun untuk yang saat
honor belum memiliki ijazah S1.Namun demikian ini hal sangat beruntung bagi
kami karena masa kerja kami tercantum di SK.
Kini
semangatku kian menggebu untuk menjadi guru yang penuh pengabdian turut serta
dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.Dinding kelas saksi bisu kala kuucap
cita – citaku dulu seakan turut tersenyum bahagia.Kebahagianku kian sempurna
karena posisi suamiku di kantor kepala desa cukup lumayan karena pergantian
kepala desa yang kebetulah sahabat suamiku yang kami dukung dan terpilih
sebagai kepala desa baru untuk 6 tahun ke depan.Alhamdulillah ekonomi keluarga
kami lebih mapan bahkan akhirnya kami bisa memiliki mobil dan daftar haji meski
sebagian dari uang warisanku.
Pada
tanggal 18 Maret sampai tanggal 23 Maret 2014 kami para CPNS melaksanakan
Prajabatan yang dilaksanakan di daerah Ciawi Bogor.Kami berjumlah 75 orang dari
angkatan ke 3 terdiri dari tenaga pendidikan dan tenaga kesehatan.Dan ini untuk
pertama kalinya aku meninggalkan keluarga berhari – hari karena selama ini kami
selalu berkumpul untungnya kami masih bisa berkomunikasi bila malam usai
kegiatan bahkan panitia mengijinkan kami dijenguk.Suamiku datang menjenguk
bersama Gilang dan Alda yang kangen mamah katanya.
Di
hari pertama kegiatan prajaban aku mendapat tugas membacakan sumpah prajabatan
angkatan 4 golongan 3 dan di baca tanpa teks yang aku hapalkan semalaman saja
Alhamdulillah aku sukses hingga teman – teman terharu dan bangga padaku karena
pada waktu itu di bacakan di hadapan Kepala Dinas yang membuka acara prajabatan
tersebut. Salah seorang panitia sangat kagum padaku karena kesuksesan acara
pembukaan itu bahkan di angkatan kami nyaris bersih dari hukuman selama
kegiatan ini.Padahal menurut informasi kegiatan prajaban penuh dengan
ketegangan tapi Alhamdulillah di angkatan kami panitia sungguh berdamai.Meski
memang kegiatan sangat padat dari ba’da subuh hingga malam tiba.Tak ada santai
ria hingga saat makan pun kami seolah berburu dengan waktu.Kami dijejali dengan
materi – materi tentang kepegawaian dan peran kami sebagai ASN hal ini sebagai
bekal kami dalam menjalankan tugas kami sebagai abdi Negara.
Senangnya
mendapat teman baru satu profesi pula saat itu aku sekamar dengan Ekayuli yang
berasal dari Ciawi dan tempat tinggalnya tidak jauh dari lokasi pelaksanaan prajab
sehingga suami dan anaknya agak sering berkunjung karena Eka masih memiliki
balita.Ada juga Dila dari Citeureup teman di D2 dulu dan saat itu dari Cileungsi
berjumlah 4 orang yaiu aku, Bu diny,Bu Eni dan Pak Muklis.Selain itu aku juga akrab
dengan teman – teman dari kecamatan lain diantaranya Ela dari Ciomas, Erni dari
Nanggung dan Nung dari Gunung putrid mereka senang akan karakterku yang rame
dan humoris.Usai pelaksanan prajaban aku semakin memahami tugas pokokku sebagai
ASN dan pelayan masyarakat yang mengemban tugas mencerdaskan kehidupan bangsa.
Suatu
hari kepala sekolahku mengajak aku dan teman – teman untuk melanjutkan
pendidikan ke S2 di Pakuan jurusan administrasi pendidikan, karena saat itu
beliau lebih dahulu masuk dan sudah duduk di semester 2. Awalnya aku tak
tertarik karena biayanya yang cukup besar sementara aku juga baru CPNS gajiku
belum 100 %.Tapi setelah aku sampaiakn perihal ajakan kepala sekolahku ini
suamiku mengijinkannya tentu aku merasa senang sekali meski saat itu Gilang
belum lulus dari UNJ.Akhirnya aku menyampaiakan keinginanku ini kepada Pak Sanudin
kepala sekolahku dan keesokan harinya panitia pendaftaran yang tak lain teman
dari Pak Sanudin datang ke sekolah kami, serta membawa formulir pendaftaran aku
pun menyerahkan berkas persyaratan.Tapi rupanya hanya aku sendiri yang
mendaftar teman – teman yang lain tidak berminat bahkan ada komen dari salah
seorang guru seniorku yang kurang mengenakkan hati jika aku kuliah S2 karena
kesombongan. Aku cukup bersedih kiranya keinginanku untuk maju kurang disukai
teman – temanku di sekolah tapi aku tak menghiraukannya karena ada teman yang
baik dari SDN Gandoang 01 yaitu Bu Lilis yang ikut juga mendaftar.Ada juga guru
senior dari Cileungsi yaitu Pa Endi,Bu Ii dan Pak Sukar.
Aku
hanya pemburu ilmu aku selalu punya keinginan untuk maju apalagi saat ini guru
dituntut untuk serba bisa demi menjadi pendidik yang berdedikasi dan
berkompetensi itulah sebabnya aku melanjutkan pendidikanku ke S2. Meski
akhirnya harus ku korbankan hari liburku untuk keluarga karena perkuliahan
dilaksanakan di hari Minggu dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.. Kami
belajar di kampus Pakuan dengan teman – teman yang berasal dari Bogor, Depok
dan Sukabumi. Kelas kami berjumlah 30 orang dengan latarbelakang pekerjaan yang berbeda yaitu
kepala sekolah, guru,polisi bahkan pramugari.Sungguh aku merasa mahasiswa yang
paling bodoh diantara mereka tapi aku senang bisa berada diantara orng – orang
hebat dan bertemu dengan dosen – dosen yang luar biasa super ini semakin
memotivasiku untuk menimba ilmu.
Awalnya
selain untuk meningkatkan kompetensi diri yang memotivasi aku untuk melanjutkan
pendidikan ke S2 yaitu karena ada imformasi jika memiliki ijazah S2 maka akan
otomatis mendapakan sertifikasi. Tapi kiranya dewi fortuna sedang dalam pelukan
kami para CPNS K2 belum jua SK PNS kami terima, kami mendapat undangan untuk
melaksanakan PLPG sebagai prasarat mendapatkan sertifikasi Alhamdulillah puji
syukur kami panjatkan atas anugerah indah yang Allah berikan.
Begitu
banyak ilmu kami dapatkan di kegiatan PLPG yang berlangsung selama 10 hari di
bulan Agustus 2015 bertempat di Hotel Kinasih Bogor ini tentu demi meningkat
kompetensi profesionalisme kami sebagai guru. Saat itu panitia pelaksananya
dari Kampus PAKUAN dan beberapa nara sumber telah ku kenal.Dan Alhamdulillah
aku dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik serta lulus meski ada beberapa
teman yang terpaksa harus mengulang ujian akhir.
Di
tahun ajaran baru 2015 – 2016 aku
mendapat tantangan baru kepala sekolah menugaskan aku mengajar kelas satu
karena rekan guru yaitu Bu Imas yang selama ini sudah piaway mengajar di kelas
satu terkena mutasi. Awalnya aku ragu takut tak mampu menghadapi siswa kelas
satu yang masih lugu dan butuh kesabaran yang luar biasa karena sekolah kami
berada di desa yang mayoritas murid baru berasal dari rumahtangga dan hanya
sebagian kecil saja dari TK atau PAUD. Sementara selama ini aku terbiasa
mengajar di kelas 5.Setiap usai pembelajaran aku merenung dan mengeluh mencari
strategi pembelajaran agar siswa- siswi mandiri dan kelas dapat aku kuasai
karena orang tua siswa masih saja masuk kelas jika anaknya menangis karena
tidak bisa menulis atau karena belum bisa beradaptasi dengan lingkungan
sekolah. Aku berusaha memohon agar mereka tidak masuk kelas saat aku mengajar
tapi himbauan aku tak dihiraukannya hingga aku meminta bantuan kepala sekolah
untuk meminta wali murid keluar dari kelas.Hal ini berlangsung hampir satu
semester.Aku berusaha menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan selalu
memberika reaword kepada siswa berupa
uang kadang atau pulang lebih awal untuk memotivasi belajar mereka akhirnya di
semester dua aku mampu membuat anak – anak fok us dan nyaman bersamaku di kelas
tanpa harus ditemani orangtuanya lagi.Dengan metode cerdas tangkap yang ku
terapkan alhamdulillah prestasi belajar siswaku meningkat bahkan wali murid
mengacungkan jempol untuk gaya mengajarku di kelas satu ini meski suaraku
nyaris hilang.
Desember 2015 alhamdulillah SK PNS kami
terima sujud syukur kembali kami pada Sang Maha Kuasa.Semakin mantap semangat
kami untuk mengabdi pada negeri menjadi pendidik yang profesional dan
berdedikasi tinggi berbekal ilmu yang kami dapatkan dari berbagai pelatihan.Kami
juga melaksanakan program induksi untuk guru pemula selama kurang lebih 3 bulan
kami mendapat bimbingan dari rekan senior kami sebagai guru pamong.Hanya saja
ada sedikit kejadian yang sempat menjadi kesalah pahaman diantara kami dengan
guru pamong saat itu kami mendapat nilai C untuk kompetensi kepribadian tentu
hal ini membuat kepala sekolah menegur guru pamong karena sebelumnya telah
dinstruksikan untuk member nilai minimal B.Kami sempat khawatir dan sedikit
kecewa mengapa hal ini bisa terjadi meski akhirnya guru pamong kami mengakui
kasalahannya dan memperbaiki penilaiannya.
26 Maret 2016 bimtek pertamaku yaitu bimtek replika
dan diseminasi program bermutu KKG di hotel Grand Mutiara Cipayung Bogor aku mendapat
SK sebagai pemandu KKG gugus 7 dan ketuanya Bu Chairliana dari SDN Nyalndung Ini
awal kegiatanku di KKG Gugus 7 .Pengalaman pertama yang membuatku dikenal rekan
– rekan guru hebat di Kecamatan Cileungsi karena mereka yang menjadi ketua dan
pemandu di KKG merupakan guru- guru yang memiliki dedikasi tinggi apalagi saat
itu aku sebagai pemandu GUGUS 7 harus menyampaikan materi yang ku dapatkan di
bimtek kepada teman – teman guru di GUGUS 8 hal ini tentu membuatku sedikit
grogi karena ini yang pertama kalinya aku menjadi pemandu.Hingga sekarang aku
masih menjadi pemandu KKG Gugus 7 dan setiap tahun selalu ada kegiatan bimtek
untuk pemandu dari disdik yang selanjutnya kami melaksanakan kegiatan KKG
bermutu di KKG masing – masing selama 13 kali pertemuan.Kadang pelaksanaannya
dilakukan secara roling antar gugus kadang juga di gugus masing - masing
23
Maret 2016 Gilang putra pertamaku
diwisuda haru dan bahagia hingga aku dan suamiku berurai air mata selama acara
wisuda yang saat itu dilaksanakan di JCC Jakarta . Yeah…impianku untuk kuliah
di UNJ dulu kiranya dapat diraih oleh anakku dengan perestasi yang cukup
membanggakan bahkan sebelum wisuda Gilang sudah mengamalkan ilmunya dengan
menjadi guru honorer di SMPN 4 Cileungsi untuk pelajaran PPKn karena Gilang
mengambil jurusan S1 PPKn. Saat itu kepala sekolah SMPN 4 Cileungsi yaitu Bu Sri Herowati yang tak lain guru Bahasa
Indosia saat aku SMP dulu dan dia masih
sangat mengenalku karena kami sering bertemu dalam kegiatan PGRI dan tentu saat
aku membawa Gilang untuk melamar sebagai guru honorer beliau langsung
menerimanya.
Perkuliahanku
berjalan dengan lancar Alhamdulillah aku dapat mengikuti perkuliahan dengan
baik bahkan aku mendapat pembimbing untuk tesis dua orang dosen yang baik dan
selalu ada waktu untuk mahasiswanya yaitu Bapak Sumardi,M.Pd dan Bapak Entis
Sutisna,M.Pd ( almarhum ).Untuk tesisku ini aku memilih judul ‘ Hubungan Antara
Kecerdasan Emosional dan Budaya Organisasi dengan Produktifitas Kerja Guru PNS
SD Negeri di Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor ‘. Dalam penyusunan tesis ini
aku dibantu oleh seorang teman yang mahir dalam statistiknya yaitu Pak Yudi
alumni S2 Pakuan guru SMP PGRI Gandoang, karena aku kurang mahir dalam IT.
Alhamdulillah dari sidang proposal hingga sidang tesis berjalan dengan lancar
hingga tiba waktu wisuda tepatnya di tanggal 30 November 2016 aku lulus dan
mendapat gelar M.Pd sungguh aku bersukur dan bahagia atas pencapainku saat ini.
Kiranya
bahagiaku harus terpenggal pilu karena tiba – tiba jari suamiku bengkak tak jua
sembuh hingga akhirnya kami pergi ke rumah sakit Hermina alangkah terkejutnya
kami ternyata itu efek dari gula darah suamiku yang sangat tinggi yaitu 470
mg/dL dokter menyarakan agar suamiku di rawat untuk menurunkan gula darahnya sebelum
proses pembedahan tapi,suamiku tidak mau
dirawat dokter hanya memberi obat penurun gula darah.Setelah dua hari suamiku
semakin merasakan kesakitan di jari tangannya akhirnya kami pergi ke rumah
sakit Meri dan kesimpulan dokter pun sama agar suamiku di rawat untuk
pembedahan.Untuk kali ini suamiku mau dirawat dan 10 hari di rumah sakit aku
menemani suamiku aku mengambil cuti dari sekolah.
Sebenarnya selama ini aku merasakan
perubahan dari kondisi suamiku sikap yang emosional bahkan kesulitan tidur.Yang
paling tidak membuat tentram hatiku dia enggan tidur di kamar dengan alasan
panas meski akhirnya ku cari solusi dengan memasang AC tapi suamiku tetap lebih
nyaman tidur di ruang keluarga hal ini membuat aku curiga bahkan berpikir buruk
mengkinkah suamiku memiliki wanita idaman lain hingga enggan
menyentuhku.Setelah tahu bahwa ternyata suamiku menderita diabetes aku lebih
memahaminya. Aku berusaha menjaga pola makannya agar kadar gula darahnya
stabil.
Membuat rumah baru ku pikir ini salah satu
yang akan membuat suamiku kembali bergairah seperti dulu dengan modal pinjaman
dari BJB sebagai konsekwensinya SK ku menjadi jaminan dan gajiku harus dipotong
cicilan ku bangun rumah di lahan milikku warisan dari orang tuaku.Hampir 3
bulan pembangunan rumah dengan model yang ku buat sendiri selesai, sebelum kami
isi kami mengadakan pengajian sebagai rasa sukur kami. Tapi ternyata tak
seperti yang ku kira suamiku tidak kerasan tinggal di rumah baru dengan alasan
berisik dan panas karena rumah baruku berdekatan dengan jalan raya. Akhirnya
kami kembali ke rumah lama agar tidak kosong ku pinta Gilang tinggal di sana.
Agustus 2018 Gilang meminta kami untuk
melamar Syifa gadis Betawi yang memikat hatinya sebulan kemudian pernikahan
Gilang dan Syifa dilaksanakan tepatnya hari Sabtu tanggal 16 September 2018.
Saat itu aku mengajak teman – teman, sodara dan tetangga ngebesan tapi kiranya
adat kebiasaan orang sunda berbeda dengan Betawi kehadiranku membuat orang tua Syifa yang tak lain besanku
terkejut dan kaget karena tamu dari rombongan besan kelewat banyak hal ini tidak
biasa dilakukan orang Betawi sementara bagi kami hal biasa jika ngebesan
membawa rombongan.Acara pernikahan berjalan dengan lancar meski rombongan kami
datang lebih awal dari jam yang ditentukan. Puji syukur kami sebagai orang tua
karena telah mampu menikahkan putra dengan gadis pilihannya dan dengan cukup
layak.
Sabtu 6 Oktober 2018 acara ngunduh mantu
dilaksanakan di rumah baruku aku bangga dan bahagia akhirnya aku mampu memberikan
kebahagiaan kepada putra sulungku bahkan usai menikah mereka bisa langsung
tinggal di rumah sendiri.Pesta di rumahku cukup meriah teman – temanku alumni
YAPIDA dan alumni SMP Negeri Cileungsi ( IKASTUSI’89 ) hadir memenuhi
undanganku dan memeriahkan pesta dengan organ tunggal yang dimainkan almarhum
sahabat kami Juli Abidin dari Ikastusi 89 ditemani artis heboh Nani Srikandi
teman alumni juga.Alhamdulillah sejak ada group WA silahturahmi kami semakin
terjalin dengan alumni seangkatan sejak tahun 2014 kami sering mengadakan
pertemuan dan jika ada teman yang hajatan maka kami akan berkumpul untuk
memeriahkannya sebagai rasa turut berbahagia. Sungguh jalinan persaudaraan
indah dan terjaga hingga saat ini.
Usai hajatan aku dikejutkan oleh kondisi
adikku yang terlilit renternir bahkan lebih dari 20 orang dengan nilai hampir
400 juta.sebagai satu –satunya sodara kandung tentu aku tak bisa diam ketika
adikku satu – satunya tersandung masalah besar yang hingga kini aku pun tidak
memahaminya. Untuk menghindari keributan dan demi keselamatan adikku akhirnya
segala urusannya aku ambil alih meski saat itu aku tidak ada dana tapi akhirnya
aku menjualkan warisan adikku untuk menyelesaikan utang piutangnya.Meski aku
butuh cukup mental dalam menghadapi para renternir yang datang ke rumahku
karena mendengar aku yang mengambil alih urusan adikku. Hampir setiap hari aku
beradu argumen dengan para penagih yang paling aku sedih saat itu suamiku tidak
mau turut campur bahkan aku menghadapi sendiri para penagih yang penuh emosi
meski akhirnya ini suatu pengalaman yang membuatku lebih kuat lagi.Usai urusan
dengan para renternir aku meminta adikku pulang ke rumahnya karena beberapa
bulan sebelum tanah terjual adikku tinggal di rumah temannya untuk menghindari
amukkan para renternir.Sebagai satu – satunya sodara aku merasa menjadi
pengganti orangtua aku berharap ini menjadi pembelajaran untuk adikku agar
tidak mengulanginya lagi Alhamdulillah masa sulit ini dapat terlewati dan
adikku kembali berkumpul dengan anak –anaknya karena adikku seorang single
parent.
Sejak menjadi Pemandu KKG gugus 7 di tahun
2016 aku sering berangkat bimtek baik bimtek KKG bermutu atau bimtek – bimtek
yang lainnya hingga aku djuluki ‘Si Ratu
bimtek”.Aku banyak di kenal teman – teman pengurus KKG dari kecamatan lain
sekabupaten Bogor karena kami memiliki group WA.Aku juga selalu menjadi
perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba guru berprestasi di tingkat kecamatan
Cileungsi dan Alhamdulillah aku selalu
masuk nominasi sehingga aku menjadi perwakilan untuk mengikuti lomba guru di
tingkat kabupaten. Di bulan Maret tahun 2018 aku mengikuti lomba guru
berkonstitusi ditingkat kabupaten Bogor meski hasilnya belum memuaskan saat itu
aku hanya menjadi urutan ke 7 tapi aku merasa senang karena dapat mengikuti
lomba bergengsi bagi guru ini.
Di buan Agustus tahun 2019 salah seorang
teman pengurus KKG yaitu Pak Ade Badru mengajak aku untuk gabung dengan PIPP (Pendidik
Indonesia Pelopor Perubahan ) dan menjadi
pengurus tingkat kecamatan sebagai bendahara aku pun menyetujuinya karena PIPP
merupakan organisasi guru yang berupaya meningkatkan kompetensi dan menjadi
wadah pengembangan diri para guru di kabupaten Bogor.PIPP mengadakan berbagai
pelatihan baik secara online maupun ofline.Pelatihan pertama yang kuikuti yaitu
Pelatihan Cipta Karaya Inovatif Menulis
Karya Sastra Puisi yang dilaksanakan secara inline.
Di bulan Desember tahun 2019 aku
mengikuti bimtek Peningkatan Kompetensi Guru jenjang SD dalam Upaya Peningkatan
Profesional dan Pedagogik Bagi Pengawas dan Guru SD dlam muattan Mapel IPA dan
Matematika tahun 2019 yang dilaksanakan di Hoten Rizen Premier Cisarua Bogor.
Dalam kegiatan ini aku aktif dan komuniktif dengan para nara sumber. Tak aku
kira ternyata bimtek ini merupakan seleksi bagi guru untuk menjadi penulis
naskah soal US untuk tahun ajaran 2019 – 2020.
Disela kesibukannku mengajar aku mulai
asyik mengikuti bimtek online di PIPP merangkai puisi berkolaborasi di grop WA
beradu ketangkasan kata dengan peserta
yang lain aku serasa ikan yang berada dikolamnya.Kurangkai kata ku susun bait
ku hias rima dari pagi hingga senja kisah yang ada kucipta karya melalui kata.Indahnya
menyerukan suara hati dalam rangkaian puisi.Pujangga Kelana alias Pak Rudi
mentor handal PIPP cukup mahir dalam membimbing kami. Puisi – puisi beliau
meninspirasi para peserta pelatihan begitu pun aku. Karakternya yang penuh
kasih dan kelembutan dalam mengajari kami membuat kami tak enggan untuk
bertanya dan berkomunikasi aku pun semakin akrab meski kami belum berjumpa.
Namaku ada diantara nama – nama penyusun
kisi – kisi dan master soal ujian sekolah SD diantara nama –nama guru sekabupaten
Bogor ada nama Rudi yang tak lain Pujangga Kelana mentor PIPP untuk pelatihan
cipta karya puisi yang sedang kuikuti. Sebelum pelaksanaan penyusunan kisi –
kisi dan master soal US kami berkumpul di aula Disdik untuk menerima arahan
dari panitia dan inilah pertama kalinya aku bertemu Pak Rudi alias Pujangga
Kelana .Aku dan Pak Rudi merupakan satu team dalam penyusunan kisi – kisi dan
master soal US untuk pelajaran Bahasa Indonesia.
Kegiatan penyusunan kisi – kisi dan
master soal US dilaksanakan selama tiga hari di Hotel Gumilang Cipayug Bogor dari tanggal 8 Januari 2019
sampai 10 Januari 2019.Aku sungguh merasa bangga bisa berada diantara mereka
guru – guru hebat sekabupaten Bogor karena tentu yang ada di team penyusunan
kisi – kisi dan master soal US ini melalui seleksi.Aku banyak belajar dari Pak
Rudi yang cukup mahir di IT dan cukup berpengalaman dalam pembuatan soal.Kami
sempat berbeda pendapat dalam pemilihan soal bahkan saat itu kami diminta untuk
menulis tangan soal yang kami buat untungnya dihari terakhir panitia merubah
aturannya jadi kami bisa menyerahkan soal dalam bentu file.Selama kegiatan ini
aku sekamar dengan Risma yang juga peserta pelatihan puisi. Kiranya Risma sudah
mengenalku sejak bimtek Induksi kami sama – sama PNS dari K2. Risma guru hebat
dari kecamatan Leuwiliyan kami bersahabat bahkan aku dan keluargaku sempat
menginap di rumahnya yang berada di tengah perkebunan teh di desa Cianten yang
asri.
Di penghujung diklat cipta karya puisi
kami para peserta dituntut untuk membuat buku kumpulan puisi yang kami buat
selama satu bulan lebih pelaksanaan pelatihan dengan berbagai tema.Aku merasa
sangat tersanjung manakala Sang Mentor mengajak aku berkolaborasi dalam membuat
buku. Beliau menulis nopelet dan aku menulis puisinya buku kami berdua kami
beri judul “ Ku Pilih Kau dengan Sepenuh Cinta “.Alhamdulillah buku kami cukup
diminati rekan – rekan pengurus PIPP, teman- temanku di KKG , peserta pelatihan
bahkan wali muridku.Pengalaman baru yang sangat berharga bagiku karena
sebenarnya aku senang menulis puisi sejak di SMA dulu bahkan aku pun memiliki
nama pena Dara Kelana.Pelatihan ini semakin membuatku paham cara membuat puisi hingga
setiap hari kubuat status puisi di WA.
Usai pelatihan cipta puisi aku kembali
mengikuti pelatihan online merancang blog di blogger.com, sebagai wadah untuk aku menulis bahkan dengan
mentor yang sama yaitu Pak Rudi alias Pujangga Kelana . Guru dari kecamatan
Rumpin ini memang serba bisa aku sangat beruntung bisa mengenalnya.Selain serba
bisa beliau juga telaten dalam mengajari kami para peserta pelatihan yang mulai
lambat mengingat maklum karena faktor usia.Di blog ini kutulis catatan
harian,puisi,materi pembelajaran,hadist dan video pembelajaran.Selain pelatihan
online aku juga mengikuti pelatihan ofline yang diadakan PIPP di aula disdik
bogor untuk pelatihan menggunakan zoommeeting dan pembuatan player.Aku pun
bertemu dengan Bu Nina ketua PIPP guru SD yang bergelar doktor sungguh aku
semakin termotifasi bertemu beliau agar terus belajar belajar dan belajar.Dalam
setahun 2019 ini sebanyak lima belas pelatihan dan diklat kuikuti baik offline
yang diselenggarakan Disdik maupun pelatiahan online oleh PIPP bahkan aku juga
ikut pelatihan Gernas Tastaka yang diselenggarakan oleh KKG Kecamatan Jonggol.Senangnya
berteman dengan guru – guru hebat dan inovatif.
Dari diklat dan pelatihan yang kuikuti di PIPP ada beberapa buku
antologi yang kubuat bersama teman – teman diantaranya ;
1. Kumpulan
puisi dan novelet yang berjudul ‘ Kupilih Kau dengan Sepenuh Cinta ‘
2.
Kumpulan puisi HUT PIPP yang berjudul ‘ Meretas Jalan Perubahan ‘.
3.
Kumpulan puisi yang berjudul ‘ Puisi Untuk Mas Menteri ‘
4. Kumpulan
puisi yang berjudul ‘ Keniscayaan Sebuah Perubahan’
5. Kumpulan
kisah – kisah inspiratif yang berjudul ‘ Jangan Gagal Move On ‘
6. Kumpulan
komIk digital yang berjudul ‘ Asyiknya Belajar ‘
7.
Kumpulan quizizz yang berjudul “Quizizz Sebagai Media Pembelajaran ‘
8. Kumpulan
cerpen yang berjudul ‘ Kolaborasi Cerpen Pendidikan’
9. Jurnal
Majalah Pelopor
10.
Kumpulan surat untuk Mentri Pendidikan yang berjudul ‘Surat untuk Mas
Menteri ‘
11.
Kumpulan karya Pelatihan Pembuatan Aplikasi
Android Non Coding
Bagiku PIPP sangat berperan dalam proses pengembangan
diriku selain dua orang hebat yaitu Pak Rudi selaku mentor handal PIPP dan Bu
Nina selaku ketua PIPP yang membangkitkan semangat belajarku. Berkat dua orang
hebat itu terutama Pak Rudi membuat aku memiliki keahlian dalam membuat puisi
dan cerpen meskipun karya – karyaku belum sebagus karya beliau tapi Pak Rudi
selalu membuat aku semangat dalam berkarya.Banyak hal yang kudapat dari Pak
Rudi karena beliau selalu membimbing aku disetiap waktu.
3 November 2019 adalah hari pemilihan
kepada desa baru karena masa jabatan Bapak Sayidina Aop selaku kepala desa
telah berakhir setelah enam tahun.Aku dan keluarga tentu berperan dalam
pencarian masa dan menjadi team sukses untuk kemenangan Bapak Sayidian Aop
karena selama ini suamiku bekerja di desa sebagai Kaur Pemerintahan dan hal ini
karena kedekatan dan peranan suamiku di masa pemelihan lalu dan memang akan
selau begitu disetiap pemerintahan desa.Selama ini aku pun aktif di kegiatan
desa bersama ibu kepala desa dan rekanku Bu Yeni.Saat itu kandidat calon kepala
desa ada tiga orang yaitu Sayidina Aop,Lihing dan khaerul Saleh.Para kader
kandidat bergerak mencari masa hal ini cukup rentan dari perselisihan karena peran
kader cukup jadi ujung tombak kemenangan. Para kandidat pun mencari simpati
warga dengan berbagai cara.Aku bukan kader tapi tentu aku membantu Sayidina Aop
karena suamiku bekerja bersamanya dan aku berharap kemenangan kembali ada untuk
Sayidina Aop agar suamiku tidak
kehilangan pekerjaan.
Kiranya keberuntungan tak lagi ada di
tangan Sayidna Aop.Pemilihan kepala desa dimenangkan oleh Khaerul Saleh.Kekalahan
Saiyida Aop dalam pilkades sangat membuat kami terpukul itu artinya suamiku
akan kehilangan pekerjaan karena pihak Khaerul Saleh mengetahui kalau kami
tidak mendukungnya dan kami pun cukup tahu diri untuk keluar dari pemerintahan
desa di bawah kepemimpinan kepala desa baru sebagai konsekwensinya.
Kondisi kesehatan suamiku menurun sebagai
efek dari pemikirannya karena kehilangan pekerjaan meski aku berusaha
menyakinkannya agar tetap tenang toh aku berpenghasilan. Tapi tentu perubahan
aktifitas membuat dia stress.Hingga akhirnya kadar gula darannya meninggi
bahkan timbul luka di telapak kaki kanannya. Aku mulai khawatir dengan kondisi
suamiku akhirnya kami ke rumah sakit dan Januari 2020 kaki suamiku dioperasi
untuk membersihkan lukanya yang mulai membusuk.Akupun mencari informasi tempat
pengobatan luka diabetes yang bagus.Kudapatkan dari seorang teman yang
berlokasi di Jakarta.Alhamdulillah kondisi telapak kaki suamki mulai membaik.
Disela kesibukanku merawat suami aku
tetap beraktifitas dan mengikuti kegiatan di sekolah.Di bulan kuikuti lomba membuat naskah soal di UPT
Alhamdulillah aku menjadi urutan ke 4 dan ditetapkan sebagai salah satu penulis
soal PTS dan PAS di Kecamatan Cileungsi.Ternyata
lomba penulisan naskah soal ini pun merupakan ajang seleksi untuk mengikuti
lomba guru ditingkat Kabupaten.
10 Maret 2020 aku menjadi perwakilan
kecamatan Cileungsi untuk mengikuti lomba guru berprestasi Seminggu sebelumnya kami para peserta yang berjumlah
40 orang dari masing – masing kecamatan yang ada di kabupaten Bogor menerima
arahan terkait penyusunan portopolio sebagai salah satu sarat yang harus
dipenuhi peserta selain uji kompetensi. Sebanyak 200 soal dari materi pedagogik
dan profesionalisme kami selesaikan cukup
menguras otak tapi alhamdulillah aku merasa diberi kemudahan dalam menjawab
pertanyaan.Saat pengumuman tiba alangkah terkejutnya ketika namaku disebut
sebagai salah satu nominasi yang harus maju ke sesi berikutnya yaitu sesi presentasi
karya ilmiah dan sesi wawancara.Ternyata selain hasil uji kompetensi nilai
portopolioku cukup lumayan karena aku memiliki banyak sertifikat yang kudapat
dari berbagai bimtek dan pelatihan selain itu aku juga mencantumkan beberapa
buku antologi puisi yang kumiliki sebagai hasil pelatihan di PIPP.
Sesi wawancara dan presentasi karya
ilmiah dilaksanakan keesokan harinya. Aku cukup pesimis karna kelima nominasi
guru berprestasi ini merupakan orang – orang muda dan super hebat sementara aku
hanya si pemilik semanagt tinggi dengan kemampuan terbatas.Aku cukup puas
dengan juara harapan ke tiga tapi bagiku ini prestasi yang luar biasa yang
dapat kuraih.
Pola makan suamiku yang tak bisa diatur
membuat kesembuhan terhambat hingga pembusukan malah melebar di telapak kakinya
dan yang paling tak kumengerti suamiku enggan minum obat dari dokter dengan
alasan tubuhnya terasa gatal bila minum obat antibiotiknya.Aku mulai bingung
kubawa kemana lagi suamiku berobat. Seorang
teman Gilang mengajak kami berobat ke Tambun Bekasi seorang dokter ahli
diabetes luka suamiku dibersihkan dengan apik tapi disaat kedua kalinya kami
kembali suamiku nyaris pingsan saat lukanya dibersihkan dokter pun menyarankan
agar aku membawa suamiku ke rumah sakit.Akhirnya kami kembali ke rumah sakit
Hermina untuk operasi.Kali ini operasi cukup melebar dari operasi pertama.Dua
hari menjelang Idul Fitri kami kembali ke rumah. Kubersihkan lukanya setiap
hari dan Alhamdulillah kali ini suamiku mau minum obat sebulan paska operasi
lukanya mulai mengering suamiku pun dapat berjalan lagi meski kakinya harus
senantiasa di perban.Sehari menjelang Idul Adha kami mengendari motor untuk
membeli hewan kurban karena suamiku ingin berkurban saat membawa kambing di
motor suamiku kehilangan kendali dan terjatuh keesokan harinya betis kaki kanan
suamiku bengkak dan memerah.Dua hari paska jatuh suamiku mulai mengerang
kesakitan hawa panas yang berasal dari kakinya tak lagi dapat ditahan akhirnya
ku bawa suamiku ke rumah sakit kali iniku bawa ke rumah sakit Permata Jonggol dokter memberitahuku bahwa suamiku harus
dioperasi. Saat operasi berjalan aku diminta dokter untuk masuk ke ruangan
operasi dan alangkah terkejutnya saat dokter menunjukkan kondisi kaki kanan
suamiku yang sangat parah karena infeksi diabetesnya dan dokter menyarankan
untuk amputasi hingga lutut.Aku terdiam tapi tentu aku tidak bisa memberi
keputusan kepada dokter untuk amputasi karena suamiku harus mengetahuinya
terlebih dahulu sedangkan saat itu suamiku dalam kondisi terbius total akhirnya
aku hanya mengijinkan pembedahan saja pada betisnya.
Beberapa saat usai operasi suamiku mulai
kembali kesadarannya tapi aku tak sanggup untuk mengatakan kepadanya tentang
saran dokter untuk amputasi.Saat itu aku teringat saran Pak Rudi untuk mencoba
pengobatan herbal dan terapi di Sukabumi.Keesokan harinya aku pun menceritakan
kondisi kaki suamiku dan saran dokter untuk amputasi suamiku menolak.Dengan
sedikit memaksa akhirnya aku minta ijin pulang dari rumah sakit untuk membawanya
ke Sukabumi.Dengan petunjuk dari Pak
Rudi akhirnya kami sampai di klinik herbal dan terapi yang ternyata memiliki
pasien yang cukup banyak dengan mayoritas penyakit berat.
Selama empat hari suamiku dirawat di klinik herbal Qolbu Salim di
Sukabumi yang ternyata pemiliknya adalah
seorang dokter bernama dokter Renaldo.Klinik
ini menggunakan obat- obatan herbal yang diracik sendiri oleh Sang Dokter karena
ternyata beliau seorang keturunan Thionghoa yang mahir dalam obat – obatan
herbal selain itu klinik ini memiliki kasur terapi untuk melancarkan peredaran
darah dan lain – lain.Lokasi klinik berada di samping perkebunan perhutani.Suasana
yang sepi diujung pedesaan,udara yang bersih seolah menjadi terapi untuk
kesembuhan para pasien. Setiap pagi kudorong kursi roda suamiku untuk berkeliling
menghirup udara segar meski kondisi kaki paska pembedahan mulai membusuk tapi
aku optimis suamiku akan sembuh.Setiap hari kubersihkan dan kuganti perbannya.Menjelang
pulang dokter meyakinkanku bahwa kondisi suamiku sudah membaik dan pasti sembuh
dokter pun menyarankan agar aku kontrol
setiap seminggu sekali.Untungnya saat itu pembelajaran dilaksanakan secara
daring karena pandemi, jadi selama aku di Sukabumi aku cukup member tugas lewat
group WA.
Setiap seminggu sekali aku membawa
suamiku untuk kontrol ke Klinik Qolbu Salim dan kulihat ada perubahan pada kaki
suamiku daging baru mulai tumbuh aku dan anak –anak merasa senang tapi tiga
hari menjelang control keempat aku dikejutkan oleh kejadian yang tak pernah aku
bayangkan.Dikontrol ketiga dokter memberiku salep untuk percepatan pertumbuhan
daging baru di kaki suamiku dan menyarankan agar aku mengganti perbannya dua
hari sekali. Biasanya saat mengganti perban aku dibantu Gilang dan Alda karena
butuh waktu lebih dari setengah jam untuk membersihkan luka kakinya hingga rapi
diperban. Saat itu suamiku memaksa agar aku membersihkannya segera padahal aku
sendirian dan alangkah terkejutnya saat kubuka perban kaki suamiku dikerumuni
belatung aku menjerit perlahan aku tak ingin kejadian ini diketahui suamiku
kubersihkan belatung dari kakinya sembari menahan tangis karena rasa
takutku.Tak sanggup aku sendiri memberihkan kaki suamiku aku segera menghubungi
Ecah adikku untuk membantunya dan tentu Ecahpun terkejut dengan kondisi suamiku
tapi kami tetap merahasiakannya kepada suamiku.
Dalam isak tangis dan ketakutan
kuceritakan kondisi kaki suamiku pada Gilang anakku kami sungguh khawatir dan
keesokan harinya 7 september 2020 kami membawa kembali suamiku ke klinik. Kuceritakan
kondisi kaki suamiku yang dikerumuni belatung dokter menenangkan aku bahkan dia
katakan kalau itu salah satu proses penyembuhan agar daging busuknya bersih dan
cepat berganti daging baru. Aku mulai tenang dan yakin kalau suamiku akan
segera sembuh karena hasil pemeriksaan saat itu gula darah normal jantung dan
paru – paru bagus bahkan pankreas sudah berfungsi.
Rabu, 9 September 2020 menjelang asar
kubersihkan tubuh suamiku seperti biasanya kulap sekujur tubuhnya kuganti
pakaian dan kainnya kubedaki tubuhnya agar harum mewangi.Usai solat magrib
suamiku memanggilku lirih aku pun duduk disampingnya seraya mengelus kakinya tiba
– tiba aku merasa sangat ngantuk akupun terbaring disisinya. Sejak usai dioperasi
suamiku tidur diruang keluarga aku dan Alda pun menemaninya kadang Gilang,Syifa
dan adik – adik iparku menginap dan menemani kami.Kumandang ajdan Isya
terdengar akupun segera menunaikan kewajibanku begitu juga suamiku.Saat kukembali
usai melaksanakan solat isya kulihat suamiku tertidur tapi aku sedikit heran
karena saat kupegang kepalanya berkeringat dan lehernya terasa sangat dingin akupun
membangunkannya, suamiku malah memanggil Gilang.Aku segera menelpon Gilang dan
memintanya untuk segera datang Alda yang dari tadi di kamar kupanggil juga
karena aku mulai khawatir akan kondisi suamiku.Kupanggil juga adik- adik iparku
agar segera datang ke rumahku.Tak lama kemudian Gilang dan Syifa datang Gilang
pun kaget karena kedua kaki suamiku terasa sangat dingin.Tiba – tiba suamiku
minta dibangunkan agar bisa duduk aku kaget karena selama ini biasanya dia bisa
duduk sendiri tapi kini badannya lemas tak bertenaga bahkan kesulitan untuk
duduk sementara itu tak ada kata – kata yang diucapkan suamiku aku pun
memberinya minum dan kembali sumiku terbaring Alda kupinta untuk mengaji yasin
disamping ayahnya aku tak henti beristigfar dan bertahlil agar suamiku
mengikutinya hingga akhirnya di pukul 21.50 WIB suamiku pergi dengan tenangnya
dalam pelukanku.Innalillaahiwainnaailaihi rojiun tangis kami memecah kesunyian
malam Kamis itu, tak percaya rasanya akan apa yang terjadi suamiku pergi untuk
selama – lamanya.
Malam Kamis yang tak akan pernah aku
lupakan sepanjang hidupku.Malam kepergian suamiku untuk selama –lamanya
.Suamiku yang telah mendampingi hidupku selama 28 tahun.Mendampingku dalam suka
dan duka hingga tercapainya cita – citaku bersama cinta dan kasihnya.Suami yang
telah memberiku sepasang buah hati yang tentu sangat berarti untuk
hidupku.Aku nyaris putus asa mampukah aku hidup tanpa dia.Tangis dan tangis
kepiluan terasa sangat menyesakkan namun aku tetap kuatkan diri agar bisa
mengaji untuk suamiku.Hari mulai pagi
banyak sodara, rekanku, rekan suamiku, rekan Gilang dan Alda datang bertajiah
mereka menemaku hingga pemakaman suamiku selesai.
Tubuhku serasa tak bertenaga seminggu aku
hanya terbaring lemas begitu banyak sesal yang menggulung di dada kala kuingat masa
– masa kami bersama,aku sering membuatnya pilu karena perselisihan yang sepele
saja.Kini yang kuingat segala keindahan dan kebaikan yang tak mungkin
tergantikan . Kami menikah diusia muda begitu banyak hal yang kami lalui
bersama.Kini yang terbayang kala suamiku menuruti apa yang kumau kala suamiku
selalu memberi kejutan – kejutan untuk membuatku senang. Ya Allah mengapa
begitu cepat dia pergi ?
Alhamdulillah saudara dan sahabat –
sahabatku datang untuk menguatkan hatiku. Aku pun mulai sadar aku pasrah pada
ketentuan Allah,kuikhlaskan kepergian suamiku kiranya ini yang terbaik
untuknya,karena tiada satu apapun yang bisa merubah takdir Allah.Aku pun harus
melanjutkan hidupku demi anak – anakku.
Aku kembali beraktifitas ke sekolah
setelah seminggu kepergian suamiku karena meski anak – anak belajar secara
daring tapi guru tetap harus absen dan menyiapkan admisnistrasi di sekolah, meski
tentu hari – hariku kini tak sesemangat dulu.Tangisku masih senantiasa memecah
kala kesendirianku di rumah.Tiap ruang terbanyang masa – masa indahnya kebersamaan
bercengkrama kala pagi ditemani segelas kopi, kala senja bercerita tentang hari
yang baru kami lalui.Hingga tak terasa 40 hari sudah kepergian suamiku aku mulai
berani ke luar rumah selain ke sekolah aku mulai berani ke pasar untuk membeli
keperluan dapur.Sejak suamiku meninggal aku jarang sekali masak untungnya Alda
mau makan seadanya bahkan seringnya beli nasi padang.
Hari – hariku terasa hampa andai dapat kuulang
waktu, andai dapat kukembalikan hari, tentu aku akan selalu membuat suamiku
bahagia tanpa ada perselisihan diantara kami. Meski kusadari perubahan sikap
suamiku sangat drastis sejak tahun 2016. Sejak dokter memponis suamiku mengidap
penyakit diabetes suamiku mulai posesip itulah penyebab perselisihan diantara
kami tapi kini hanya tinggal sesalku.Untuk mengurangi penyesalanku kukirimkan
doa setiap waktu semoga almarhum suamiku senantiasa damai disisiNya.
2- 4 November 2020 aku mendapat tugas untuk bimtek
Pembinaan Kompetensi SDM Jenjang SD melalui Kegiatan Pembinaan Keprofesian Berkelanjutan
Jenjang SD.Awalnya aku menolak tapi karena ini tugas Negara kupikir aku tetap
harus berangkat agar aku,pun tidak selalu dirundung kepiluan. Tapi rupanya aku
keliru sejak tiba di Hotel Grand Mutiara tempat pelaksaan Bimtek aku terbayang
almarhum suamiku yang selalu mengantar dan menjemputku jika aku bimtek bahkan
dia akan santai – santai dulu di kamar hotelku sebelum pulang.Tangisku pun tak
dapat kutahan aku tidak fokus pada kegiatan bimtek.Tapi aku tetap mengikuti
kegiatan selama tiga hari.
Tiga bulan kepergian suamiku aku kembali
gabung bersama teman – teman goes aku kangen bersepeda bersama teman – teman
srikandi GGS. Keseruan saat goes cukup menghiburku.Hingga suatu hari tiba gobar
GGS ke warung Ceu Edoh dengan rute memutar start di GNI ke Situsari dan Citra
Indah jadi jaraknya cukup lumayan. Saat itu ada group Sely group goes dari Setu Bekasi turut diacara
gobar GGS menambah keseruan karena lebih dari seratus sepeda pesertanya. Aku
menjadi MC diacara pembagian doorprize dan hiburan aku berusaha menghibur diri
dan teman peserta gobar dengan bernyanyi duet bersama ketua group Sely.
Selain menghibur diri bersama group goes
aku juga sering kumpul bersama teman – teman alumni SMA YAPIDA dan alumni SMPN
Cileungsi kebetulan teman – teman alumni ada yang bernasib sama denganku jadi
single parent sehingga kami merasa cocok dan memiliki waktu yang luang untuk
kumpul meski sekedar makan dan karokean.
11 Januari 2021 lahirlah cucu pertamaku
tampa disaksikan oleh kakeknya karena saat suamiku meninggal Syifa menantuku sedang
hamil lima bulan. Alhamdulillah Syifa melahirkan dengan normal dan selamat
tangisku pun tak tertahan saat kulihat wajah cucuku sangat mirip dengan
almarhum suamiku.Haru dan bahagia hatiku menyambut kehadiran cucu pertamaku.
Andai saat ini suamiku masih ada tentu beliau akan sangat
bahagia melihat kelahiran cucu pertama kami.Azhar Eda Mahardika nama cucuku.
Cucu laki – laki yang tampan dan sehat.
Sebagai pemandu KKG Gugus 7 aku harus
selalu mengikuti kegiatan bimtek Bermutu yang diselenggarakan Disdik.Pada
tanggal 25 sampai 27 Maret 2021 aku mengikuti bimtek “Replika dan Diseminasi
Bermutu di hotel Rizen Premiere Cisarua Bogor.Bimtek kedua setelah kepergian
suamiku dan kembali tangisku hadir kala tiba di Hotel Rizen Premier teringat
almarhum yang selalu mengantar dan menjemputku bila kegiatan bimtek. Begitu
banyak kenangan tergores disetiap dinding aktifitasku karena suamiku selalu
mendukung kegiatan dinasku.
Tak terasa kini Alda dipenghujung SMK
sebagai siswa berprestasi Alda mengikuti seleksi mahasiswa baru dari jalur
prestasi. Untungnya kepergian suamiku tidak membuat prestasinya di sekolah
menurun. Meski awalnya aku tidak sependapat jika Alda harus pindah sekolah dari
YAPIDA ke SMK Farmasi karena awalnya Alda ku titipkan pada YAPIDA tempat aku
mondok dulu tapi rupanya Alda tidak kerasan hanya bertahan tiga bulan saja.Akhirnya
suamiku memindahkannya ke SMK Farmasi.Kiranya Alda membuktikan kesungguhannya
sekolah di SMK Farmasi hingga menjadi siswa berprestasi. Para guru meyakinkanku
jika Alda pasti lulus di poltekes karena nilai Alda cukup tinggi dan prestasinya yang baik tapi kiranya Alda
kurang beruntung Alda gagal masuk poltekes.Kegagalan ini membuat Alda terpukul
dan menangis karena harapannya untuk masuk PTN jalur prestasi gagal.Rupanya
Alda tidak mau kalah dengan teman – temannya yang masuk PTN jalur prestasi Alda
belajar untuk mengikuti tes UTBK agar bisa masuk PTN. Saat itu aku memberi saran
agar Alda memilih jurusan pendidik Bahasa Indonesia dan mencari kampus terdekat
Alhamdulillah Alda mengikuti saranku yaitu memilih UNSIKA Karawang.Dan
Alhamdulillah Alda lulus seperti yang kupinta di penghujung malam.Sujud
syukurku pada yang maha kuasa kedua putra putriku dapat masuk perguruan tinggi
negeri.
Ramadhan tahun 2021 Ramadhan pertama
tanpa suamiku. Tak ada keindahan senja seperti
tahun – tahun lalu terbayang dimataku kala kami berdua menyiapkan menu berbuka
dan serunya kala kami berebut sambal untuk gorengan. Kini hanya aku dan Alda
itupun jika Alda tidak ada acara buka bersama dengan teman – temannya . Untuk
menghilangkan rasa kesepianku aku sering meminta Gilang dan Syifa untuk berbuka
bersama di rumahku.Tiba hari raya tanpa suami dan tanpa ayah bagi anak – anakku
tentu menghadirkan pilu di keluargaku isak tangis tak dapat kami tahan terlebih
saat adik – adik iparku datang dan berkumpul di rumahku seperti biasanya karena
suamiku sodara tertua sebagai pengganti orangtua.Aku terharu karena mereka
masih menganggapku sebagai pengganti orangtua meski suamki sudah tidak
ada.Sebagai kebiasaan kami di hari pertama idul fitri usai silahturahmi kami
kumpul di makam untuk mengaji.Tangisku tak dapat kutahan sepanjang
pengajian.Kupandang tumpukan tanah merah tempat bersemayam jenajah suamiku yang
kini hanya dapat kudoakan semoga suamiku ada dalam kenikmatan kubur.
Menjadi single parent diusiaku kini rupanya
masih sangat jadi pusat perhatian suatu hari ada seseorang yang menginginkanku untuk
menjadi istrinya padahal dia pria beristri tentu aku menolaknya dengan halus
agar dia tidak kecewa. Bahkan hal ini berulang sampai tiga kali entah mengapa mereka begitu pede
menyatakan keinginannya.Aku mulai tak nyaman dengan gosif - gosif tetangga tapi
aku berusaha untuk tidak
menghiraukannya.
Aku manusia biasa aku juga masih sangat
membutuhkan perhatian dari pasangan ketika ada seseorang yang memberikan
perhatian kepadaku dan Alda tentu aku tidak menolaknya. Sahabat yang juga
kuanggap sebagai saudara, teman ketika kami di SMP dulu senantiasa menghibur
dan memperhatikan kebutuhan ekonomiku. Aku mulai merasa nyaman atas
kehadirannya meski aku tidak menjanjikan apapun untuknya. Kami sering jalan
untuk sekedar makan bersama ketiga temanku yang bernasib sama denganku alias
single parent yaitu Cicih,Ade Nuraeni dan Nani kami sama – sama alumni SMPN
Cileungsi angkatan 89.Hanya saja Amin pria baik yang mengisi hari – hariku dan
menghiburku dia pria beristri jadi tentu aku menolaknya saat dia mengajak aku
ke pelaminan.
Suatu hari aku pulang malam bersama teman
– temanku karena jalanan macet sepulang kami menjenguk teman alumni SMP di
Gunung Putri. Rupanya Gilang tahu dan dia marah sekali kepadaku bahkan dia
menyatakan kekecewaannya akan perubahan sikapku yang sering main dan pulang
malam meski itu kulakukan hanya untuk menghibur diri kiranya Gilang tidak
mengerti.
Aku sadar akan statusku yang rentan gosif,
mungkin itu yang dikhawatirkan oleh Gilang.Dalam sujudku disepertiga malam aku
berdoa dan memohon petunjuk yang maha kuasa hingga suatu hari guru matematikaku
kala aku di SMA YAPIDA dulu ingin memperkenalkan rekannya guru PNS yang
bernasib sama denganku. Istrinya meninggal karena penyakit jantung yang
dideritanya..Aku pun mengijinkannya untuk memberikan no WAku kepada
rekannya.Seminggu kemudian aku mendapat WA dari rekan guruku itu. Kami pun
berkenalan lewat WA.Setelah seminggu berkomunikasi lewat WA kami bertemu di
Ramayana Cileungsi meski saat itu aku juga merasa heran mengapa Pak Herwan ini
mengajak ketemuan kok di Ramayana padahal aku tahu disana tidak ada tempat
makan. Rupanya Pak Herwan tidak tahu jika di Ramayana tidak ada tempat makan
akhirnya kami ngobrol sambil makan bakso sukowati yang ada di samping Ramayana
saat itu aku ditemani Cicih dan Nani.
Belum ada hal yang istimewa diantara aku
dan Pak Herwan hanya saja aku butuh waktu untuk mengenal lebih jauh
kepribadiannya meski guruku telah menceritakan banyak hal tentang dia.Kami pun
kembali bertemu untuk sekedar makan kali ini pertemuan kedua di Metropolitan Mall
Cilengsi yang paling berkesan saat itu Pak Herwan membawakan aku buah anggur.
Kiranya Pak Herwan ini calon kepala
sekolah SMP paska pertemuan kedua beliau pamit untuk melaksanakan bimtek kepala
sekolah dan memohon doaku agar lancar dan lulus dalam kegiatan itu.Pria
sederhana dan lugu tak banyak kata seperti yang kudengar dari Pak Ucu guru
matematiaku yang mempromosikannya padaku.
Setelah dua bulan perkenalan aku dengan
Pak Herwan, aku merasa ada kecocokan bahkan kami satu misi yaitu melanjutkan
kehidupan demi sisa masa dan buah hati dalam kedamaian.Akhirnya dihari libur 17
Agustus 2021 kami bertemu dua keluarga untuk saling berkenalan.Awalnya aku
tidak cerita rencana pertemuan ini kepada Gilang karena aku khawatir Gilang
tidak bersedia tapi Alhamdulillah acara perkenalan keluarga ini berjalan lancar.Aku
merasa senang karena kulihat Gilang ramah
dan akrab mengobrol dengan Si Abang ( panggilanku untuk Pak Herwan ) dan ketiga
anaknya yaitu Alip, Alpin dan Alya. Alhamdulillah aku merasa lega.Gilang dan Alda
tidak keberatan jika aku memilih Si Abang untuk menjadi pengganti ayahnya hanya
saja Gilang menyarankan aagar kami menikah setelah setahun kepergian suamiku.Aku
dan Si Abang pun menyepakatinya.
Pertemuan, perpisahan, kelahiran dan
kematian bukan hal yang kebetulan tapi tentu semua itu ketentuan Allah yang
tiada seorang pun kuasa menolaknya. Aku hanya tak henti meminta yang terbaik
untuk hidupku dan keluargaku .Tak terasa tiba di 9 September 2021 setahun kepergian suamiku
aku pun mengadakan acara selametan nepung tahun dan Alhamdulillah acara
berjalan dengan lancar.
Usai selametan setahun kepergian suamiku
tepatnya tanggal 19 September 2021 Si Abang datang melamarku bersama keluarga
besarnya. Cincin bermata biru melingkar di jari manisku sebagai pertanda ikatan
resmi hubungan kami. Keesokan harinya aku menemui Pak Amil Musa untuk mendaftar
pernikahan di KUA.
Kabar lamaran dan rencana pernikahanku
ini kiranya menuai berbagai komentar dari teman – teman dan tetanggaku. Ada
yang komentar mengapa begitu cepat aku menikah lagi.Ada juga yang komentar
lebih cepat lebih baik. Bahkan ada yang turut bahagia karena aku menemukan
jodoh yang sefrekwensi sama – sama guru sama – sama ditinggal wafat
pasangannya.Tentu mereka tak perlu tahu alasanku itulah sebabnya aku tak
menghiraukannya.
Sabtu 9 Oktober 2021 pukul 09.00 WIB,
Ijab kobul terucap sudah di Mesjid Jami Baeturrahmah disaksikan sahabat –
sahabatku, sodara – sodaraku dan tamu undangan serta rombongan besan.Aku duduk
diapit Gilang, Alda dan Syifa. Begitu juga Si Abang diapit oleh Alip,Alpin dan
Alya. Tak ketinggalan rekan- rekanku dari GGS yang mengejutkan aku dengan tepuk
tangannya usai Si Abang mengucapkan ijab kobul kulihat mereka begitu antusias
dan turut berbahagia atas pernikahanku ini.
Tak aku kira acara pernikahanku sebegitu
meriahnya karangan bunga persembahan dari GGS terpajang indah di depan gerbang
rumahku.Tenda berhias bunga – bunga bak pernikahan anak gadis saja.Musik orgen
mengalun syahdu menghibur para tamu.Group buthong menyambut tamu penuh semangat
dengan seragam merahnya.Bahkan adikku
Ecah dan adik – adik iparku yang masak untuk menjamu para tamu.Aku sangat
bersyukur atas anugerah yang Allah beri di hari pernikahan keduaku ini.
Cibodas tempat yang kami pilih untuk
berbulan madu.Udaranya yang dingin membuat kami terlena hingga lupa jika kami
sudah tidak muda lagi. Bak gadis dan bujangan yang dimabuk asmara kami
bersepeda mengelilingi taman di kebun
raya Cibodas Tapi sayang aku hanya memiliki waktu dua hari karena aku harus
segera masuk sekolah saat itu pembelajaran sudah tatap muka meski baru 50%.
Aku sangat bersyukur karena akhirnya aku
bersuami lagi.Herwan Sulistio yang kini
kupanggil papah adalah suami yang baik dan sangat penyayang. Kelembutan
kata dan sikapnya membuat aku luluh dan sangat mencintainya. Papah sangat
memanjakan aku apa yang kupinta selalu diturutinya.Papah juga menyayangi anak
dan cucuku.
3 sampai 5 November 2021 kuikuti kegiatan
Pendidikan Kepramukaan yang bertempat di Hotel Grand Pesona Kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor.Bimtek pertama paska pernikahanku.Selama tiga hari kutinggalkan
papah dan untuk kenyamanannya kusarankan agar papah tinggal dirumahnya.Sejak
menikah papah tinggal di rumahku sementara anak – anaknya tinggal dirumah
papah.Aku tidak mungkin meninggalkan Alda sendirian dirumah terlebih jarak dari
rumah papah terlalu jauh ke sekolahku jika aku harus tinggal di sana. Tapi
untuk menjalin kedekatan antara aku dengan anak- anak papah setiap sabtu sore
aku menginap di rumah papah.
Tanggal 9 – 11 November 2021, aku
terpanggil lagi untuk mengikuti workshop Pembinaan Gerakan Pembudayan Literasi
Jenjang SD yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor di hotel Garbera
Cipayung Bogor.Pesertanya tentu para guru yang jago dalam hal literasi bahkan
ada beberapa guru yang sudah menerbitkan novel salah satunya sahabatku Mardianaa
dari Kecamatan Taman Sari.Papah mengantarkan aku ke lokasi bersama anak – anak
tapi aku terkejut karena keesokan harinya papah kembali ada di hotel bahkan
menyewa sebuah kamar untuk kami berdua.Hal ini tentu jadi bahan ledekan teman –
teman sekamarku karena aku harus pindah kamar maklum pengantin baru candaku.
Hari – hariku terasa indah karena papah
memanjakan aku,menuruti kemauanku bahkan papah mau membantu aku dalam
mengerjakan pekerjaan rumah jika aku tidak sempat mengerjakannya seperti
menyapu, mengepel bahkan mencuci piring. Hal ini karena papah mulai terbiasa
sejak almarhun sang istri meninggal dunia.Bahkan papah tidak membatasi
pergaulan dan kegiatannku bersama teman – temanku alumni SMP maupun alumni
YAPIDA , bahkan tak jarang juga papah turut serta dalam kegiatanku bersama
teman – temanku.
Kini aku kembali bersemangat dalam
meningkatkan pengembangan diri dan karierku karena papah akan selalu mendukung
segala kegiatanku. Aku bersama teman – teman KKG mengikuti pancalonan guru
penggerak angkatan ke 7. Aku bersyukur dan bangga saat namaku ada diantara nama
– nama teman KKG yang lulus di tahap satu.Aku kian bersemangat dan mempersiapkan
diri untuk melaju ke tahap ke dua yaitu praktek mengajar dan wawancara.Tapi
kiranya nasibku kurang beruntung namaku tidak ada diantara nama – nama guru CGP
angkatan 7 yang lulus.Entah aku tidak mengerti tahap mana yang kurang bai k
kuituti hingga aku tak layak untuk lulus Aku sangat sedih dan kecewa.Terlebih
teman – temanku pun merasa tidak percaya jika aku harus tidak lulus.Mungkin
jawaban yang kuberikan saat tahap wawancara kurang memuaskan asesor. Papah
berusaha menghiburku dan menyemangatiku untuk ikut CGP angkatan 8 tapi saat itu
aku kehilangan semangat lagi.
Aku kembali fokus pada kegiatan mengajar
bahkan aku juga menyediakan waktu untuk les di rumahku karena kulihat siswa –
siswi kelas 6 B yang kini menjadi tanggungjwabku sangat tertinggal dalam
pelajaran matematika khususnya perkalian dan pembagian.Alhamdulillah setelah
tiga bulan ada perkembangan yang cukup baik anak – anak mulai dapat mengerjakan
soal – soal matematika dengan mudah dan dapat mengikuti pembelajaran dengan
baik.
Saat liburan semester satu tiba – tiba
Pak Mad Soleh mantan kepala sekolah SDN Gandoang 02 bertanya kepadaku apakah
aku mau pindah ke SDN Cileungsi 8 tempat beliau bertugas saat ini tentu aku jawab tidak karena jaraknya terlalu
jauh dari rumahku.Ternyata Pak Mad Soleh menyarankan agar aku pindah karena
beliau ingin menyalonkan aku untuk menjadi kepala sekolah. Tiba – tiba aku
teringat pengawas baruku Pak Madsolih yang merupakan teman satu kampung dengan
suamiku.Aku bertanya tentang adanya pencalonan kepala sekolah dan beliau
bertanya apakah aku bersedia jika beliau mencalonkan aku untuk menjadi kepala
sekolah tentu aku harus menyampaikan hal ini kepada suamiku terlebih
dahulu.Papah sangat mendukung agar aku bersedia untuk dicalonkan sebagai kepala
sekolah oleh bapak pengawas ini, dan akhirnya secepatnya kusampaikan kesedianku
ini aku diberi waktu dua hari untuk mempersiapkan berkas dan portofolio sebagai
salah satu sarat mencalonan. Alhamdulillah dalam waktu dua hari aku dapat
menyelesaikan portofilo dan mnyerahkannya kepada pengawas Pak Madsolih.
Awalnya aku ingin merahasiakan
pencalonanku sebagai kepala sekolah kepada teman – temanku di sekolah rupanya
Ibu Titing kepala sekolahku telah
mengatakannya kepada teman – teman dan berharap teman – teman mendoakan agar
aku segera mendapat SK .Aku hanya berharap yang terbaik yang Allah beri untukku
dan keluargaku.
‘